Senin, 24 Oktober 2016

Antara Cinta dan Cita-Cita

Antara Cinta dan Cita-Cita
Cinta dan cita-cita merupakan suatu hal yang sangat dekat dan ada pada diri kita, yang mana antara dua hal tersebut mempunyai kaitan yang sangat kuat bagi masing-masing individu dan juga mempunyai sifat yang bertolakbelakang pada diri manusia. Dan setiap orang memiliki arti yang berbeda saat mendeskripsikan dua hal ini, cinta dan cita-cita. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwasanya Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Sedangkan cita-cita merupakan suatu keinginan kuat seseoarang dalam meraih apa yang ia inginkan dengan cara semaksimal mungkin.
 Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, dan sebagainya.
Pada zaman saat ini, banyak dari sebagian orang yang mengartikan cinta untuk meluapakan perasaannya. Contohnya, perasaan terhadap Tuhannya serta agamanya, perasaan terhadap keluarga, perasaan terhadap sesama  (kasih sayang), perasaan terhadap negara (patriotisme), bahkan  perasaan terhadap dirinya sendiri. Dan terkadang rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya dan biasanya lebih kepada sifat “Abstrak”, yang mana sulit untuk dijelaskan. Menurut Erich Fromm[1], ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian, serta saling menghormati. Ketika lima syarat ini berhasil kita lewati, maka akan kita akan merasakan cinta kasih tersebut.
Sedangkan cita-cita adalah sebuah keinginan kuat untuk mencapai tujuan dengan  tekad yang kuat didalam hatinya. Sama halnya dengan cinta, cita-cita pun ada dan tumbuh dalam diri manusia tanpa melihat siapakah dia, anak kecil kah ataupun anak dewasa, bahkan sedari kecilpun anak terkadang telah mempunyai cita-cita. Misalnya, “ketika aku besar nanti, aku ingin menjadi guru, agar kelak aku bisa mengamalkan semua ilmu yang telah kudapat”. Atau mungkin ketika kecil “aku ingin menjadi seorang tentara, agar kelak bisa menjaga keamanan negaraku”.
Mungkin sekilas itu adalah beberapa cita-cita seorang anak kecil belaka, tetapi ketahuilah, kita tidak boleh meremehkan atas cita-cita seorang anak kecil, karena cita-cita tersebutlah yang akan membawanya ke masa depan nanti, meskipun tak selamanya cita-cita ketika masih kecil dulu akan sama jadinya ketika sang anak telah menginjak dewasa. Mungkin saja cita-cita mereka ketika dahulu kecil berubah setelah mereka mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas lagi.
Ketika sang anak telah mempunyai suatu cita-cita, hendaknya sang orang tua ikut memberikan respon yang positif terhadap cita-cita sang anak. Ikut serta dalam pengawalan sang anak dalam menggapai cita-citanya, karena sejatinya faktor dukungan terbesar sang anak untuk meraih kesuksesannya adalah dukungan dari orang terdekatnya, yaitu orang tua serta keluarganya.
Di lain hal, cita-cita juga memiliki manfaat tersendiri bagi setiap individu, antara lain : (1) Hidup mempunyai arah dan tujuan, yang mana hal ini bisa meningkatkan suatu kesemangatan pada diri seseorang untuk menemukan tujuan hidupnya dan dapat menemukan jati dirinya, (2) Niat dan mental makin terasah dan kuat, karena semua pekerjaan itu diawali dengan niat, dan mental sebagai teman yang bisa menguatkan suatu cita-cita, (3) cita-cita membuat kita untuk belajar disiplin dan diasah terus. Karena dari disiplin seorang manusia mampu untuk mengejar cita-citanya sesuai dengan disiplinnya dan ilmu yang akan kita bawa untuk meraih cita-cita tersebut harus perlu diingat selalu, agar berujung dengan suatu yang tidak baik.
Ketika kita mempunyai cita-cita atau keinginan tekad yang kuat, maka kita membutuhkan beberapa cara untuk menggapainya, antara lain : (1) Mengutamakan disiplin, karena cita-cita tersebut didasarkan dengan ilmu, dan dalam mendapatkan sebuah ilmu terdapat berbagai disiplin agar ilmu yang didapatkan bukan hanya sembarang ilmu, dan agar kita tidak hanya mempunyai ilmu tetapi juga memilikinya. (2) Mengutamakan kejujuran, karena kejujuran merupakan perbuatan baik yang sangat berpengaruh pada manusia. (3) Belajar mencuri wawasan, yang dimaksud disini adalah sebisa mungkin kita mencari dan menggali lebih banyak lagi pengetahuan dan wawasan, karena itulah yang memudahkan kita dalam menambah sebuah pengetahuan. (4) Positif thingking atau berpikir positif, positif akan cita-cita yang kita punya, positif untuk mendapatkan  cita-cita sesuai dengan yang kita inginkan. 


