Senin, 10 Agustus 2015

Saat Jadi Ketua Osis

MENJADI KETUA OSIS



Ketika aku berusia tiga belas tahun dan duduk di bangku SMP kelas delapan, aku masih belum banyak mengenal orang-orang di sekitarku, yang ku kenali hanya guru-guru dan teman-teman sekelasku saat kelas tujuh kemarin. Hari pertama masuk ajaran baru dan duduk di kelas delapan adalah hal yang paling ku tunggu selama liburan semester berlangsung. Ketika mataku melihat sekeliling orang yang baru ku kenal di kelas itu rasanya bingung harus bagaimana, tetapi rasa itu berubah ketika aku melihat sosok gadis berkerudung di bangku depan yang duduk sendirian dan beruntung aku mengenalinya, ya Suci namanya. Aku pun menghampirinya dan bertanya “hai bolehkah aku duduk di sampingmu”, ia pun menjawab “iya tentu saja” dengan wajahnya yang senang. Dan mulai saat itu aku duduk bersamanya menjalani hari-hariku di kelas.
Sudah dua bulan aku belajar di kelas delapan, banyak hal baru yang ku dapatkan dan mungkin sikapku juga berubah menjadi lebih dewasa dari sebelumnya, aku pun senang duduk sebangku dengan Suci karena dia adalah gadis yang baik, pintar dan shalehah. Hal lainnya yang ku suka adalah banyak guru yang mengenaliku, tentunya bukan karena kenakalanku tetapi karena keaktifanku di kelas. Sampai suatu waktu ketua OSIS di sekolahku mencari anak yang mau menjadi pengurus OSIS berikutnya. Pada saat itu wali kelasku mendaftarkanku untuk mengikutinya “Vio, kamu mau ya ibu daftarkan menjadi pengurus OSIS baru?” dan kebetulan aku pun sudah pernah menjadi pengurus di kelas tujuh, karena aku memang senang berorganisasi. “oh iya tentu saja saya mau bu”.
Saat pemilihan pengurus OSIS berlangsung aku berkata dalam hati “memang tidak terlalu tegang rasanya mengikuti pemilihan ini dan aku pun tidak terlalu santai menghadapi kakak kelas yang tegas-tegas dan menjadi panitia itu. hmm Banyak tahap yang harus kulewati, sungguh tidak mudah memang untuk meraih apa yang kita mau dan itu butuh perjuangan yang cukup keras untuk anak seumurku saat itu. Dan selama empat hari aku dididik menjadi calon pengurus OSIS, dan hari demi hari ku jalani dengan niat dan usaha agar aku terpilih menjadi pengurus.
Tiba di hari penentuan, saat itu hari sudah sore dan kondisi badan saat itu memang sudah lelah karena kegiatan yang begitu banyak. Dan ketika wakil kesiswaan memberi amanat dan sekaligus memberi tahu siapa saja yang lulus seleksi pengurus OSIS suasana tiba-tiba menjadi hening dan dipenuhi rasa khawatir, satu demi satu nama disebutkan sesuai bidangnya dan saat itu ketua dan pengurus inti memang belum disebutkan. Aku pun takut, “bagaimana ini kalau aku tidak terpilih kecewa mungkin rasanya” seru ku dalam hati, sampai saat yang tidak ku sangka-sangka aku terpilih menjadi calon ketua OSIS, ya namaku disebutkan saat itu. Teman ku pun memberi selamat padaku “wahh kamu hebat, selamat ya Vio tetap semangat untuk tahap selanjutnya” sungguh aku terkejut dan senang. Tetapi itu belum berakhir karena besok senin aku harus meyakinkan warga sekolah untuk memilihku dari tiga orang lainnya sebagai ketua OSIS yang baru.
Ketika upacara bendera hari senin selesai, kini waktunya kampanye bagi para calon ketua kepada warga sekolah. Saat giliranku tiba, aku menjelaskan tentang visi dan misiku nanti ketika menjadi ketua Osis, sungguh nervous rasanya berdiri di hadapan orang banyak karena aku belum terbiasa akan hal ini, tapi aku harus yakin bahwa aku pasti bisa.
Seminggu berlalu begitu saja, hari ini adalah puncak acara di mana pemilihan umum berlangsung, semua murid berbaris untuk mengambil hak suaranya. Tegang rasanya, kira-kira siapa yang mereka percaya untuk menjadi ketua, apakah mereka memilihku atau mereka memilih yang lain? pertanyaan itu selalu muncul dalam diriku. Sampai akhirnya semua selesai memilih dan kini waktunya penghitungan suara, point demi point menunjukkan jumlah suara untuk diriku, cukup lega rasanya karena cukup banyak yang memilihku, tetapi itu saja tidak cukup aku pun terus berdoa agar aku bisa terpilih. Sepertinya kandidat yang lain pun merasakan hal yang sama denganku, tetapi aku harus tetap lapang dada jika akhirnya aku tidak terpilih menjadi ketua dan hanya menjadi pengurus inti saja.
Saat penghitungan berakhir kepala sekolah pun turun langsung ke acara untuk mengumumkan hasilnya, jantungku sungguh berdegup kencang tak sabar ingin mengetahui hasilnya. Dengan jeda bicara kepala sekolah yang begitu lama dan membuat semua orang pun ikut tegang akhirnya beliau menyebut namaku sebagai Ketua umum dan Agung temanku sebagai wakilnya. “Dari hasil pemilihan ini, kita sekarang mendapat ketua OSIS yang baru, dan ketua itu adalah… Vione”. Senang sekali rasanya, aku pun diminta untuk menyampaikan sepatah dua kata untuk kemenanganku itu. Walau gemetar dan masih tidak percaya, aku berdiri di depan warga sekolah untuk menyampaikan pidato pendek “terima kasih semuanya karena sudah mempercayaiku untuk menjadi ketua OSIS yang baru, saya harap teman-teman mau membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalankan program yang ada nanti”.

Tidak lupa saat pulang sekolah aku pun membawa kabar baik ini untuk keluargaku di rumah, orang tuaku pun bangga padaku, mereka berharap bahwa aku bisa menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab di sekolah, dan menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar