Antara Cinta dan Cita-Cita
Cinta
dan cita-cita merupakan suatu hal yang sangat dekat dan ada pada diri kita,
yang mana antara dua hal tersebut mempunyai kaitan yang sangat kuat bagi
masing-masing individu dan juga mempunyai sifat yang bertolakbelakang pada diri
manusia. Dan setiap orang memiliki arti yang berbeda saat mendeskripsikan dua
hal ini, cinta dan cita-cita. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwasanya
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang
yang kuat dan ketertarikan pribadi. Sedangkan cita-cita merupakan suatu
keinginan kuat seseoarang dalam meraih apa yang ia inginkan dengan cara
semaksimal mungkin.
Dalam konteks filosofi, cinta
merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan
kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang
dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati,
perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, dan
sebagainya.
Pada zaman saat ini, banyak dari sebagian orang yang mengartikan cinta
untuk meluapakan perasaannya. Contohnya, perasaan terhadap Tuhannya serta
agamanya, perasaan terhadap keluarga, perasaan terhadap sesama (kasih sayang), perasaan terhadap negara
(patriotisme), bahkan perasaan terhadap
dirinya sendiri. Dan terkadang rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya dan
biasanya lebih kepada sifat “Abstrak”, yang mana sulit untuk dijelaskan. Menurut Erich Fromm[1], ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: perasaan,
pengenalan, tanggung jawab, perhatian, serta saling menghormati. Ketika lima
syarat ini berhasil kita lewati, maka akan kita akan merasakan cinta kasih
tersebut.
Sedangkan cita-cita adalah sebuah keinginan kuat untuk mencapai
tujuan dengan tekad yang kuat didalam
hatinya. Sama halnya dengan cinta, cita-cita pun ada dan tumbuh dalam diri
manusia tanpa melihat siapakah dia, anak kecil kah ataupun anak dewasa, bahkan
sedari kecilpun anak terkadang telah mempunyai cita-cita. Misalnya, “ketika aku
besar nanti, aku ingin menjadi guru, agar kelak aku bisa mengamalkan semua ilmu
yang telah kudapat”. Atau mungkin ketika kecil “aku ingin menjadi seorang
tentara, agar kelak bisa menjaga keamanan negaraku”.
Mungkin sekilas itu adalah beberapa cita-cita seorang anak kecil
belaka, tetapi ketahuilah, kita tidak boleh meremehkan atas cita-cita seorang
anak kecil, karena cita-cita tersebutlah yang akan membawanya ke masa depan
nanti, meskipun tak selamanya cita-cita ketika masih kecil dulu akan sama
jadinya ketika sang anak telah menginjak dewasa. Mungkin saja cita-cita mereka
ketika dahulu kecil berubah setelah mereka mendapatkan ilmu dan wawasan yang
lebih luas lagi.
Ketika sang anak telah mempunyai suatu cita-cita, hendaknya sang
orang tua ikut memberikan respon yang positif terhadap cita-cita sang anak.
Ikut serta dalam pengawalan sang anak dalam menggapai cita-citanya, karena
sejatinya faktor dukungan terbesar sang anak untuk meraih kesuksesannya adalah
dukungan dari orang terdekatnya, yaitu orang tua serta keluarganya.
Di lain hal, cita-cita juga memiliki manfaat tersendiri bagi setiap
individu, antara lain : (1) Hidup mempunyai arah dan tujuan, yang mana hal ini
bisa meningkatkan suatu kesemangatan pada diri seseorang untuk menemukan tujuan
hidupnya dan dapat menemukan jati dirinya, (2) Niat dan mental makin terasah
dan kuat, karena semua pekerjaan itu diawali dengan niat, dan mental sebagai
teman yang bisa menguatkan suatu cita-cita, (3) cita-cita membuat kita untuk belajar
disiplin dan diasah terus. Karena dari disiplin seorang manusia mampu untuk
mengejar cita-citanya sesuai dengan disiplinnya dan ilmu yang akan kita bawa
untuk meraih cita-cita tersebut harus perlu diingat selalu, agar berujung
dengan suatu yang tidak baik.
Ketika kita mempunyai cita-cita atau keinginan tekad yang kuat,
maka kita membutuhkan beberapa cara untuk menggapainya, antara lain : (1) Mengutamakan
disiplin, karena cita-cita tersebut didasarkan dengan ilmu, dan dalam
mendapatkan sebuah ilmu terdapat berbagai disiplin agar ilmu yang didapatkan
bukan hanya sembarang ilmu, dan agar kita tidak hanya mempunyai ilmu tetapi
juga memilikinya. (2) Mengutamakan kejujuran, karena kejujuran merupakan
perbuatan baik yang sangat berpengaruh pada manusia. (3) Belajar mencuri
wawasan, yang dimaksud disini adalah sebisa mungkin kita mencari dan menggali
lebih banyak lagi pengetahuan dan wawasan, karena itulah yang memudahkan kita
dalam menambah sebuah pengetahuan. (4) Positif thingking atau berpikir positif,
positif akan cita-cita yang kita punya, positif untuk mendapatkan cita-cita sesuai dengan yang kita inginkan.
Allah
berfirman dalam Surat Ar-Ra’ad ayat 11:
Artinya "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya" (Q.S Ar-Ra’ad:11)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan umatnya sebelum
umatnya sendiri yang merubahnya. Jadi, ketika seseorang belum mendapatkan hasil
terbaik dalam penggapaian cita-citanya, berusahalah untuk merubahnya dengan
cara bekerja lebih tekun dan giat lagi dalam meraih cita-cita yang tertunda
tersebut.
Terdapat langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan seseorang
untuk menjaga cita-citanya antara lain : ketika kita mempunyai angan-angan
cita-cita yang kuat, hendaknya kita tidak memberi tahukan kepada orang lain,
cukup diri kita saja yang tahu. Kemudian ketika kita ingin mendapatkan
kemudahan dalam menggapai cita-cita tersebut, alangkah baiknya kita mengurangi
kegiatan yang tidak relevan, karena itu akan memudahkan kita untuk fokus
terhadap satu hal, yaitu cita-cita kita.
Ketika kita mengalami kegagalan dalam meraih cita-cita yang
kita inginkan, sebisa mungkin kita harus bersifat bijak dalam menerima
kenyataan itu. Karena kita harus percaya terhadap adanya konsep “Trial and
Error” dalam pencapaian sesuatu, karena hal seperti ini justru merupakan hal
yang sering kita temukan dalam kehidupan kita. Dan yang terpenting kita berani
dalam menerima hasil dari pencapaian cita-cita tersebut, bagaimanapun hasil
akhirnya nanti. Dan ketahuilah bahwasanya kadar seseorang yang berilmu
mempunyai perbedaan terhadap orang yang tidak memiliki ilmu. Tanpa kerja keras
& konsistensi yang luar biasa, mimpi selamanya hanya akan menjadi sebuah
mimpi. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
قل
هل سيتوى الذين يعلمون و الذي لا يعلمون
Sebagian orang terkadang bingung dalam menentukan pilihan,
antara cinta dan cita-cita. Karena dua hal ini ada pada diri manusia itu.
Tetapi, alangkah baiknya kita lebih mengutamakan cita-cita dahulu, karena
ketika kita telah meraih cita-cita sesuai dengan apa yang kita inginkan,
pastinya kita telah mempunyai ilmu, bukan hanya mempunyai ilmu tetapi
memilikinya. Ketika cita-cita telah terwujud maka dengan mudah kita bisa
mengatasi rasa cinta yang hadir pada kehidupan kita. Dan cita-cita akan
mengiringi cinta yang akan kita punya, tepatnya kejalan yang lebih baik.
Ketika cinta datang menyapa dan kamu merasa belum siap,
jangan takut untuk menolaknya. Karena itu adalah hakmu untuk mendapatkan apa
yang kau inginkan. Berilah alasan yang jelas kalau kamu ingin mewujudkan
impianmu dulu agar kelak tidak menyesal dikemudian.
Bahkan, seorang Rabiatul Adawiyah sendiri rela tidak
menikah karena takut akan kecintaannya pada Allah berkurang, ia takut ketika ia
telah menikah ibadahnya kepada Allah berkurang, cintanya kepada Allah berkurang
serta amalan-amalan sunnah lainnya semakin berkurang. Lain lagi dengan tokoh
Islam yang terkenal dengan nama Badiuzzaman Said Nursi, seorang ilmuwan yang
sangat hebat asal Turki, yang rela tidak menikah demi mencari ilmu. Beliau seorang
ilmuwan yang ahli dalam bidang Dirrasah Islamiyah, seperti ilmu fiqih, ilmu
kalam, mantiq, nahwu dan juga ilmu Islam lainnya, yang kemudian beliau juga
hijrah ke kota Van untuk mendalami pelajaran filsafat, geologi, matematika,
ilmu falak, fisika serta ilmu umum lainnya, karena kehausannya beliau terhadap
ilmu, dan tak pernah puas terhadap ilmu yang dimilikinya.
Bila kita telah mempunyai ilmu yang cukup, setidaknya kita
bisa membedakan antara cinta karena Allah atau cinta yang ada karena nafsu
belaka. Karena sesungguhnya Allah telah menyiapkan manusia secara
berpasang-pasangan agar terdapat didalamnya cinta kasih sayang. Seperti halnya
dalam firman Allah dalam surat Azzumar ayat 21 yang memiliki arti:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar