Senin, 25 Juli 2016

FITNAH ORIENTALISME TERHADAP AL-QUR’AN

FITNAH ORIENTALISME TERHADAP AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah kitab suci yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai mukjizat dan jalan penerang bagi sekalian umat muslim di dunia, sebagai pedoman yang benar untuk sebagai tuntunan menuju keridaan Allah SWT yaitu amal saleh yang ganjarannya yaitu kenikmatan surga. Sebagai umat yang taat tentunya akan selalu berbuat baik yang adapun dasar hukum perbuatan baik yaitu Al-Qur’an dan Hadits.


A.    PENGERTIAN

Orientalisme adalah studi islam yang dilakukan oleh orang-orang Barat. Kritikus orientalisme bernama Edward W. Said menyataka bahwa orientalisme adalah suatu cara untuk memahami dunia Timur berdasarka tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.

B.     DOGMA ORIENTALIS

Menurut pengamatan Amien Rais sekurang-kurangnya terdapat enam dogma orientalisme, yaitu :
Pertama: ada perbedaan mutlak dan perbedaan sistematik antara Barat yang rasional, maju, manusiawi dan superior, dengan Timur yang sesat, irrasional, terbelakang dan inferior. Menurut anggapan mereka, hanya orang Eropa dan Amerika yang merupakan manusia-penuh, sedangkan orang Asia-Afrika hanya bertaraf setangah-manusia.
Edward W. Said menyatakan orientalisme memandang Timur sebagai sesuatu yang keberadaannya tidak hanya disuguhkan melainkan juga tetap tinggal pasti dalam waktu dan tempat bagi Barat. Seluruh periode sejarah budaya, politik dan sosial timur hanyalah dianggap sebagai tanggapan semata-mata terhadap Barat. Barat adalah pelaku (actor),sedangkan Timur hanyalah penanggap (reactor) yang pasif. Barat adalah penonton, penilai dan juri bagi setiap segi tingkah laku Timur.
Sikap-sikap orientalis kontemporer, lanjut Said, telah menguasai pers dan pikiran masyarakat. Orang-orang Arab, umpamanya, dianggap si hidung belang yang senang menerima suap yang kekayaannya merupakan penghinaan terang-terangan terhadap peradaban sejati. Selalu ada asumsi bahwa meskipun konsumen Barat tergolong minoritas dari penduduk dunia, mereka berhak untuk memiliki atau membelanjakan sebagian besar sumber daya dunia. Mengapa? Karena mereka manusia-manusia sejati yang berlainan dengan dunia Timur.
Kedua: abstraksi dan teorisasi tentang Timur lebih banyak didasarkan pada teks-teks klasik, dan hal ini lebih diutamakan dari peda bukti-bukti nyata dari mayarakat Timur yang konkret dan riil. Dalam masalah ini, para orientalis tidak biasa mengelakan tuduhan Edward W. Said bahwa mereka tidak mau menyelidiki perubahaan yang terjadi dalam masyarakat Timur, tetapi lebih mengutamakan isi teks-tek kuno sehingga orientalisme berputar-putar di sekitar studi tekstual, tidak realistis. Philiph K. Hitti, umpanya, mengatakan bahwa untuk mempelajari islam dan umatnya tidak diperlukan kerangka teori baru karena, menurutnya, masyarakat Islam yang sekarang sembilan abad yang lalu.
Ketiga: Timur dianggap begitu lestari (tidak berubah-ubah), seragam, dan tidak sanggup mendefinisikan dirinya. Karena itu menjadi tugas Barat untuk mendefinisikan apa sesungguhnya Timur itu, dengan cara yang sangat  digeneralisasi, dan semua itu dianggap cukup objektif.
Keempat: pada dasarnya Timur itu merupakan sesuatu yang perlu ditakuti, atau sesuatu yang perlu ditaklukkan. Apabila seseorang orientalis mempelajari Islam dan umatnya, keempat dogma itu perlu ditambah dengan dua dogma pokok lainnya.
Kelima: Al-Quran bukanlah wahyu Tuhan, melainkan buku karangan Muhammad SAW yang merupakan gabungan unsur-unsur agama Yahudi, Kristen, dan tradisi Arab pra-Islam. Seorang orientalis bernama Chateaubriand, misalnya, mengindoktrinasi murid-muridnya bahwa al-Quran itu sekedar buku karangan MuhammadSAW. Al-Quran tidak memuat prinsip-prinsip peradaban maupun ajaran yang memperluhur watak manusia. Ia bahkan mengatakan, al-Quran tidak mengutuk tirani dan iak mengajurkan cinta pada kemerdekaan.
Keenam: kesahihan atau keaslian semua Hadis harus diragukan. Malah ada yang mengeritik syarat-syarat sahnya Hadis seperti yang dilakukan Joseph Schacht. Amien Rais menyindir bahwa disamping ada hadis riwayat Bukhari dan Muslim ada juga “Hadis riwayat Josep Schacht”.

C.     AL-QUR’AN DALAM PANDANGAN ORIENTALISME

Objek dan sasaran terpenting yang diupayakan orientalis adalah menjadi manusia-manusia yang mendustai kebenaran, membuka hati bagi kesesatan dan kekufuran, berdasankan firman Allah SWT:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah  kau jadikan diantara mereka penolong-penolong(Mu) , hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan  bunuhlah dia dimana saja kainu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun diantara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.

Imaji-imaji dan rekayasa orientalis tentang Nabi Muhammad SAW yang menandaskan bahwa beliau telah menciptakan al-Qur’an dan mengilustrasikan pada setiap manusia sebagai firman Allah adalah belahan masa lalu. Orang-orang musyrik dan kafir Makah mengklaim bahwa al-Qur’an sebagai kebohongan seraya berkata: “Al-Qur’an adalah perkataan seorang penyair, pcrkataan orang gila, perkataan pemuda yang kerasukan jin, dan perkataan ahli sihir.” Mereka menandaskan pula, bahwa al. Qur’an merupakan bagian dan mushaf-mushaf terdahulu. Ungkapan-ungkapan orientalis klasi tersebut sama dengan apa yang diungkapan oleh para orientalis kontemporer, sebab kekufuran mereka itu satu aliran, dan karena setiap musuh Islam bertujuan untuk menciptakan wewenang-wewenang yang dapat memutus relasi seorang muslim dengan kitab sucinya, al-Qur’an al-Karim, kemudian menciptakan skeptisisme tentang kenabian Muhammad SAW.
Karya-karya orientalis mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW dan dakwahnya, juga mencakup perbincangan tentang teologi Islam yang diawali dengan skeptisisme seseorang tentang kebenaran al-Qur’an, mengilustrasikan al-Qur’an sebagai buatan Muhammad saw, dan bahwa aktivitas para sahabat dalam melakukan kodifikasi al-Qur’an sebagi sebagai firman Allah justru hanya akan menampakkan kesederhanaan mereka, serta keimanan para Sahabat pada Nabi Muhammad SAW secara buta adalah karena hati nurani mereka telah disihir sekte baru yang memusuhi Islam, menjauhi agamanya dan mencegah penyebaran Islam.

D.    KESIMPULAN

Para Orientalis  orang yang benar-benar tertutup hati mereka, walaupun telah di tunjukkan kebenaran mereka akan tetap tidak faham, dunia ini semakin tua semakin menjadi, Islam yang jelas-jelas adalah agama yang benar tidak pernah di anggap benar oleh mereka, ini lah orang-orang kafir yang iri akan kejayaan islam dahulu, sampai al-Qur’an yang sebuah kitab suci yang mu’jiz dari Allah SWT kepada umat Islam untuk mereka pegang sebagai pedoman  utama, mereka (orientalis) telah merubah keyakinan akan keimanan serang muslim bahwa al-Qur’an adalah dari Muhammad SAW bukan sebuah mu’jizat, inilah fitnah mereka akan islam dan ini bukan hanya satu-satunya tapi masih banyak lagi fitnah yang mereka ungkapkan dari asas pedoman dan kajian  keislaman, mereka masuk melalui ilmu pengetahuan, pola kehidupan dan sosial, maka dari itu kita harus lebih waspada terhadap kemajuan dan ke moderenan elektronik, dan sarana-sarana yang mengatasnamakan western, semua itu harus kita filter agar yang baik dapat bermanfaat dan yang jelek dapat di tinggalkan.Walla>hu a’lam bis}awa>b.

REFERENSI :
Edward W Said, Orientalisme, Trej. Asep Hikmat, Bandung: pustaka Slman,1996
M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Bandung: Mizan, 1986, hlm 234.
Edward W Said, orientalisme, hlm.143-144.
DR. Adnan M. Wizan, AKAR GERAKAN ORIENTALISME



Tidak ada komentar:

Posting Komentar