Senin, 25 Juli 2016

Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

A.     Pengertian Filsafat Ilmu
            Filsafat Ilmu adalah reperentasi realitas oleh para ilmuwan dengan jerih payahnya, dan dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan.
Pertama, sebagai disiplin ilmu, mempelajari Filsafat Ilmu berarti mempelajari secara filosofis berbagai hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Filsafat Ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu yang tidak menarik bagi orang yang tidak mengalami ketersinggungan dengan dunia keilmuan, lebih-lebih bagi mereka yang tidak mempunyai kepekaan ilmiah dan cenderung pragmatis. Tetapi bagi mereka yang membaca karya ilmiah, apalagi memanfaatkan temuan-temuan ilmiah, maka mempelajari Filsafat Ilmu adalah sangat menarik, karena dengan begitu mereka tidak hanya menerimanya secara mentah mentah (secara taqlid).

            Kedua, sebagai landasan filosofis bagi ilmu pengetahuan. Sepanjang sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur bangunan keilmuan tidak bisa disangsikan, karena ia merupakan landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu. Maka, mustahil para ilmuan menafikan peran Filsafat Ilmu dalam setiap kegiatan keilmuan.
Filsafat Ilmu tidak hanya sebagai sarana (instrument) atau kerangka dalam proses penggalian ilmu, tetapi juga memberikan kerangka pada taraf pra dan post kegiatan keilmuan.

B.      Sejarah Filsafat Ilmu
Menurut sejarahnya, pada awalnya yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu adalah filsafat sains. Namun pada kenyataannya Filsafat Ilmu sebagai sebuah disiplin memiliki objek kajian yang cukup luas yaitu baik natural sciences maupun social sciences sampai yang tergolong dalam ilmu humanities, termasuk ilmu–ilmu keagaamaan dan kebahasaan.
Dalam pandangan Filsafat Ilmu, proses dan hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun, sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang mendasarinya. Landasan filosofis dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma dan kerangka teori (theoretical framework).
Dalam sejarah perkembangan ilmu, ketiga hal ini memiliki keterkaitan tidak saja historis, tetapi juga sistematis. Disebut demikian, karena suatu paradigma tertentu lahir berdasarkan asumsi dasar tertentu, begitu pula teori tertentu bekerja tidak keluar dari ‘wilayah’ paradigmanya.dari ketiganya mengambil bentuk kerucut, dalam arti mulai dari yang umum ke yang lebih khusus.
Asumsi dasar proses keilmuan diidentifikasikan oleh Filsafat Ilmu menjadi beberapa aliran pemikiran, yang meliputi : rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intuisionisme, sementara paradigma keilmuan (dalam tradisi sains ) meliputi : positivisme, neo-positivisme, konstruktifisme, dan teori kritis (critical theory). Masing-masing paradigma tersebut bisa mencangkup beberapa kerangka teori, yang secara serius dibangun dan ditawarkan oleh seorang ilmuwan atau kelompok ilmuwan tertentu.
Dari sini bisa dipahami, jika beberapa ilmu kemudian dapat diklasifikasikan menurut kesamaan karakteristiknya, yakni atas dasar kesamaan teori atau paradigma, misalnya seperti apa yang dilakukan Habermas, sebagaimana telah disampaikan diatas.
Filsafat Ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim, bahwa kita mengenal tiga babakan perkembangan paradigma dalam Filsafat Ilmu di Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme dan era pasca modernisme. Era prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah Filsafat Ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.
Dalam uraian ini, cenderung mengklasifikasi perkembangan Filsafat Ilmu berdasarkan ciri khas yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang filsafat, khususnya Filsafat Ilmu, perkembangannya terbagi ke dalam empat fase sebagai berikut:
  1. Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya Renaisance.
  2. Filsafat Ilmu sejak munculnya Rennaisance sampai memasuki era positivism.
  3. Filsafat Ilmu zaman modern, sejak era positivisme sampai akhir abad kesembilan belas.
  4. Filsafat Ilmu era kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir, Filsafat Ilmu sejak awal abad kedua puluh sampai sekarang.

C.     Penutup
                 Pokok pembahasan dalam Filsafat Ilmu adalah sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, hakikat dan sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran. Di samping itu, Filsafat Ilmu juga membahas persoalan objek, metode, dan tujuan ilmu. Yang tidak kalah pentinganya adalah sarana ilmiah. Filsafat Ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembangan pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer.
            Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu spektakuler di satu sisi dan nilai-nilai moral yang bersifat statis dan universal di sisi lain dapat dijadikan arah dalam menuntun perkembangan ilmu selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan moral terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan tekhnologi tidak semakin menyejahterakan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka. Pada saat ini tepat rasanya pesan ini disampaikan agar ilmu tidak “kebablasan” dengan ilmu hanya untuk ilmu.
            Demikianlah pembahasan pengertian Filsafat Ilmu dan sejarahnya, mudah-mudahan mampu menggugah kita untuk terus mencari, bertualang di dunia ilmu, dan akhirnya memutuskan dengan berpedoman pada moralitas universal.

Daftar Pustaka
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta, Belukar, Cetakan ke 5, Agustus 2008 
Muhammad Muslih, Pengantar Ilmu Filsafat, Darussalam University Press, Cetakan 1, Dzulhijjah 1429 / Desember 2008

Prof.Dr.Amsal Bakhtiar,M.A, Filsafat Ilmu,  Rajawali Press, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan ke-11, Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar