IMPLEMENTASI
AGAMA DALAM POSTMODERN
Abstrak
Perkembangan masa kehidupan di dunia ini selalu berubah-ubah. Masa
ketika manusia belum mengenal banyak pengetahuan, masa kejayaan, masa modern,
hingga postmodern. Salah satu penyebab berubahnya suatu masa adalah pemikiran
manusia yang selalu berkembang. Dalam perkembangannya agama juga ikut terseret
dalam permasalahan masa di dunia sekarang ini yaitu postmodern. Lantas
bagaimanakah agama dalam masa postmodern?
Keywords
Pendahuluan
Peristilahan yang disandang Postmodern menimbulkan perdebatan luar
biasa diantara para filsuf, meskipun demikian postmodern merupakan gerakan
kultural yang berupaya merefleksikan gambaran dunia secara kritis atas paradigma-paradigma
modern dan atas metafisika pada umumnya, yang mempunyai ciri pluralistik,
dekonstrukstif dan relativistik.
Firman Allah dalam Surat
Al-Qashaah:17
قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ
ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ
77. dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Pembahasan
A.
Pengertian Implementasi
Implementasi menurut bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah pelaksanaan atau penerapan.
Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang
untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
B.
Postmodernisme
Modernisasi adalah proses gerakan perubahan individu dari cara hidup
yang bersifat tradisional atau yang bersifat lama menuju cara hidup yang baru
atau yang maju dan bersifat kompleks dan pada arah kemajuan. Adanya proses
modernisasi ini melahirkan modernisasi ekonomi, modernisasi sosial.[1]
Secara historis,
postmodern merupakan era setelah modern, yang ditandai oleh dialektis antara
tradisional dan modern dalam seni dan arsitektur atau sebuah zaman ketika manusia mencapai sebuah kemerdekaan dalam
berfikir dan mengkritisi tanpa batas, menadai dunia yang kianterbuka dengan
manusianya yang kian cair dalam betindak dan berfikir. Gerakan
postmodernisme merupakan gerakan transformasi kultural yang muncul untuk
merespon kegagalan kaum modernis untuk memenuhi janjinya.[2]
Secara konseptual, paradigma positivisme yang berpendirian bahwa ilmu
pengetahuan harus netral, logis dan lepas dari urusan metafisika, teologi
maupun etika merupakan hal yang mustahil, karena jika terjadi krisis dalam ilmu
pengetahuan maka hal yang teristimewa adalah metafisika, sebab metafisika menjadi
tuntunan ilmuwan untuk mengantisipasi benar tidaknya sebuah teori.[3]
Menurut
Bambang Sugiharto, terdapat tiga konsepsi tentang postmodern yang dapat
digolongkan sebagai berikut. Pertama, pemikiran yang hendak merevisi
kemodernan dan cenderung kembali ke pra-modern. Corak pemikiran yang
mistiko-mitis dan semboyan khas pemikiran ini adalah holisme. Kedua,
pemikiran yang erat pada dunia sastra dan banyak pada persoalan linguistik.
Kata kunci yang populer adalah dekonstruksi, yaitu Kecenderungan untuk mengatasi
gambaran-gambaran dunia modern melalui gagasan anti gambaran dunia sama sekali.
Semangat membongkar segala unsur yang penting dalam sebuah gambaran dunia,
seperti diri, tuhan, tujuan, dunia nyata dan lain-lain. Tokoh yang berperan
dalam teori-teori tersebut adalah J. F. Lyotard, M. Foucauld, Jean Baudrillard,
Jacques derrida. Ketiga, pemikiran yang hendak merevisi modernisme,
tidak dengan menolak modernisme secara total, namun dengan memperbaharui
premis-premis modern disana-sini saja. Singkat kata, kritik terhadap imanen
terhadap modernisme dalam rangka mengatasi berbagai konsekuensi negatifnya.[4]
C.
Peran Agama Islam dalam Postmodern
Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat
islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan
cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu
berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik
naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Hubungan religiusitas dan modernisasi (industrialisasi)
merupakan persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi, khususnya di
kalangan ilmuwan sosial. Suatu ungkapan yang hampir menjadi stereotip dalam
percakapan sehari-hari menggambarkan seolah-olah agama merupakan hambatan terhadap
proses modernisasi dan industrialisasi.
Dengan adanya hubungan yang
dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan
pemahaman orang terhadap agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama
akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan
industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan
di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan
Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah
pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk
manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek
melainkan juga mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang sarat nilai-nilai ajaran agama Islam. Pendidikan
Islam secara bahasa berasal dari kosa kata Arab, yaitu Robba –Yurobbi, yang
mempunyai arti mendidik, merawat, melindungi, mengajari dan lain sebagainya.
Arti
dari peran agama Islam dalam kehidupan secara luas diantaranya :
(1) agama sebagai motivator, agama di sini
adalah sebagai penyemangat seseorang maupun kelompok dalam mencapai
cita-citanya di dalam seluruh aspek kehidupan.
(2) agama sebagai creator dan inovator,
mendorong semangat untuk bekerja kreatif dan produktif untuk membangun kehidupan
dunia yang lebih baik dan kehidupan akhirat yang lebih baik pula.
(3)
agama sebagai integrator, di sini agama sebagai yang mengintegrasikan dan
menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai orang-seorang maupun
sebagai anggota masyarakat.
(4)
agama sebagai sublimator, masksudnya adalah agama sebagai mengadukan dan
mengkuduskan segala perbuatan manusia.
(5) Agama sebagai sumber inspirasi
budaya bangsa, khususnya Indonesia.[5]
D.
Dampak
Postmodernisme Dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, rumus
positif negatif tak hentinya-hentinya mewarnai segala proses yang dialami
makhluk Tuhan didalamnya. Tak ubahnya dalam landasan postmodernisme ini, juga
mendatangkan sisi positif dan negatif.
1.
Dampak
negatif
Dari
sisi negatif, materialisme merupakan
momok kehidupan yang mengalir dalam kehidupan saat ini. Keyakinan yang telah
tertanam dalam diri sejak kecil, sekarang telah terkikis oleh permasalahan
materi yang begitu mengagungkan harta dan jabatan. Bahkan, harga untuk sebuha
kebenaran yang dipaparkan oleh muballigh-muballigh pun digantung dengan
harga selangit. Ini lah faktanya, bukan rahasia umum lagi ita telah dijajah
oleh penyakit materialistis yang
wabahnya menjalar bagaikan sebuah doktrin di iklan-iklan televisi.[6]
Istilah
ini hadir sebagai reaksi penolakan terhadap modernism yang dianggap telah gagal
dalam mewujudkan pembebasan demi kesejahteraan manusia. Hal ini dikarenakan,
modernism sangat menjunjung tinggi rasionalitas. Dimana rasio, logika dan
standar ilmiah menjadi tolak ukur kebenaran. Sedangkan kaum postmodern sangat
menekankan emosi. Kaum ini, menghargai perbedaan-perbedaan dengan menegakkan
semangat pluralisme. Akibatnya kemutlakan berubah menjadi kemajemukan universal
sehingga menimbulkan istilah pluralisme. Pergeseran ini membawa pada pemahaman
tentang kebenaran. Dimana tidak diakui kebenaran secara tunggal dan berlaku
universal. Kaum postmodern menekankan pluralisme dan relatifisme. Setiap
kelompok memiliki kebenarannya. Kepercayaan yang dianggap benar hanya dalam
konteks komunitas yang meyakininya. Slogannya, ,"Apa yang
benar untuk kami, mungkin saja salah bagi anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok dalam
konteks anda.”
Postmodernisme
menghalalkan berkembangnya pemikiran
manusia pada apapun dalam skala tertentu sampai eksterm, bahkan
melampaui batas norma, nilai, agama, etika, dan hukum. Masyarakat postmodern
menuntut pertanggungjawaban akan tindakan yang dilakukan manusia. Pemikiran
yang tanpa cela, penuh riset, dan tak terbantahkan dalam melatarbelakangi
sebuah perlakuan akan sesuatu yang pada akhirnya akan membuat manusia
menghalalkan semua tindakan yang dilakukan. [7]
Seperti
liberalisme, dengan arti kebebasan. Yakni kebebasan dengan tidak adanya
penghalang atau pembatas, paksaan, halangan, beban atau kewajiban seseorang
utnuk memperoleh hak-hak asasinya yang luhur. Namun, konteks liberalisasi dalam
islam adalah para liberism menganggap bahwasanya aspek ketuhanan kembali kepada
manusia, segala sesuatu diatur oleh manusia, dari manusia, untuk manusia. Jika
hal ini terus berlanjut, maka konteks Illahi dalam kehidupan akan
dihapuskan dalam kehidupan bermasyarakat.
Lain liberalisme lain
pula dengan paham pluralisme yang memiliki beragam-ragam pemikiran yang
tergabung dalam konteksnya masing-masing. Segala pemikiran yang dikemukakan
dari setiap elemen merka nanggap benar adanya tanpa pemahaman konteks
spesialnya, melainkan hanya pemahaman atas dasar tujuannya saja.
Dalam konteks agama ialah sebuah ajaran
mengenai kesatuan transenden agama-agama. Paham ini mengangankan rubuhnya
sekat-sekat antar agama, di mana semua agama dapat berdamai dan berjalan
bersama menuju keselamatan dan kebenaran yang diinginkan semua manusia. Paham
ini mewartakan pandangan baru tentang
kebenaran, bahwa semua agama ialah jalan yang sama-sama sah dan sama pula
benarnya menuju Tuhan yang sama. Paham ini pun telah melahirkan suatu tatanan
etika dan moralitas baru. Apa yang disebut Islami, dianggap, tidak hanya
terkandung dalam Al-Qur’an ataupun
Hadith. Ia juga menyebar dalam ajaran agama-agama lain. Nilai kebaikan dan
ajaran sebuah agama tak lagi dipandang
sebagai memiliki hubungan yang ketat.[8]
Secara
etimologis, relativisme yang dalam bahasa Inggrisnya relativism,
relative berasal dari bahasa latin relativus (berhubungan dengan). Dalam
penerapan epistemologisnya, ajaran ini menyatakan bahwa semua kebenaran adalah
relatif. Penggagas utama paham ini adalah Protagoras, Pyrrho.[9]
Sedangkan secara terminologis, makna
relativisme doktrin bahwa ilmu pengetahuan, kebenaran dan
moralitas wujud dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat maupun konteks
sejarah, dan semua hal tersebut tidak bersifat mutlak. Lebih lanjut ensiklopedi
ini menjelaskan bahwa dalam paham relativisme apa yang dikatakan benar atau
salah; baik atau buruk tidak bersifat mutlak, tapi senantiasa berubah-ubah dan
bersifat relatif tergantung pada individu, lingkungan maupun kondisi sosial.[10]
Sebagai
buah dari Pluralisme, Relativisme memiliki ciri hampir sama seperti paham
Pluralis, yakni menekankan universalitas segala sesuatu, termasuk ajaran agama.
Tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua agama adalah benar menuju kepada yang
paling benar. Itulah idiologi kaum Pluralis. Tidak jauh berbeda dengan idiologi
kaum Pluralisme, kaum Relativis dengan paham Relativismenya pun mendalilkan
dengan lebih luas lagi bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini bersifat
relatif, tidak tetap, dan situsional, atau kebenaran tergantung di tempat
dimana manusia berada.[11]
2. Dampak Positif Postmodernisme
a.
Menstimulasi
kedewasaan dalam hal berpikir, khususnya bagi orang-orang yang selama ini
menganut paham konservatisme fundamentalis, yang tentunya sangat sulit untuk
mengubah pendiriannya.
b.
Meningkatkan iman dan supranatural sehingga
ilmu pengetahuan dan iman dapat hidup berdampingan.
c.
Memungkinkan
toleransi yang lebih besar antara keyakinan.
d.
Memungkinkan
untuk kebebasan berpendapat dalam perspektif seseorang tentang “kebenaran” yang
relatif atau non-absolut.
e. Memungkinkan keterbukaan lebih untuk spiritual
dan kebenaran emosional, dan epistemologi (teori pengetahuan) yang melampaui
batasan sains, logika dan alasan.[12]
E. IMAN DAN TAQWA SEBAGAI SOLUSI POSTMODERNISME
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman
bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas. Akidah Islam atau
iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang
datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Menjaga mata,
telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama,
merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa
adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan
dunia. [13]
Bagaimanakah cara menumbuhkan iman dalam hati
manusia sehingga bertaqwa? Mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan perintahNya
dan menjauhi laranganNya, serta menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW. Insyallah
iman akan bertambah sehingga ketaqwaan juga meningkat. Jika manusia telah
bertaqwa, maka ia akan merasakan ketenangan dalam hidupnya di dunia dan
akhirat.
Firman Allah dalam Surat Al-Fath : 4
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ
فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ
جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke
dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan
bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Firman Allah dalam Surat Al-Hujurot 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
PENUTUP
Seperti
yang kita ketahui bahwa agama merupakan salah satu asas terpenting dalam diri
setiap manusia. Apalagi di zaman postmodern pada saat ini. Dimana setiap
manusia memiliki hak untuk mengeluarkan pemikirannya, sehingga sangat sulit ditemui
kebenaran yang mutlaq. Dan kebenaran yang mutlaq akan didapat dengan asas agama
dan ilmu pengetahuan yang melekat kuat dalam jiwa manusia.
Pada
hakikatnya, setiap manusia memiliki kepercayaan agama yang akan menjadi asas
dalam hidupnya.Namun, seiring berjalannya zaman kepercayaan agama dalam diri
manusia mulai terkikis. Hal ini disebabkan karena mayoritas manusia lebih
memikirkan kehidupan duniawi. Dan, westernisasi lah yang memiliki
andil terbesar dalam pengikisan tersebut.
Untuk
itu, pengetahuan agama dan pendidikan menjadi bekal penting untuk menyaring
hal-hal baru yang dibawa oleh era postmodern. Sehingga manusia tidak mudah
terperosok dalam dampak negatif postmodern.
Firman
Allah dalam Surat Al-Baqarah 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا
اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ
بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ
الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
213. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quraanul Kariim (QS. Al-Baqarah
213) (QS. Al-Qashaah 17) (QS. Al-Hujuroot 13) (QS. Al-Faath 4)
Suyoto,
dkk, 1994 Postmodernisme Dan Masa Depan Peradaban, (Yogyakarta: Aditya
Media).
Sugiharto Bambang, Postmodernisme:
Tantangan bagi Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011).
Armas Adnin, Pluralisme
Agama, (Jakarta
Selatan: INSIST,2013).
Lorens
Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),
(Holmes,
A.F. Relativism : New Dictionary of
Theology. Dikutip oleh Sinclair B. Ferguson.
Ahmad Nadhif, 2012, Prinsip-prinsip
Postmodern Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam, Skripsi Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Penerapan
Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Modern - Jurnal Darussalam Perumnas Unib.htm
Ihsan
Kamal, 2013, Fakta Kehidupan Materialisme, UNIDA Gontor, Himmah Vol XIII No.1
http://www.kaliakbar.com/2014/12/paham-relativisme-pengertian-aliran-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar