Senin, 24 Oktober 2016

IMPLEMENTASI AGAMA DALAM POSTMODERN

IMPLEMENTASI AGAMA DALAM POSTMODERN

Abstrak
            Perkembangan masa kehidupan di dunia ini selalu berubah-ubah. Masa ketika manusia belum mengenal banyak pengetahuan, masa kejayaan, masa modern, hingga postmodern. Salah satu penyebab berubahnya suatu masa adalah pemikiran manusia yang selalu berkembang. Dalam perkembangannya agama juga ikut terseret dalam permasalahan masa di dunia sekarang ini yaitu postmodern. Lantas bagaimanakah agama dalam masa postmodern?
Keywords
Implementasi; postmodernisme;pluralisme;relativisme;liberalisme

Pendahuluan
            Peristilahan yang disandang Postmodern menimbulkan perdebatan luar biasa diantara para filsuf, meskipun demikian postmodern merupakan gerakan kultural yang berupaya merefleksikan gambaran dunia secara kritis atas paradigma-paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya, yang mempunyai ciri pluralistik, dekonstrukstif dan relativistik.
            Firman Allah dalam Surat Al-Qashaah:17
قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ  
            77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Pembahasan
A.    Pengertian Implementasi
Implementasi menurut bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
B.     Postmodernisme
Modernisasi adalah proses gerakan perubahan individu dari cara hidup yang bersifat tradisional atau yang bersifat lama menuju cara hidup yang baru atau yang maju dan bersifat kompleks dan pada arah kemajuan. Adanya proses modernisasi ini melahirkan modernisasi ekonomi, modernisasi sosial.[1]
Secara historis, postmodern merupakan era setelah modern, yang ditandai oleh dialektis antara tradisional dan modern dalam seni dan arsitektur atau sebuah zaman ketika manusia mencapai sebuah kemerdekaan dalam berfikir dan mengkritisi tanpa batas, menadai dunia yang kianterbuka dengan manusianya yang kian cair dalam betindak dan berfikir. Gerakan postmodernisme merupakan gerakan transformasi kultural yang muncul untuk merespon kegagalan kaum modernis untuk memenuhi janjinya.[2] Secara konseptual, paradigma positivisme yang berpendirian bahwa ilmu pengetahuan harus netral, logis dan lepas dari urusan metafisika, teologi maupun etika merupakan hal yang mustahil, karena jika terjadi krisis dalam ilmu pengetahuan maka hal yang teristimewa adalah metafisika, sebab metafisika menjadi tuntunan ilmuwan untuk mengantisipasi benar tidaknya sebuah teori.[3]
Menurut Bambang Sugiharto, terdapat tiga konsepsi tentang postmodern yang dapat digolongkan sebagai berikut. Pertama, pemikiran yang hendak merevisi kemodernan dan cenderung kembali ke pra-modern. Corak pemikiran yang mistiko-mitis dan semboyan khas pemikiran ini adalah holisme. Kedua, pemikiran yang erat pada dunia sastra dan banyak pada persoalan linguistik. Kata kunci yang populer adalah dekonstruksi, yaitu Kecenderungan untuk mengatasi gambaran-gambaran dunia modern melalui gagasan anti gambaran dunia sama sekali. Semangat membongkar segala unsur yang penting dalam sebuah gambaran dunia, seperti diri, tuhan, tujuan, dunia nyata dan lain-lain. Tokoh yang berperan dalam teori-teori tersebut adalah J. F. Lyotard, M. Foucauld, Jean Baudrillard, Jacques derrida. Ketiga, pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan menolak modernisme secara total, namun dengan memperbaharui premis-premis modern disana-sini saja. Singkat kata, kritik terhadap imanen terhadap modernisme dalam rangka mengatasi berbagai konsekuensi negatifnya.[4]
C.    Peran Agama Islam dalam Postmodern
            Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Hubungan religiusitas dan modernisasi (industrialisasi) merupakan persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi, khususnya di kalangan ilmuwan sosial. Suatu ungkapan yang hampir menjadi stereotip dalam percakapan sehari-hari menggambarkan seolah-olah agama merupakan hambatan terhadap proses modernisasi dan industrialisasi.
            Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
            Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sarat nilai-nilai ajaran agama Islam. Pendidikan Islam secara bahasa berasal dari kosa kata Arab, yaitu Robba –Yurobbi, yang mempunyai arti mendidik, merawat, melindungi, mengajari dan lain sebagainya.
             Arti  dari peran agama Islam dalam kehidupan secara luas diantaranya :
             (1) agama sebagai motivator, agama di sini adalah sebagai penyemangat seseorang maupun kelompok dalam mencapai cita-citanya di dalam seluruh aspek kehidupan.
             (2) agama sebagai creator dan inovator, mendorong semangat untuk bekerja kreatif dan produktif untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan kehidupan akhirat yang lebih baik pula.
            (3) agama sebagai integrator, di sini agama sebagai yang mengintegrasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai orang-seorang maupun sebagai anggota masyarakat.
            (4) agama sebagai sublimator, masksudnya adalah agama sebagai mengadukan dan mengkuduskan segala perbuatan manusia.
            (5) Agama sebagai sumber inspirasi budaya bangsa, khususnya Indonesia.[5]

D.    Dampak Postmodernisme Dalam Kehidupan Masyarakat
          Dalam kehidupan bermasyarakat, rumus positif negatif tak hentinya-hentinya mewarnai segala proses yang dialami makhluk Tuhan didalamnya. Tak ubahnya dalam landasan postmodernisme ini, juga mendatangkan sisi positif dan negatif.
1.      Dampak negatif
            Dari sisi negatif, materialisme  merupakan momok kehidupan yang mengalir dalam kehidupan saat ini. Keyakinan yang telah tertanam dalam diri sejak kecil, sekarang telah terkikis oleh permasalahan materi yang begitu mengagungkan harta dan jabatan. Bahkan, harga untuk sebuha kebenaran yang dipaparkan oleh muballigh-muballigh pun digantung dengan harga selangit. Ini lah faktanya, bukan rahasia umum lagi ita telah dijajah oleh penyakit  materialistis yang wabahnya menjalar bagaikan sebuah doktrin di iklan-iklan televisi.[6]
          Istilah ini hadir sebagai reaksi penolakan terhadap modernism yang dianggap telah gagal dalam mewujudkan pembebasan demi kesejahteraan manusia. Hal ini dikarenakan, modernism sangat menjunjung tinggi rasionalitas. Dimana rasio, logika dan standar ilmiah menjadi tolak ukur kebenaran. Sedangkan kaum postmodern sangat menekankan emosi. Kaum ini, menghargai perbedaan-perbedaan dengan menegakkan semangat pluralisme. Akibatnya kemutlakan berubah menjadi kemajemukan universal sehingga menimbulkan istilah pluralisme. Pergeseran ini membawa pada pemahaman tentang kebenaran. Dimana tidak diakui kebenaran secara tunggal dan berlaku universal. Kaum postmodern menekankan pluralisme dan relatifisme. Setiap kelompok memiliki kebenarannya. Kepercayaan yang dianggap benar hanya dalam konteks komunitas yang meyakininya. Slogannya, ,"Apa yang benar untuk kami, mungkin saja salah bagi anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok dalam konteks anda.”
          Postmodernisme menghalalkan berkembangnya pemikiran  manusia pada apapun dalam skala tertentu sampai eksterm, bahkan melampaui batas norma, nilai, agama, etika, dan hukum. Masyarakat postmodern menuntut pertanggungjawaban akan tindakan yang dilakukan manusia. Pemikiran yang tanpa cela, penuh riset, dan tak terbantahkan dalam melatarbelakangi sebuah perlakuan akan sesuatu yang pada akhirnya akan membuat manusia menghalalkan semua tindakan yang dilakukan. [7]
          Seperti liberalisme, dengan arti kebebasan. Yakni kebebasan dengan tidak adanya penghalang atau pembatas, paksaan, halangan, beban atau kewajiban seseorang utnuk memperoleh hak-hak asasinya yang luhur. Namun, konteks liberalisasi dalam islam adalah para liberism menganggap bahwasanya aspek ketuhanan kembali kepada manusia, segala sesuatu diatur oleh manusia, dari manusia, untuk manusia. Jika hal ini terus berlanjut, maka konteks Illahi dalam kehidupan akan dihapuskan dalam kehidupan bermasyarakat.
          Lain liberalisme lain pula dengan paham pluralisme yang memiliki beragam-ragam pemikiran yang tergabung dalam konteksnya masing-masing. Segala pemikiran yang dikemukakan dari setiap elemen merka nanggap benar adanya tanpa pemahaman konteks spesialnya, melainkan hanya pemahaman atas dasar tujuannya saja.
  Dalam konteks agama ialah sebuah ajaran mengenai kesatuan transenden agama-agama. Paham ini mengangankan rubuhnya sekat-sekat antar agama, di mana semua agama dapat berdamai dan berjalan bersama menuju keselamatan dan kebenaran yang diinginkan semua manusia. Paham ini mewartakan  pandangan baru tentang kebenaran, bahwa semua agama ialah jalan yang sama-sama sah dan sama pula benarnya menuju Tuhan yang sama. Paham ini pun telah melahirkan suatu tatanan etika dan moralitas baru. Apa yang disebut Islami, dianggap, tidak hanya terkandung dalam  Al-Qur’an ataupun Hadith. Ia juga menyebar dalam ajaran agama-agama lain. Nilai kebaikan dan ajaran sebuah agama  tak lagi dipandang sebagai memiliki hubungan yang ketat.[8]
          Secara etimologis, relativisme yang dalam bahasa Inggrisnya relativism, relative berasal dari bahasa latin relativus (berhubungan dengan). Dalam penerapan epistemologisnya, ajaran ini menyatakan bahwa semua kebenaran adalah relatif. Penggagas utama paham ini adalah Protagoras, Pyrrho.[9]
          Sedangkan secara terminologis, makna relativisme doktrin bahwa ilmu pengetahuan, kebenaran dan moralitas wujud dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat maupun konteks sejarah, dan semua hal tersebut tidak bersifat mutlak. Lebih lanjut ensiklopedi ini menjelaskan bahwa dalam paham relativisme apa yang dikatakan benar atau salah; baik atau buruk tidak bersifat mutlak, tapi senantiasa berubah-ubah dan bersifat relatif tergantung pada individu, lingkungan maupun kondisi sosial.[10]
          Sebagai buah dari Pluralisme, Relativisme memiliki ciri hampir sama seperti paham Pluralis, yakni menekankan universalitas segala sesuatu, termasuk ajaran agama. Tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua agama adalah benar menuju kepada yang paling benar. Itulah idiologi kaum Pluralis. Tidak jauh berbeda dengan idiologi kaum Pluralisme, kaum Relativis dengan paham Relativismenya pun mendalilkan dengan lebih luas lagi bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini bersifat relatif, tidak tetap, dan situsional, atau kebenaran tergantung di tempat dimana manusia berada.[11]
2.      Dampak Positif Postmodernisme
a.       Menstimulasi kedewasaan dalam hal berpikir, khususnya bagi orang-orang yang selama ini menganut paham konservatisme fundamentalis, yang tentunya sangat sulit untuk mengubah pendiriannya.
b.       Meningkatkan iman dan supranatural sehingga ilmu pengetahuan dan iman dapat hidup berdampingan.
c.       Memungkinkan toleransi yang lebih besar antara keyakinan.
d.      Memungkinkan untuk kebebasan berpendapat dalam perspektif seseorang tentang “kebenaran” yang relatif atau non-absolut.
e.       Memungkinkan keterbukaan lebih untuk spiritual dan kebenaran emosional, dan epistemologi (teori pengetahuan) yang melampaui batasan sains, logika dan alasan.[12]

E.     IMAN DAN TAQWA SEBAGAI SOLUSI POSTMODERNISME
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas. Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia. [13]
Bagaimanakah cara menumbuhkan iman dalam hati manusia sehingga bertaqwa? Mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, serta menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW. Insyallah iman akan bertambah sehingga ketaqwaan juga meningkat. Jika manusia telah bertaqwa, maka ia akan merasakan ketenangan dalam hidupnya di dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam Surat Al-Fath : 4
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Firman Allah dalam Surat Al-Hujurot 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
PENUTUP
            Seperti yang kita ketahui bahwa agama merupakan salah satu asas terpenting dalam diri setiap manusia. Apalagi di zaman postmodern pada saat ini. Dimana setiap manusia memiliki hak untuk mengeluarkan pemikirannya, sehingga sangat sulit ditemui kebenaran yang mutlaq. Dan kebenaran yang mutlaq akan didapat dengan asas agama dan ilmu pengetahuan yang melekat kuat dalam jiwa manusia.
            Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kepercayaan agama yang akan menjadi asas dalam hidupnya.Namun, seiring berjalannya zaman kepercayaan agama dalam diri manusia mulai terkikis. Hal ini disebabkan karena mayoritas manusia lebih memikirkan kehidupan duniawi. Dan, westernisasi lah yang memiliki andil terbesar dalam pengikisan tersebut.
            Untuk itu, pengetahuan agama dan pendidikan menjadi bekal penting untuk menyaring hal-hal baru yang dibawa oleh era postmodern. Sehingga manusia tidak mudah terperosok dalam dampak negatif postmodern.
            Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ  
                213. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

DAFTAR PUSTAKA
            Al-Quraanul Kariim (QS. Al-Baqarah 213) (QS. Al-Qashaah 17) (QS. Al-Hujuroot 13) (QS. Al-Faath 4)
Suyoto, dkk, 1994 Postmodernisme Dan Masa Depan Peradaban, (Yogyakarta: Aditya Media).
            Sugiharto Bambang, Postmodernisme: Tantangan bagi Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011).
             Armas Adnin, Pluralisme Agama, (Jakarta Selatan: INSIST,2013).
            Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),
            (Holmes, A.F. Relativism : New Dictionary of Theology. Dikutip oleh Sinclair B. Ferguson.
            Ahmad Nadhif, 2012, Prinsip-prinsip Postmodern Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam, Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
            Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Modern - Jurnal Darussalam Perumnas Unib.htm
            Ihsan Kamal, 2013, Fakta Kehidupan Materialisme, UNIDA Gontor, Himmah Vol  XIII No.1
            http://www.kaliakbar.com/2014/12/paham-relativisme-pengertian-aliran-dan.html





                [2]  Ahmad Nadhif, 2012, Prinsip-prinsip Postmodern Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam, Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
                [3]Suyoto, dkk, Postmodernisme Dan Masa Depan Peradaban, (Yogyakarta: Aditya Media, 1994).
            [4] Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan bagi Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011).
            [5] Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Modern - Jurnal Darussalam Perumnas Unib.htm

            [6] Kamal Ihsan, 2013, Fakta Kehidupan Materialisme, UNIDA Gontor, Himmah Vol  XIII No.1,
                [7]  https://www.academia.edu/3551473/Postmodernisme

                [8]Adnin Armas, Pluralisme Agama, (Jakarta Selatan: INSIST,2013), hlm.pembukaan
                [9] Bagus Loren, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 949.
                [10]http://www.kaliakbar.com/2014/12/paham-relativisme-pengertian-aliran-dan.html
                [11] Holmes, A.F. Relativism : New Dictionary of Theology. (Dikutip oleh Sinclair B. Ferguson. hal. 574)
                [12]  Marvel Donnevan Maukar (2013). Pengaruh Postmodernisme terhadap kehidupan kekristenan di gereja sidang jemaat Allah kota Manado. Skripsi S1 pada Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Manado: Tidak diterbitkan
                [13] https://punyanyavika.wordpress.com/2011/08/22/implementasi-iman-dan-taqwa-dalam-kehidupan-modern/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar