Penulis :
Sinyo
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2014
Tebal buku :
174 halaman
Dimensi :
140 mm x 210 mm
Harga buku :
Rp. 38.500,00
Istilah
LGBT digunakan untuk mencerminkan orientasi non-heteroseksual atau orientasi
yang menyimpang dari fitrah alami manusia, seperti lesbian, gay, biseksual dan
transgender. Namun seiring berkembangnya zaman, masih banyak lagi orientasi
seksual yang belum termaktub dalam istilah ini seperti aseksual yang tidak
memiliki ketertarikan seksual pada siapapun dan interseks yaitu seseorang
dengan jenis kelamin ganda. Maka istilah ini mewakili seluruh orientasi
non-heteroseksual secara umum dewasa ini. Perkembangan LGBT di Indonesia ibarat
sebuah gunung es, dari luar tampak sejuk dan tenang akan tetapi di dalamnya
bergejolak dan siap memuntahkan lahar panas. Perumpamaan ini menandakan bahwa
Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila pun tidak menutup
kemungkinan akan aktivitas seksual menyimpang. Fenomena ini dibuktikan dengan
menjamurnya organisasi-organisasi yang didalangi oleh kaum LGBT. Salah satu
organisasi yang paling menonjol adalah Gaya Nusantara yang diketuai oleh Dede
Oetomo. Gaya Nusantara adalah organisasi yang menjadi barometer perkembanagan
LGBT di Indonesia karena aktif melakukan kampanye tantang LGBT.
Perilaku
homoseksual tidak memandang orientasi seksual seseorang. Tindakan ini dapat
dilakukan seorang laki-laki dengan orientasi heteroseksual sekalipun. Sebagai
gambaran akan hal ini, para penjaja seks dari kalangan waria tidak kalah
bersaing dengan penjaja seks dari kalangan wanita. Jika laki-laki yang memiliki
orientasi non-heteroseksual, lebih masuk akal bila menyukai laki-laki yang
gagah perkasa dibandingkan waria. Ada bebepara faktor yang melandasi fenomena
ini yaitu terbebas dari kehamilan, menghemat biaya, dan juga tidak akan
dicurigai kebersamaannya dengan sesama jenis. Beberapa pelaku hanya
mengedepankan pemuasan hawa nafsu biologis semata dari tindakan ini tanpa
didasari rasa cinta.
Buku
Anakku Bertanya tentang LGBT mencakup segenap informasi mendasar akan
dunia LGBT dan orientasi seksual. Penulis menggunakan bahasa yang santai namun
juga mengenalkan istilah-istilah dalam dunia LGBT sehingga memperkaya wawasan
pembaca. Buku ini menggali fakta LGBT kontemporer secara mendalam dengan
menampilkan tokoh-tokoh dari kubu pro dan kontra sebagai perbandingan. Penulis
juga menjelaskan secara kronologis awal mula munculnya LGBT dari zaman dahulu
hingga kini. Tidak hanya sebagai informasi bagi kalangan yang awam akan dunia
LGBT, tetapi penulis juga memberikan solusi bagi para penyandang LGBT yang
ingin hidup dalam syari’at Islam yang benar. Seperti ajakan bergabung di grup
facebook, “Tobatnya LGBT II” yang dimotori penulis bagi mereka yang erat dengan
dunia LGBT namun enggan menjalani aktivitas homoseksual.
Penulis
mengungkapkan misteri awal mula tindakan homoseksual terjadi di muka bumi ini.
Dalam memaparkannya, penulis menggunakan dua referensi yang menunjukkan
bukti-bukti homoseksual di masa lampau; yaitu berdasarkan penemuan arkeologi
dan juga kitab suci agama-agama samawi khususnya Al-Qur’an. Menurut penemuan
para arkeolog dan catatan sejarah, diketahui bahwa tindakan homoseksual sudah
ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Hal ini diperkuat dengan penemuan ahli
arkeologi di Eropa akan benda-benda atau lukisan yang mengarah pada aktivitas
homosksual pada akhir masa Upper Paleolothic. Salah satu temuannya
adalah gambar dan pahatan gua di lembah Gorge d’Enfer, Prancis yang menunjukkan
beberapa batang kayu mirip penis. Kalangan arkeolog berpendapat bahwa batangan
kayu tersebut kemungkinan digunakan oleh dua perempuan secara bersamaan, diduga
karena mereka lesbian. Berdasarkan kitab suci agama samawi; yaitu Yahudi,
Kristen dan Islam menceritakan kisah yang hampir sama walaupun terdapat
perbedaan diantara ketiganya. Kisah yang dimaksudkan adalah kaum nabi Luth AS
yang dibumihanguskan oleh Allah SWT dengan bencana alam yang sangat dahsyat
akibat perilaku mereka yang melampaui batas, yaitu melampiaskan syahwat pada
sesama jenis.
Buku
ini menghadirkan sisi pro dan kontra akan permasalahan LGBT beserta tokoh-tokoh
aktivis organisasi yang berkecimpung dalam dua kubu tersebut. Kubu pro seperti
Arus Pelangi, Komnas HAM Indonesia dan Gaya Nusantara beserta para
pelopor-pelopornya, berpendapat bahwa orientasi seksual seseorang tidak dapat
diubah karena anugerah dari Tuhan sejak dilahirkan, maka adalah hak bagi setiap
individu untuk mengapresiasikan orientasi seksualnya, termasuk mendapatkan
perlakuan yang adil tanpa diskrimisasi dalam masyarakat. Dan lain bagi kubu
kontra seperti Majelis Ulama Indonesia dan juga kaum religius dari agama Yahudi
dan Kristen, mereka berargumen bahwa agama dan kitab suci manapun melarang
perilaku LGBT dengan tegas dan juga merujuk pada penelitian para ilmuan yang
menunjukkan bahwa orientasi seksual seseorang dapat diubah dengan berbagai
faktor.
Menariknya,
penulis mengangkat sisi lain yang unik dari
masalah LGBT. Ketika seorang muslim menyadari bahwa dirinya memiliki
orientasi non-heteroseksual, mereka meyakini bahwa hal ini merupakan ujian dari
Allah SWT layaknya kemiskinan, sakit yang berkepanjangan dan juga tubuh yang
tidak sempurna. Daripada memperdebatkannya, mereka memilih untuk menyikapinya
sesuai kaidah agama Islam yang benar bukan hanya pasrah dan berdiam diri saja.
Jika ujian tersebut terlampaui, Insya Allah mereka berhak mendapatkan
keunggulan dari mereka yang berorientasi heteroseksual.
Sebagai
seorang yang aktif dalam bidang parenting, uraian penulis tak luput dari
pembahasan akan pencegahan potensi LGBT pada diri seorang anak. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan mengantisipasi anak dari pergaulan yang semakin kompleks
seiring perkembangan teknologi. Pengawasan terhadap anak dalam aktivitas dunia
maya pun perlu ditingkatkan, karena gerakan kelompok pro-LGBT di dunia maya
semakin tampak. Mengenalkan batas-batas aurat antara laki-laki dan perempuan
pada anak, serta memisahkan tempat tidur mereka ketika memasuki masa remaja,
pun melarang anak untuk tidur dalam satu selimut meski sesama jenis dapat
menjadi pendidikan orangtua pada anak sejak dini agar terhindar dari perilaku
LGBT.
Kelemahan
dalam buku ini adalah penulis belum membahas secara mendetail sebab timbulnya
orientasi non-heteroseksual yang mencakup LGBT pada diri seseorang. Apakah
murni bawaan diri seseorang sejak lahir ataukah timbul seiring berkembangnya
pola pikir dan kondisi psikologis seseorang. Padahal menurut para pembaca, di
titik inilah informasi terpenting dari persoalan LGBT, khususnya bagi pembaca
yang awam dari persoalan ini. Serta terdapat sub-bab yang rangkap atau dibahas
dua kali dalam buku ini. Seperti pembahasan tentang pro-kontra yang telah dipaparkan
di bab pertama namun dijumpai kembali di bab kelima.
Penulis
lahir di kota Magelang 22 Oktober 1974. Selain aktif di dunia parenting,
penulis pun selalu membantu saudara muslim yang bermasalah dengan dunia LGBT
melalui berbagai media, seperti facebook, e-mail dan telepon. Beberapa karyanya
telah dipublikasikan sejak tahun 1992 dan karyanya yang spesifik membahas tentang
permasalahan LGBT adalah Dua Wajah Rembulan, yang terbit pada Februari
2011. Buku tersebut mengungkap komunitas muslim dengan orientasi
non-heteroseksual di dunia maya yang menjauhi tindakan homoseksual. Buku
selanjutnya adalah Anakku Bertanya tentang LGBT yang terbit pada tahun
2014, buku kedua inilah yang telah diulas seluk-beluk dan poin-poinnya diatas.
Penulis
terinspirasi dari pertanyaan anak sulung penulis akan seorang gay yang menjadi
tetangganya. Si sulung bertanya, mengapa sang tetangga bisa tertarik pada
sesama jenisnya. Melalui pertanyaan ini, tergugahlah jiwa seorang ayah untuk
mencari tahu lebih lanjut akan persoalan ini agar dapat menjelaskannya pada si
buah hati. Sehingga mulailah perjalanan penulis untuk meneliti dan
menuliskannya dalam bentuk buku non-fiksi yang informatif dan mudah dipahami
semua kalangan. Dalam memaparkan penjelasannya, penulis menggunakan pendekatan
religius dan menggunakan Al-Qur’an dan Hadist sebagai rujukan sehingga
memperkuat argumentasinya dalam berpendapat. Dan untuk memberikan kesimpulan
yang baik, penulis menuliskan ringkasan akan pembahasan di setiap akhir bab
sehingga memudahkan pembaca untuk menyimpulkan benang merah yang ditegaskan
penulis dalam bukunya.
Ketika
merumuskan duduk permasalahan yang akan dibahas di bukunya, penulis terlebih
dahulu mencari narasumber dari beberapa orang yang dekat dengan dunia LGBT.
Menurut pernyataannya, narasumber dari kaum lelaki lebih mendominasi dan lebih
mudah ditemukan daripada narasumber wanita. Terlebih narasumber yang awalnya
memiliki kecenderungan non-heteroseksual dan berhasil merubah orientasi
seksualnya kemudian hidup dalam syari’at Islam. Penulis menegaskan, bahwa
seseorang dengan orientasi non-heteroseksual bahkan gay dan lesbian dapat
berubah menjadi heteroseksual karena usaha dari dalam dirinya dan beberapa
peristiwa tertentu dalam hidupnya. Dengan menghadirkan sosok narasumber yang
dapat mengubah orientasi seksualnya, penulis berharap dapat menjadi masukan
bagi segenap pembaca khususnya bagi para penyandang LGBT untuk dijadikan
motivasi agar menjalani kehidupan yang lebih baik.
Pada
hakikatnya manusia diciptakan oleh Sang Maha Kuasa sebagai pemimpin di muka
bumi ini, maka dari itu manusia dikarunia akal dan hati nurani untuk membedakan
antara kebenaran dan kemungkaran. Sebagaimana Allah SWT telah menciptakan Adam
dan Hawa sebagai sepasang manusia pertama untuk mengarungi bahtera rumah tangga
sehingga melahirkan anak cucunya hingga kini. Jika ditelaah lebih lanjut, Allah
tidak menciptakan Adam seorang diri, namun diciptakanlah oleh-Nya seorang teman
dari kalangannya sendiri yang berbeda jenis agar tercipta rasa tentram antara keduanya.
Dalam konsep penciptaan manusia sedemikian rupa, terkandung hikmah yang dapat
dirasakan oleh hamba-Nya yang berakal. Yaitu hikmah saling melengkapi
kekurangan masing-masing dan menghasilkan keturunan sebagai penerus generasi
manusia. Paradaban manusia yang baik berasal dari pasangan yang baik pula,
yaitu yang sesuai dengan fitrah manusia sebagaimana telah ditetapkan oleh-Nya.
Barangsiapa melampaui fitrah manusia tersebut meraka adalah umat yang melampaui
batas. Dan dari mereka tidak mungkin menurunkan generasi manusia yang
berkualitas, karena tidak mungkin seorang lesbian, gay ataupun transgender
membentuk sebuah keluarga yang ideal dan menghasilkan keturunan yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar