Sufi Sejak Kanak-kanak
Sa’ad bin Fath bercerita: Pada suatu
hari di tengah padang pasir yang gersang dan panas, aku bertemu dengan anak
laki-laki yang berumur kurang lebih sepuluh tahun. Dia berjalan sendirian dan
selalu menggerak-gerakkan kedua bibirnya. Aku pun menyampaikan salam kepadanya
dan dia pun menjawab salamku.
“Mau kemana kamu nak?” tanyaku.
“Aku mau ke rumah Tuhanku,”
jawabnya.
“Mengapa kamu selalu
menggerak-gerakkan bibirmu?” tanyaku lagi.
“Aku membaca kalam Tuhanku,” jawab
anak itu.
“Kamu masih sangat muda belum
terkena tuntutan ajaran Allah,” ujarku.
“Aku melihat maut menyambar orang
yang lebih muda dariku,” balasnya.
“Langkahmu pendek sedangkan
perjalananmu sangat jauh.”
“Aku hanya berusaha melangkah,
adapun yang menyampaikan adalah Dia.”
“Mana bekal dan kendaraanmu?”
“Bekalku adalah keyakinanku, dan
kendaraanku adalah kakiku.”
“Yang aku tanyakan adalah bekal
makanan dan minuman,” jelasku.
“Wahai paman! Ketika seseorang
mengundang anda untuk datang ke rumahnya, patutkah anda kalau membawa bekal ke
rumahnya?” katanya balik bertanya.
“Tentu saja tidak,” jawabku.
“Tuhanku telah mengundang
hamba-hambaNya dan mengizinkan mereka untuk berziarah ke rumahNya. Maka aku
beranggapan, sangat jelek bila aku membawa bekalku. Aku jaga kesopananku
dihadapanNya, apakah anda kira Dia akan menyia-nyiakanku?”
“Sama sekali tidak mungkin!”
Aku lihat dia meneruskan
langkah-langkahnya hingga lenyap dari pandangan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar