MEWUJUDKAN KEJAYAAN UMAT
Dengan
KEMURNIAN TAUHID
Oleh : Thoriqul Islam
وَلِلّهِ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَقَدْ
وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيّاكُمْ
أَنِ اتَّقُوْا اللّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ للّهِ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِيْ الأَرْضِ.
“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada di Langit dan yang
ada di Bumi. Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang ahlulkitab
sebelum kalian dan kepada kalian agar kalian bertakwa kepada Allah. Dan jika
kalian kafir maka sesungguhnya kepunyaan Allah segala yang ada di Langit dan
yang ada di Bumi ...” (An-Nisa: 131).
Sesungguhnya Tauhid yang murni
dan bersih adalah inti ajaran dari semua risalah samawiyah yang
diturunkan Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang yang menegakkan
bangunan Islam. Ia adalah syiar Islam yang terbesar yang tak dapat terpisahkan
dari Islam itu sendiri. Inilah pesan utama Allah kepada Rasul-Nya yang diutus
kepada umat manusia.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا اللّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوت.
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang
rasul (untuk menyampaikan): Sembahlah (oleh kalian) akan Allah dan jauhilah thaghut.”
(An-Nahl: 36).
Itulah
misi utama para Rasul; menegakkan penyembahan dan penghambaan hanya kepada
Allah serta menafikan dan menjauhi segala bentuk thaghut. Dan yang dimaksud dengan thaghut
adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batas-batas yang
seharusnya tak boleh ia langgar, baik berupa sesembahan, panutan dan ikutan.
Sehingga thaghut setiap kaum/komunitas adalah siapapun yang mereka jadikan
sumber dasar hukum selain Allah dan Rasul-Nya, yang mereka jadikan Tuhan selain
Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang mereka taati meskipun dimurkai dan tidak
diridoi Allah Ta'ala.
Kedua unsur penting inilah
yang terangkai dalam kalimat suci La ilaha illallah (tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah). Di atas Kalimat Tauhid yang murni dan mulia
itulah Rasulullah SAW membangun umatnya, di atas landasan yang kokoh itulah
beliau menegakkan dakwah, dari situlah beliau menegakkan generasi yang hanya
meng-Esa-kan Allah Yang Maha Esa dan membebaskan diri mereka dari cengkraman selain-Nya. Dan ketika seorang Mujahid (orang
yang bertauhid) mengucapkan dan melantunkan kalimat Tauhid itu, maka seharusnya
ia meyakini dua hal yang menjadi tujuan dari kalimat suci tersebut. Apa dua
tujuan itu?.
Tujuan pertama adalah menegakkan
yang hak dan membersihkan yang batil. Sebab makna yang sesungguhnya dari
kalimat Tahlil itu adalah tidak ada yang berhak untuk disembah
selain Allah. Sehingga segala sesuatu selain Allah adalah batil dan tidak
berhak mendapatkan martabat ketuhanan (hak-hak untuk disembah). Dan lihatlah
bagaimana Rasulullah SAW membersihkan Jazirah Arab dari kotoran-kotoran dan
kekuasaan taghut dan patung-patung sesembahan. Ingatlah bagaimana
batu besar saat itu yang bernama Hubal yang dikelilingi 360 berhala dihancurkan
oleh Rasulullah SAW dengan tangan beliau yang mulia pada saat beliau memasuki
kota Makah dengan penuh kemenangan.
Kemudian tujuan yang kedua
adalah untuk mengatur dan meluruskan perilaku manusia agar selalu dalam
lingkaran tauhid yang murni kepada Allah yang terpancar dari Kalimat Tauhid.
Agar semua tindak-tanduk manusia dilandasi oleh keyakinan bahwa Allah-lah
satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan agar kalimat Tauhid itu
dapat dipahami sebagai pengatur perilaku manusia maka ada tujuh syarat yang
harus dipenuhi, yaitu: al-’ilm (mengetahui) maknanya yang benar, al-yaqin
(meyakini) kandungan-nya tanpa ada keraguan, al-ikhlas} (ikhlas) tanpa
ternodai oleh syirik, ash-sidq (membenarkan) tanpa mendustakannya, al-qabul
(menerimanya) dengan penuh kerelaan tanpa menolaknya, tunduk pada konsekwensi
kalimat Tauhid (al-inqiyad), dan semua itu harus dilandasi dengan al-mahabbah
(cinta) kepada Allah SWT.
Bila
ketujuh syarat tersebut telah terpenuhi maka seluruh ibadah dan amal kita akan
selalu terhiasi dan diterangi oleh kemurnian Tauhid, sehingga semuanya
dikerjakan hanya karena Allah, tidak ada lagi permintaan tolong selain kepada
Allah, tidak ada lagi tawakal kecuali kepada Allah, tidak ada lagi pengharapan
dan rasa takut selain kepada Allah, tidak ada lagi kekuatan selain pertolongan Allah.
Dari sinilah, seorang mujahid akan merasakan dari lubuk hatinya yang
terdalam bahwa segala sesuatu selain Allah adalah lemah dan tidak berdaya. Maka
ia tidak lagi takut kebengisan dan kekuatan para makhluk, tidak lagi terpedaya
oleh kilau duniawi, dan baginya tidak mungkin ada yang dapat manandingi Allah,
tidak ada yang dapat menghalangi apapun yang dikehendaki Allah SWT. Sehingga
baginya bergantung kepada selain Allah adalah suatu kelemahan dan berharap
kepada selain Allah adalah sebuah kesesatan.
Sejak
dahulu hingga sekarang, begitu banyak manusia yang tersesatkan oleh keyakinan
berbilang “tuhan” yang disembah, yang dapat dimintai pertolongan, yang dapat
dijadikan sumber hukum dan yang berhak mendapatkan kekhususan-kekhususan ketuhanan.
Dan keyakinan ini adalah sebuah kesesatan yang nyata yang telah diperangi oleh
Islam dengan keras. Sehingga tidaklah mengherankan bila Tauhid yang murni
kemudian menjadi syiar terpenting Islam yang selalu ada dalam aspek iktikad dan
amaliah. Dengan syiar inilah Islam dikenal bahkan karenanya Islam diperangi.
Seputar syiar ini pulalah pertentangan antara ahlul haq dan ahlul batil
terus berlanjut.
Dan
sesungguhnya kemunduran dan musibah-musibah yang selama ini menimpa umat Islam
adalah disebabkan mereka tidak lagi memperhatikan syiar yang penting ini.
Lemahnya ikatan tauhid dalam jiwa-jiwa mereka adalah sebab utama dari berbagai
kekalahan kaum muslimin dan kemenangan musuh-musuh mereka yang kita saksikan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Banyak di antara kaum muslimin yang
tenggelam dalam kebodohan terhadap tauhid ini, sehingga mereka mendatangi
penghuni-penghuni kubur, berdoa didepan batu-batu nisannya, meminta pertolongan
penghuninya saat susah dan sedih. Bahkan lebih dari itu, seringkali mereka
memuji dan mengagungkan panghuni kubur itu dengan ungkapan-ungkapan yang hanya
pantas diberikan kepada Allah Rabbul ’alamin.
Dikarenakan
lemahnya keyakinan akan pertolongan Allah, banyak di antara kaum muslimin yang
kemudian menggunakan jimat dengan menggantungkan di tubuh mereka karena yakin
hal itu akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkannya dari marabahaya.
Semua
yang disebutkan di atas adalah sekedar contoh terhadap model-model kesyirikan
yang dilakukan sebagian kaum muslimin. Dalam kenyataan sehari-hari kita akan
menemukan model-model lain dari perilaku syirik itu dalam berbagai aspek
kehidupan kaum muslimin, yang kemudian disadari atau tidak menyebabkan lemahnya
keyakinan mereka terhadap kemaha-besaran, kemahakuasaan, kemahaperkasaan Allah.
Karena Tauhid mereka lemah, maka merekapun tidak begitu yakin lagi dengan
pertolongan Allah, sehingga dengan amat sangat mudahnya musuh-musuh mereka
menyebarkan rasa takut lalu mengalahkan mereka.
Dengan demikian telah
jelaslah, bahwa rahasia kejayaan kaum muslimin terletak pada sejauh mana mereka
menegakkan Tauhid yang murni dalam segala kehidupan mereka. Bukankah kejayaan
dan kemengangan itu telah diraih oleh generasi pendahulu ummat ini, ketika
mereka telah terlebih dahulu menghujam nilai-nilai Tauhid tersebut ke dalam
kalbu mereka? Bukankah kejayaan dan kecemerlangan itu mereka dapatkan ketika
mereka meyakini bahwa misi utama mereka adalah mengeluarkan ummat manusia dari
penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan hanya kepada Sang khaliq?.
Oleh
sebab itu, bila kita sekalian bertekad mengulang kembali kesuksesan dan
kejayaan generasi As-Salaf As-Shalih} itu, maka tidak ada jalan lain
selain menapaki jejak mereka; menegakkan kemurnian Tauhid dalam pribadi kita
masing-masing. Wallahu a’lam bis sawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar