Minggu, 24 Juli 2016

Tanamlah Harapan di Bumi Kesederhanaan

Tanamlah Harapan di Bumi Kesederhanaan!

            Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tapi hebat dalam tindakan. Terkenal yang dianggap puncak keberhasilan misi dan visi hidup seseorang kadang hanya mempengaruhinya untuk melalaikan esensinya sendiri. Karena eksistensi seseorang merupakan pancaran sinar esensinya.

            Imam Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karîm ibn ‘Athâillâh as-Sakandarî di dalam karyanya Matnul Hikam memperumakan harapan yang tidak diimbangi dengan kesederhanaan dengan biji-bijian yang ditanam di Bumi dangkal. Biji-bijian tersebut beliau ibaratkan sebagai harapan dan Bumi yang dangkal itulah ketidak sederhanaan. Maka dari sinilah, biji yang ditanam tersebut pada dasar bumi, tidak akan bertahan lama di saat musim hujan lebat. Begitu pula harapan dan keinginan seseorang yang tidak diiringi dengan kesederhanaan dalam semua aspek kehidupannya, akan berwujud kelak menjadi bomerang yang merobohkan tatanan yang semestinya menaungi. Bila harapan itu telah tertanam kokoh maka ibarat biji-bijian yang  akan tumbuh sebagai batang pohon yang kuat dan tahan dari terpaan badai.
            Disamping dengan sederhana dalam harapan. Sebagain hal yang perlu dioprasionalkan. Oprasional suatu harapan perlu adanya ketulusan. Sebab ketulusan atau yang biasa disebut ikhlas, adalah kata kunci keberhasilan dari suatu harapan tertentu bahkan secara umum. Demonstrasi dari harapan yang tidak diimbangi dengan ketulusan dapat meracuni diri sendiri, begitu juga orang lain.
            Maka dari itu, harapan dan oprasionalnya sangatlah terikat dengan kesederhanaan dan ketulusan. Karena jika seseorang berharap sedangkan dia tidak dapat menerapkan kesederhanaan dan ketulusan di dalamnya, maka harapan itu akan menjadi watak yang membentuk prilaku yang tidak dapat menemukan jati dirinya dari pencarian untuk mencapai apa yang diharapkan.
            Marilah upayakan harapan kita sertai kesederhanaan dan keikhlasan, agar kerberhasilan dapat di rasakan dan kokoh membentuk karakteristik jiwa yang tidak egois dan kurang menyadari hak seorang hamba di hadapan Tuhannya Yang Maha Mengatur.

            Akhir kata, keberhasilan dari impian akan terasa indah, jika Tuhan yang Maha Mengatur telah menggerakkan jiwanya untuk sederhana dalam berharap dan ikhlas dalam berbuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar