Selasa, 19 Juli 2016

Problematika Kehidupan

PROBLEMATIKA KEHIDUPAN

Hidup tidaklah luput dari sebuah masalah atau persoalan dimanapun, kapanpun, apapun, dan dengan siapapun, semuanya adalah potensi kehidupan. Andaikata kita cermati saksama ternyata dengan persoalan atau masalah, sikap orangpun berbeda-beda, ada yang panik, goyah, kalut, stress tapi adapula yang menghadapi dengan santai, tenang, bahkan sangat menikmatinya. Berarti suatu persoalan atau masalah yang sesungguhnya bukan terletak pada persoalannya melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut.

Oleh karena itu, siapapun yang ingin menikmati hidup dengan baik, indah, dan bahagia adalah mutlak terus-menerus meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dirinya dalam menghadapi globalisasi ini dengan seiring pertambahan umur, tuntutan, harapan, kebutuhan, cita-cita dan tanggung jawab.
Sebagian besar manusia hampir tidak bisa memahami arti sebuah kehidupan. Tidak tahu tujuan dan bagaimana bersikap dalam hidup yang serba singkat ini. Ciri khas yang paling standar ialah hidupnya selalu tenggelam, sering kali dicekam dalam perasaan kacau balau dan menyengsarakan, maka penyebab pokonya adalah karena kita kurang memahami ilmu agama dengan benar.
Dalam sebuah hadist dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Mas’ud ra, sahabat Rasulullah SAW, untuk meminta nasihat. Ujarnya, “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram. Jiwaku selalu gelisah dan pikiranpun serasa kusut mata, makan tidak enak, tidurpun pula.” Mendengar itu, Ibnu Mas’ud pun kemudian menasihatinya. Ucapnya, “kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu tempat orang yang membaca al-qur’an, pergilah ke Masjelis Ta’lim, atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain, karena hati yang kau pakai itu bukan hatimu.”
Setelah itu, orang itu pun kembali ke rumahanya. Diamalkanlah nasehat Ibnu Mas’ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudlu. Selanjutnya diambilnya al-Qur’an dan dibacanya dengan hati yang khusyu’. Selesai membaca al-Qur’an, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tenteram. Pikirannya pun menjadi tenang, sedang kegelisahannya menghilang sama sekali.

Setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan karena “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyiroh: 5 dan 6), sampai dua kali Allah SWT, mengutarakan janji-Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar