Selasa, 30 Agustus 2016

Sufi Sejak Kanak-kanak

Sufi Sejak Kanak-kanak

            Sa’ad bin Fath bercerita: Pada suatu hari di tengah padang pasir yang gersang dan panas, aku bertemu dengan anak laki-laki yang berumur kurang lebih sepuluh tahun. Dia berjalan sendirian dan selalu menggerak-gerakkan kedua bibirnya. Aku pun menyampaikan salam kepadanya dan dia pun menjawab salamku.
            “Mau kemana kamu nak?” tanyaku.
            “Aku mau ke rumah Tuhanku,” jawabnya.
            “Mengapa kamu selalu menggerak-gerakkan bibirmu?” tanyaku lagi.
            “Aku membaca kalam Tuhanku,” jawab anak itu.
            “Kamu masih sangat muda belum terkena tuntutan ajaran Allah,” ujarku.
            “Aku melihat maut menyambar orang yang lebih muda dariku,” balasnya.
            “Langkahmu pendek sedangkan perjalananmu sangat jauh.”
            “Aku hanya berusaha melangkah, adapun yang menyampaikan adalah Dia.”
            “Mana bekal dan kendaraanmu?”
            “Bekalku adalah keyakinanku, dan kendaraanku adalah kakiku.”
            “Yang aku tanyakan adalah bekal makanan dan minuman,” jelasku.
            “Wahai paman! Ketika seseorang mengundang anda untuk datang ke rumahnya, patutkah anda kalau membawa bekal ke rumahnya?” katanya balik bertanya.
            “Tentu saja tidak,” jawabku.
            “Tuhanku telah mengundang hamba-hambaNya dan mengizinkan mereka untuk berziarah ke rumahNya. Maka aku beranggapan, sangat jelek bila aku membawa bekalku. Aku jaga kesopananku dihadapanNya, apakah anda kira Dia akan menyia-nyiakanku?”
            “Sama sekali tidak mungkin!”

            Aku lihat dia meneruskan langkah-langkahnya hingga lenyap dari pandangan mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar