PEMIKIRAN
SIGMUND FREUD
Oleh: Muhammad Thoriqul Islam
A. Pendahuluan
Psikoanalisis
adalah teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan pengikutnya sebagai studi
fungsi dan perilaku psikologis manusia.[1]
Menurut Reuben Fine[2] Psikoanalisa
memiliki 3 makna berbeda yaitu:
1.
Psikoanalisia merupakan suatu
sistem psikologi dari Sigmund Freud yang secara khusus menekankan peran alam
bawah sadar serta kekuatan-kekuatan dinamis dalam pengaturan fungsi psikis.
2.
Ia merupakan bentuk terapi terutama
sekali yang menggunakan asosiasi bebas serta berpijak pada analisa tranferensi
dan resistensi.
3.
Ia dipergunakan untuk membedakan
antara Pendekatan Freudian dari pendekatan Neo-Freudian dalam bidang
psikoanalisis yang sesuai.
Sigmund Freud
adalah seorang ilmuwan terkenal dalam bidang psikologi yang mempelopori
penyelidikan psikoanalisis, lahir di Freiberg Cekoslowakia tahun 1856, dengan
teorinya yang terkenal “Psikoanalisis”.Beliau terkenal dengan julukan Bapak
Penjelajah dan Pembuat Peta Ketidaksadaran Manusia.Freud mempunyai lima karya yang
sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah:
1.
The Interpretation of dreams (1900)
2.
The Psichopathology of Everiday
Life (1901)
3.
General Introductory Lectures on
Psichoanalysis (1917)
4.
New Introductory Lectures on
Psichoanalysis (1933)
5.
AnOutline of Psichoanalysis (1940).
Freud
mengemukakan bahwa kehidupan mental ada 3 tingkat, yaitu:
1). Alam bawah
sadar (preconscious) adalah semua elemen yang tidak disadari tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan
cepat atau agak sukar (Freud,1933/1964).
2). Alam tidak
sadar (unconscious) adalah tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting
yang tidak kita sadari tetapi ternyata ,mendorong perkataan, perasaan, dan
tindakan kita.
3). Alam sadar
adalah elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran.
B. Biografi
Sigmund Freud
Sigmund Freud
adalah seorang psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Dilahirkan dari
kandungan seorang ibu yang bernama Amalia yaitu seorang yang cantik, tegas,
masih muda, dua puluh tahun lebih muda dari suaminya dan merupakan istri ketiga
dari ayahnya Jacob Freud.[3]
Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freigery sebuah kota kecil yang didominasi
penduduk asli Muravia,[4]
yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Pribar, Cekoslowakia, Austria.
Ia meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun
Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan
Austria.[5]Gerald
Corey dalam “Theoryand Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan
bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari
tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang
ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga
keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun
demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap
kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebagian besar
hidup Freud diabadikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori
psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang
sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat
puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya
maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia
mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud
dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan
waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut
terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena
karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus
psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah
meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu
adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehenshif
dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.[6]
Psikoanalisa
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.Lima karya Freud yang sangat terkenal dari
beberapa karyanya diantaranyaadalah:The Interpretation of dreams (1900), The
Psichopathology of Everiday Life (1901), General Introductory Lectures on
Psichoanalysis (1917), New Introductory Lectures on
Psichoanalysis (1933), AnOutline of Psichoanalysis (1940).
Dalam dunia
pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A.
Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi
akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang
sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas
Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru
terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional
sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis
sudah didirikan di banyak negara.Dia meninggal pada 23 September 1939 di London
setelah menelan beberapa dosis morfin yang mematikan yang diminta dari
dokternya. Freud tidak percaya pada keabadian manusia, namun karyanya terus
hidup hingga kini.[7]
C. Pengertian
Psikoanalisa
Freud sebagai pemikir besar abad ke-20 yang turut menentukan
carabagaimana kita memandang dunia dan diri kita sendiri. Penemuan yang mengakibatkan
nama Freud menjadi mashur adalah psikoanalisa. Sebagai pendiri psikoanalisa,[8]walaupun
psikoanalisa ini berasal dari campur tangan ide-ide JosepBreuer namun istilah
ini diciptakan oleh Freud sendiri dan muncul untuk pertama kali pada tahun
1896. Di sini Freud tidak memberikan suatu batasan dalam arti yang sebenarnya.
Secara agak umum boleh dikatakan bahwa psikonalisa merupakan suatu pandangan
baru tentang manusia pada abad 20-an, dimana ketidaksadaran memainkan peranan
sentral. Pandangan ini mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan
dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis. Teori
psikoanalisis lahir dari praktek dan tidak dari sebaliknya.[9]
Seperti yang telah kita ketahui bersama istilah psikoanalisa
walaupun diciptakan Frued sendiri namun bukanlah murni hasil dari penemuannya sendiri,
akan tetapi berkat jasa dr. Josep Breuer sewaktu
Sigmund Freud masih menjadi mahasiswa dan sibuk dengan persiapan ujian (1880 –
1882). Metode katarsis dr. Breuer merupakan fase permulaan bagi psikoanalisa.[10]
Sigmund Freud tidak hanya belajar dan mempraktekkan metode hipnosa (katarsis)
untuk menangani kasus-kasus hysteria tetapi lebih dari itu ia juga sempat mengadakan
kerjasama dengan Breuer dalam menangani sejumlah kasus hysteria. Dari hasil
kerja sama tersebut kemudian dibuat buku “Studien Uber Hysteria” (1895).
Tidak lama kemudian setelah buku tersebut diterbitkan, Sigmund Freud
memisahkan diri serta meninggalkan metode yang dipakai oleh Breuerkarena ia
merasa tidak puas dengan prosedur dan hasil yang dicapainya. Setelah meninggalkan
metode hipnosa (katarsis), ia mencoba menggunakan metode sugesti yang
dipelajari dari dr. Bernheim pada tahun 1889. Ternyata hasilnya masih belum
memuaskan Sigmund Freud sehingga pada akhirnya ia mengembangkan metodenya
sendiri yaitu asosiasi bebas. Sejak Sigmund Freud menempuh jalan sendiri,
mengembangakan gagasan serta metode terapi sendiri sesungguhnya ia tengah
berada dalam usaha membangun landasanbagi ajaran psikoanalisanya. Jadi dapat dikatakan
bahwa metode asosiasi bebas itu merupkantongkak yang menandai dimulainya
psikoanalisis.[11]
Secara skematis Sigmund Freud mengambarkan jiwa sebagai Gunung Es
dimana bagian yang muncul di permukaan air merupakan bagian terkecil yaitu
puncak dari Gunung Es itu yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conciousnes),
agak di bawah permukaan adalah bagian para kesadaran (subconciousness)
dan bagian terbesar terletak di dasar air yang dalam hal kejiwaan merupakan
alam ketidaksadaran (unconciousness).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan mausia dikuasai oleh
alamketidaksadaran dan berbagai kelainan tingkat laku dapat disebabkan
karenafaktor-faktor yang terpendam dalam alam ketidaksadaran.Maka dari itu
untuk mempelajari seseorang kita harus menganalisa jiwa orang tersebut sampai
kita dapat melihat keadaan dalam alam ketidaksadarannya, yang selama ini tertutup
oleh alam sadar. Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan
teori-teori yang dikemukakannya, maka dalam psikoanalisis dikenal adanya tiga
aspek yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, psikoanalisa sebagai teknik
evaluasi
kepribadian
dan psikoanalisa sebagai teknik terapi (penyembuhan).[12]
Jadi, Teori
Psikoanalisa adalah suatu usaha mempertanggungjawabkan dua fakta observasi yang
mencolok dan tak diharapkan manakala usaha itu dibuat untuk melacak beberapa
simtom dari suatuneutorik dengan kembali menuju sumber dalam kehidupan masa
lalunya: fakta transferensi dan resistensi. [13]
D. Tingkat
Kehidupan Mental
Freud mengemukakan bahwa kehidupan
mental terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu: Alam Tidak Sadar, Alam Bawah
Sadar, Alam Sadar.
1. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious)
menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita
sadari tetapi ternyata ,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak
menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang
pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tapi tidak
benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat
tidak rasional.
Freud meyakini
bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak
langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada
dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip tongue), dan berbagai jenis lupa, yang
dikenal sebagai represi (repression).Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi
alam bawah sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak
bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak
ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Alam Bawah Sadar
Alam bawah
sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa
muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,1933/1964). Isi alam
bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu:
a. Persepsi sadar (conscious perception)
Persepsi dari
seseorang, secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam
bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang
dapat keluar masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah
pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan
tidak sadar nyaris sama satu dengan lainnya.
b. Gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam
tidak sadar.
Freud meyakini
bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah
sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak kita sadari,
karena ketika kita menyadari bahwa gambaran itu datang dari alam tidak sadar
maka kita akan merasa cemas, sehingga sensor akhir akan menekan gambaran itu
dan mengembalikannya ke alam tidak sadar. Sedangkan ada beberapa gambaran yang
masuk ke alam sadar karena dapat bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi,
salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3. Alam Sadar
Alam sadar
(conscious) didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada
dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa
langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk
ke dalam sadar, yaitu:
a. Melalui sistem kesadaran perceptual
(perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai
perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
b. Melalui struktur mental dan mencakup
gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun
gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang
berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar, maka
gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku
yang defensif atau dalam bentuk mimpi.
E. Wilayah
Pikiran (Id, Ego, dan Superego)
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek
yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego
(aspek sosiologis).[14] Untuk
mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan
model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara
satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut
dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta
fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya
merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku
manusia.
Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan
thanos berkuasa. Dalam id terdapat
naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal
atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginan keinginan yang
direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan
terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir
merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut.[15]
Sedangkan
naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh
Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan
seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi
lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan
dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari
ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.[16]Id
tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai
etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu
mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.[17]
Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi
kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui reflek
seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada
saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak akan
terpenuhi melainkan hanya membantu meredakan ketegangan dalam diri
kita. Agar tidak terjadi konflik maka dari itu diperlukan sistem lain yang
dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.[18]
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk
sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya
berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk
pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya
menawarkan
dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan.
Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan
memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia
luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan
pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan.
Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id,
kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya
pun tidak teratur.[19]
Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi
lingkungan garis perkembangan individu yang ditetapkan oleh keturunan dan
dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap
orang memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya.[20] Sehingga
dapat dikatakan bahwa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran,
terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan
kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan di dan superego.[21]
Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat
evaluatif (memberikan batasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan
internalisasi individu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini
terdapat nilai moral yang memberikan batasan baik dan buruk.[22] Dengan
kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun
fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga
aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama
impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat
dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada
yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari
lingkungannya.[23]
Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya
ke dalam dua
kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati
didapat melalui hukuman oleh orang tua, sedangkan ego ideal dipelajari
melalui penggunaan penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan
proses rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat
dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan adat
tradisi kebudayaan.[24] Superego
dalam peranannya sebagai penguasa dari
dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap ego. Setiap
kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau memberontak
terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego merupakan
agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha untuk menghancurkan
ego mempunyai tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam id.
Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri
kematian.[25]
F. AGAMA MENURUT SIGMUND FREUD
Agama lahir dari keinginan manusia dan karena itu merupakan ilusi.
Agama adalah penghiburan yang dibutuhkan manusia karena bengisnya hidup di
dunia ini. Begitulah Freud. Nampaknya Freud dan Marx sama-sama memiliki
kesimpulan tentang agama yang merupakan candu. Menurut Freud dan Marx, agama
tak lain dari sekedar pelarian manusia dari dunia yang tidak berpengharapan
(Sharf, 1995:119). Ketika manusia menghadapi konflik, depresi, stres, dan cemas
dalam hidupnya maka ia membutuhkan ‘obat’ untuk meredakan ‘rasa sakit’ itu. Dalam buku The Future of an Illusion Freud
menulis: “religion would this be the universal obsessional neurosis of
humanity, like the obsessional neurosis of Children, it arose out of Oedipus
complex, out of the relation to the father. If this view is right, it is to be
supposed that a Training-away from religion is bound to occur with the fatal
inevitabelity of a process of growth, and that we find ourselves at this very
juncture in the middle of that phase of Development” (Freud, 1961:41; Pals
2006: 73).
Freud berpikir bahwa agama hanyalah pelampiasan kekecewaan dan
pelarian dari kenyataan. Freud juga ‘menyarankan’ untuk membentuk sikap
kritis-rasional dan membuang segala ilusi serta penipuan daripada menerima
suatu kepercayaan yang tidak punya dasar rasional. Di sini Freud meyakini bahwa
perilaku keberagaman seseorang berada dalam alam bawah sadar. Dalam artikel
pertamanya, “Obsessive Action and Religious Practices”, Freud menyebut
kegilaan obsesif sebagai bagian ‘patologi bentuk agama’ dan agama sendiri
merupakan bagian ‘kegilaan obsesi universal’.
Argumen Freud di bangun dari kenyataan bahwa segala macam ritual
dan upacara keagamaan adalah bentuk kegilaan obsesif manusia semata. Karena
manusia tidak sadar ketika melakukan ritual-ritual agama. Jika dilihat dalam
kenyataan sehari-hari, barangkali teori Freud ada benarnya. Faktanya, mayoritas
kaum agamawan sering beribadah tidak muncul dari kesadaran mereka. Sungguh
sayang, jika perilaku ritual agama muncul tanpa kesadaran. Sering hanya untuk
mengurangi rasa cemas, bersalah, ancaman, atau bahkan dengan motif-motif
destruktifnya. Dalam kotek inilah teori Freud menemukan relevansinya dengan
realitas keberagamaan di Indonesia.
F. PENUTUP
Sigmund Freud
adalah seorang psikologi yang mempelopori penyelidikan psikoanalisis sehingga
dikenal dengan bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia. Dalam
teorinya tentang kepribadian Freud membaginya dalam 3 tingkatan mental: alam
tidak sadar, alam sadar, alam bawah sadar.
Menurut Freud
agama hanyalah suatu pelampiasan kekecewaan dan pelarian dari kenyataan. Freud
meyakini bahwa perilaku keberagamaan seseorang dikendalikan oleh hasrat seksual
yang bersumber dari alam ketidaksadaran. Freud menyebut agama sebagai sikap
kegilaan obsesif umat manusia. Sebab itu, Freud juga berharap agar seseorang
memiliki sikap kritis dan rasional serta membuang segala ilusi dan penipuan
termasuk menihilkan agama yang kata Freud tidak logis.
Daftar Pustaka
Kees Bertens, Panorama Filsafat Modern,
(Jakarta: Gramedia 2005), hal. 117-166
Jenny Edkins,
Nick Vaughan Williams, Teori-Teori Kritis [terj.], (Yogyakarta: Pustaka
Baca, 2010), hal. 227-232
John Lechte, 50 Filsuf Kontemporer, Dari Strukturalisme sampai Postmodernisme [Terj.], (Yogyakarta:
Kanisius,2007), hal. 44-50
ReubenFine, Ph.D., Private Practice,
Psychoanalysis, Direktur, New York.
Sigmund Freud, Kenangan Masa Keci Leonardo
da Vinci, terj. Yuli Winarno (Yogyakarta: Jendela, 2002), hlm. xi
Sigmund Freud, Peradaban dan Kekecewaan, terj. Apri Danarto
(Yogyakarta: Jendela, 2002), hlm. viii
Sumadi
Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Yogyakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), hlm. 142
Dr.
BimoWalgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2002),
hlm.61
Sigmund Freud,
Memperkenalkan Psikoanalisa, hlm. xii
Sigmund Freud,
Sekelumit Sejarah Psikoanalisa, terj. K. Bertens (Jakarta: PT.
Gramedia, 1983), hlm. 4
E. Koeswara, Teori-Teori
Kepribadian (Bandung: Eresco, 1991), hlm. 29-30
Dr. Singgih Dirgagunarsa, Pengantar
Psikoogi (Jakarata: Mutiara, 1978), hlm. 61-62
Sigmund Freud, On The History of The
PhychoanalyticMovement (1914), hlm.116.
Calvin S. Hall, Freud Seks Obresi Trauma
Dan Katarsis, terj. DudiMisky (Jakarta: Debapratesa, 1995), hlm. 29-30
Paulus
Budiraharjadkk, Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), hlm. 21
Hasan
Syarkawi, Melihat S. Freud Dari Jendela Lain (Solo: Studio Press, 1991),
hlm.17
Drs. Irwanto
dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 238
DanahZohar dan
LanMarsal, SQ; Meningkatkan Kecerasan Spiritual Dalam BerfikirIntegralistik
dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan Media Utama, 2000),
hlm. xviii
Freud, Sigmund, “The Future of an Illusion”, in The Standar
Edition of the complete psychological Works of Sigmund Freud, London:
Hogarth Press, 1961.
[3]Sigmund Freud, Kenangan Masa Keci Leonardo
da Vinci, terj. Yuli Winarno (Yogyakarta: Jendela, 2002), hlm. xi
[4]Sigmund Freud, Peradaban dan Kekecewaan,
terj. ApriDanarto (Yogyakarta: Jendela, 2002), hlm. viii
[10]Sigmund Freud, Sekelumit Sejarah
Psikoanalisa, terj. K. Bertens (Jakarta: PT.
Gramedia, 1983), hlm. 4
[11]
E. Koeswara, Teori-Teori Kepribadian (Bandung: Eresco, 1991),
hlm. 29-30
[16] Calvin S. Hall, Freud Seks Obresi Trauma
Dan Katarsis, terj. DudiMisky (Jakarta: Debapratesa, 1995), hlm. 29-30
[18] Paulus Budiraharjadkk, Mengenal Teori
Kepribadian Mutakhir (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 21
[19] Calvin S. Hall, Freud
Seks Obresi Trauma Dan Katarsis, terj. Dudi Misky (Jakarta: Debapratesa,
1995), hlm. 37-38
[23] Danah Zohar
dan Lan Marsal, SQ; Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir Integralistik
dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan Media Utama, 2000),
hlm. xviii
[25] J.P.Chaplin, Kamus
Lengkap Psikologi, terj. dr. Kartini Kartono (Jakarta: PT.RajaGrafindo,
1999), hlm. 394
Tidak ada komentar:
Posting Komentar