FITNAH ORIENTALISME TERHADAP AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab
suci yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai mukjizat dan jalan
penerang bagi sekalian umat muslim di dunia, sebagai pedoman yang benar untuk
sebagai tuntunan menuju keridaan Allah SWT yaitu amal saleh yang ganjarannya
yaitu kenikmatan surga. Sebagai umat yang taat tentunya akan selalu berbuat
baik yang
adapun dasar hukum perbuatan baik yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
A. PENGERTIAN
Orientalisme adalah studi islam yang dilakukan oleh
orang-orang Barat. Kritikus orientalisme bernama Edward W. Said menyataka bahwa
orientalisme adalah suatu cara untuk memahami dunia Timur berdasarka
tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.
B. DOGMA
ORIENTALIS
Menurut pengamatan Amien Rais sekurang-kurangnya terdapat enam
dogma orientalisme, yaitu :
Pertama: ada
perbedaan mutlak dan perbedaan sistematik antara Barat yang rasional, maju,
manusiawi dan superior, dengan Timur yang sesat, irrasional, terbelakang dan
inferior. Menurut anggapan mereka, hanya orang Eropa dan Amerika yang merupakan
manusia-penuh, sedangkan orang Asia-Afrika hanya bertaraf setangah-manusia.
Edward W. Said menyatakan orientalisme memandang Timur sebagai
sesuatu yang keberadaannya tidak hanya disuguhkan melainkan juga tetap tinggal
pasti dalam waktu dan tempat bagi Barat. Seluruh periode sejarah budaya,
politik dan sosial timur hanyalah dianggap sebagai tanggapan semata-mata
terhadap Barat. Barat adalah pelaku (actor),sedangkan Timur
hanyalah penanggap (reactor) yang pasif.
Barat adalah penonton, penilai dan juri bagi setiap segi tingkah laku
Timur.
Sikap-sikap orientalis kontemporer, lanjut Said, telah menguasai
pers dan pikiran masyarakat. Orang-orang Arab, umpamanya, dianggap si hidung belang
yang senang menerima suap yang kekayaannya merupakan penghinaan terang-terangan
terhadap peradaban sejati. Selalu ada asumsi bahwa meskipun konsumen Barat
tergolong minoritas dari penduduk dunia, mereka berhak untuk memiliki atau
membelanjakan sebagian besar sumber daya dunia. Mengapa? Karena mereka
manusia-manusia sejati yang berlainan dengan dunia Timur.
Kedua:
abstraksi dan teorisasi tentang Timur lebih banyak didasarkan pada teks-teks
klasik, dan hal ini lebih diutamakan dari peda bukti-bukti nyata dari mayarakat
Timur yang konkret dan riil. Dalam masalah ini, para orientalis tidak biasa
mengelakan tuduhan Edward W. Said bahwa mereka tidak mau menyelidiki perubahaan
yang terjadi dalam masyarakat Timur, tetapi lebih mengutamakan isi teks-tek kuno
sehingga orientalisme berputar-putar di sekitar studi tekstual, tidak
realistis. Philiph K. Hitti, umpanya, mengatakan bahwa untuk mempelajari islam
dan umatnya tidak diperlukan kerangka teori baru karena, menurutnya, masyarakat
Islam yang sekarang sembilan abad yang lalu.
Ketiga: Timur
dianggap begitu lestari (tidak berubah-ubah), seragam, dan tidak sanggup
mendefinisikan dirinya. Karena itu menjadi tugas Barat untuk mendefinisikan apa
sesungguhnya Timur itu, dengan cara yang sangat digeneralisasi, dan
semua itu dianggap cukup objektif.
Keempat: pada
dasarnya Timur itu merupakan sesuatu yang perlu ditakuti, atau sesuatu yang
perlu ditaklukkan. Apabila seseorang orientalis mempelajari Islam dan umatnya,
keempat dogma itu perlu ditambah dengan dua dogma pokok lainnya.
Kelima: Al-Quran
bukanlah wahyu Tuhan, melainkan buku karangan Muhammad SAW yang merupakan
gabungan unsur-unsur agama Yahudi, Kristen, dan tradisi Arab pra-Islam. Seorang
orientalis bernama Chateaubriand, misalnya, mengindoktrinasi murid-muridnya
bahwa al-Quran itu sekedar buku karangan MuhammadSAW. Al-Quran tidak memuat
prinsip-prinsip peradaban maupun ajaran yang memperluhur watak manusia. Ia
bahkan mengatakan, al-Quran tidak mengutuk tirani dan iak mengajurkan cinta
pada kemerdekaan.
Keenam:
kesahihan atau keaslian semua Hadis harus diragukan. Malah ada yang mengeritik
syarat-syarat sahnya Hadis seperti yang dilakukan Joseph Schacht. Amien Rais
menyindir bahwa disamping ada hadis riwayat Bukhari dan Muslim ada juga “Hadis riwayat
Josep Schacht”.
C. AL-QUR’AN
DALAM PANDANGAN ORIENTALISME
Objek dan sasaran terpenting yang diupayakan
orientalis adalah menjadi manusia-manusia yang mendustai kebenaran, membuka
hati bagi kesesatan dan kekufuran, berdasankan firman Allah SWT:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana
mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka
janganlah kau jadikan diantara mereka penolong-penolong(Mu) , hingga
mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan
dan bunuhlah dia dimana saja kainu menemuinya, dan janganlah kamu
ambil seorangpun diantara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi
penolong”.
Imaji-imaji dan rekayasa orientalis tentang
Nabi Muhammad SAW yang menandaskan bahwa beliau telah menciptakan al-Qur’an dan
mengilustrasikan pada setiap manusia sebagai firman Allah adalah belahan masa
lalu. Orang-orang musyrik dan kafir Makah mengklaim bahwa al-Qur’an sebagai
kebohongan seraya berkata: “Al-Qur’an adalah perkataan seorang penyair,
pcrkataan orang gila, perkataan pemuda yang kerasukan jin, dan perkataan ahli
sihir.” Mereka menandaskan pula, bahwa al. Qur’an merupakan bagian dan
mushaf-mushaf terdahulu. Ungkapan-ungkapan orientalis klasi tersebut sama
dengan apa yang diungkapan oleh para orientalis kontemporer, sebab kekufuran
mereka itu satu aliran, dan karena setiap musuh Islam bertujuan untuk
menciptakan wewenang-wewenang yang dapat memutus relasi seorang muslim dengan
kitab sucinya, al-Qur’an al-Karim, kemudian menciptakan skeptisisme tentang
kenabian Muhammad SAW.
Karya-karya orientalis mengenai sejarah Nabi
Muhammad SAW dan dakwahnya, juga mencakup perbincangan tentang teologi Islam
yang diawali dengan skeptisisme seseorang tentang kebenaran al-Qur’an,
mengilustrasikan al-Qur’an sebagai buatan Muhammad saw, dan bahwa aktivitas
para sahabat dalam melakukan kodifikasi al-Qur’an sebagi sebagai firman Allah
justru hanya akan menampakkan kesederhanaan mereka, serta keimanan para Sahabat
pada Nabi Muhammad SAW secara buta adalah karena hati nurani mereka telah
disihir sekte baru yang memusuhi Islam, menjauhi agamanya dan mencegah
penyebaran Islam.
D.
KESIMPULAN
Para Orientalis orang
yang benar-benar tertutup hati mereka, walaupun telah di tunjukkan kebenaran
mereka akan tetap tidak faham, dunia ini semakin tua semakin menjadi, Islam yang
jelas-jelas adalah agama yang benar tidak pernah di anggap benar oleh mereka, ini lah orang-orang kafir yang
iri akan kejayaan islam dahulu, sampai al-Qur’an yang sebuah kitab suci yang mu’jiz dari Allah SWT kepada umat Islam untuk
mereka pegang sebagai pedoman utama,
mereka (orientalis) telah merubah keyakinan akan keimanan serang muslim bahwa al-Qur’an
adalah dari Muhammad SAW bukan sebuah mu’jizat, inilah fitnah mereka akan islam dan ini bukan hanya
satu-satunya tapi masih banyak lagi fitnah yang mereka ungkapkan dari asas pedoman
dan kajian keislaman, mereka masuk melalui ilmu pengetahuan, pola
kehidupan dan sosial, maka dari itu kita harus lebih waspada
terhadap kemajuan dan ke moderenan elektronik, dan sarana-sarana yang
mengatasnamakan western, semua itu harus kita filter agar yang baik dapat
bermanfaat dan yang jelek dapat di tinggalkan.Walla>hu a’lam bis}awa>b.
REFERENSI :
Edward W
Said, Orientalisme, Trej. Asep Hikmat, Bandung: pustaka Slman,1996
M. Amien
Rais, Cakrawala Islam, Bandung: Mizan, 1986, hlm 234.
Edward W
Said, orientalisme, hlm.143-144.
DR. Adnan M. Wizan, AKAR GERAKAN ORIENTALISME
Tidak ada komentar:
Posting Komentar