Allah berfirman dalam Surat Ar-Ra’ad ayat 11:

Artinya "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya" (Q.S Ar-Ra’ad:11)
            Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan umatnya sebelum umatnya sendiri yang merubahnya. Jadi, ketika seseorang belum mendapatkan hasil terbaik dalam penggapaian cita-citanya, berusahalah untuk merubahnya dengan cara bekerja lebih tekun dan giat lagi dalam meraih cita-cita yang tertunda tersebut.
Terdapat langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan seseorang untuk menjaga cita-citanya antara lain : ketika kita mempunyai angan-angan cita-cita yang kuat, hendaknya kita tidak memberi tahukan kepada orang lain, cukup diri kita saja yang tahu. Kemudian ketika kita ingin mendapatkan kemudahan dalam menggapai cita-cita tersebut, alangkah baiknya kita mengurangi kegiatan yang tidak relevan, karena itu akan memudahkan kita untuk fokus terhadap satu hal, yaitu cita-cita kita.
Ketika kita mengalami kegagalan dalam meraih cita-cita yang kita inginkan, sebisa mungkin kita harus bersifat bijak dalam menerima kenyataan itu. Karena kita harus percaya terhadap adanya konsep “Trial and Error” dalam pencapaian sesuatu, karena hal seperti ini justru merupakan hal yang sering kita temukan dalam kehidupan kita. Dan yang terpenting kita berani dalam menerima hasil dari pencapaian cita-cita tersebut, bagaimanapun hasil akhirnya nanti. Dan ketahuilah bahwasanya kadar seseorang yang berilmu mempunyai perbedaan terhadap orang yang tidak memiliki ilmu. Tanpa kerja keras & konsistensi yang luar biasa, mimpi selamanya hanya akan menjadi sebuah mimpi. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
قل هل سيتوى الذين يعلمون و الذي لا يعلمون

Sebagian orang terkadang bingung dalam menentukan pilihan, antara cinta dan cita-cita. Karena dua hal ini ada pada diri manusia itu. Tetapi, alangkah baiknya kita lebih mengutamakan cita-cita dahulu, karena ketika kita telah meraih cita-cita sesuai dengan apa yang kita inginkan, pastinya kita telah mempunyai ilmu, bukan hanya mempunyai ilmu tetapi memilikinya. Ketika cita-cita telah terwujud maka dengan mudah kita bisa mengatasi rasa cinta yang hadir pada kehidupan kita. Dan cita-cita akan mengiringi cinta yang akan kita punya, tepatnya kejalan yang lebih baik. Ketika cinta datang menyapa dan kamu merasa belum siap, jangan takut untuk menolaknya. Karena itu adalah hakmu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Berilah alasan yang jelas kalau kamu ingin mewujudkan impianmu dulu agar kelak tidak menyesal dikemudian.
Bahkan, seorang Rabiatul Adawiyah sendiri rela tidak menikah karena takut akan kecintaannya pada Allah berkurang, ia takut ketika ia telah menikah ibadahnya kepada Allah berkurang, cintanya kepada Allah berkurang serta amalan-amalan sunnah lainnya semakin berkurang. Lain lagi dengan tokoh Islam yang terkenal dengan nama Badiuzzaman Said Nursi, seorang ilmuwan yang sangat hebat asal Turki, yang rela tidak menikah demi mencari ilmu. Beliau seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang Dirrasah Islamiyah, seperti ilmu fiqih, ilmu kalam, mantiq, nahwu dan juga ilmu Islam lainnya, yang kemudian beliau juga hijrah ke kota Van untuk mendalami pelajaran filsafat, geologi, matematika, ilmu falak, fisika serta ilmu umum lainnya, karena kehausannya beliau terhadap ilmu, dan tak pernah puas terhadap ilmu yang dimilikinya.
Bila kita telah mempunyai ilmu yang cukup, setidaknya kita bisa membedakan antara cinta karena Allah atau cinta yang ada karena nafsu belaka. Karena sesungguhnya Allah telah menyiapkan manusia secara berpasang-pasangan agar terdapat didalamnya cinta kasih sayang. Seperti halnya dalam firman Allah dalam surat Azzumar ayat 21 yang memiliki arti:
Bottom of Form




[1] Erich Seligmann Fromm, March 23, 1900 Frankfurt am MainGermany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar