Fisik Mulia Nabi
Bentuk fisik Rasulullah tidak diriwayatkan kecuali dengan
penyebutan yang baik dan terpuji. Ketampanan wajah, kekuatan fisik, dan
karakteristik anggota tubuhnya selalu disebut dengan sifat kesempurnaan. Para
sahabat ada yang menyerupakannya dengan keindahan bulan purnama, bahkan
melebihinya. Ada pula yang kehabisan kata untuk mengungkapkan kesempurnaan
beliau, sehingga berkata, “Aku tak pernah melihat seorang pun yang lebih tampan
darinya.” Selain itu, sifat-sifat fisik beliau selalu sedang-sedang, tidak
terlalu begini juga tidak terlalu begitu, yang hal itu menunjukkan kesempurnaan
fisik beliau.
Berikut beberapa keterangan sifat fisik Rasulullah:
Postur
Beliau tidaklah berperawakan terlalu tinggi dan tidak
pula terlalu pendek. Pundak beliau bidang. Dada beliau sangatlah baik, tumbuh
rambut memanjang hingga kepusar. Di punggungnya terdapat khatamun-nubuwah,
yaitu tanda kenabian yang terletak dipunggung kanan atas Rasulullah berupa
rambut yang berkumpul.
Rambut
Rambut beliau sangat hitam dan bergelombang, tidak
terlalu keriting tidak pula rambut beliau lurus memanjang. Terkadang panjang
rambut beliau sampai pada pundak, kadang pula sampai pada tengah telinga atau
juga berada di antara pundak dan telinga. Pada awalnya Rasulullah lebih suka
membiarkan rambutnya terurai apa adanya (as-sadl), namun kemudian beliau
juga mengatur rambutnya belah tengah sehingga tengah ubun-ubunnya terlihat (at-tafriq).
Wajah
Hind bin Abi Halah menjelaskan kepada keponakannya, Hasan
bin Ali bahwa wajah Rasulullah bersinar layaknya sinar bulan purnama, wajah
beliau tidaklah tembem (gemuk dengan daging) tidak pula wajah beliau terlalu
bulat, dan juga tidak elips memanjang. Dahi beliau lebar (tidak sempit). Wajah
beliau berwarna putih kemerah-merahan, namun tidak sangat putih (al-abyadh
al-amhaq, putih yang terasa jelek di mata orang-orang, eperti orang bule).
Mata beliau tidak kecil dan kelopak mata beliau sangatlah hitam. Beliau
memiliki gigi taring yang renggang-renggang. Ketika berbicara seolah-olah sinar
indah terlihat dari mulutnya.
Sumber: Insanul Kamil, Prof.
Dr. Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar