Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga
Seorang wanita akan merasa
sempurna jika telah menjadi istri. Seorang istri akan merasa sempurna jika ia
telah menjadi seorang ibu dan seorang ibu akan merasa lebih bahagia jika ia
dapat melayani suaminya, merawat, mendidik serta melihat tumbuh kembang anaknya
sendiri. Semua itu bisa dilakukan jika wanita itu menjadi ibu rumah tangga.
Jika seorang wanita ditanya
perihal apa pekerjaannya kemudian ia menjawab ibu rumah tangga, mungkin ada
rasa minder karena sudah lulus S1 tetapi tidak bekerja di perusahaan untuk
mengaplikasikan ilmunya. Bahkan orang lain beranggapan, percuma saja lulus
kuliah kalau akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga. Padahal, menjadi ibu rumah tangga
adalah pekerjaan yang mulia karena ia membangun dan memperkuat pondasi
masyarakat yaitu sebuah keluarga.
Wanita Lebih Baik dan Lebih Banyak di Rumah
Menetap dan tinggalnya wanita di
rumah merupakan perkara yang disyariatkan oleh AllahTa’ālā. Allah Ta’ālā berfirman, “Dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu,” (QS. Al-Ahzab:33).
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullāh menjelaskan bahwa
makna dari ayat tersebut adalah menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu
lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian.Tinggalnya wanita di rumah
berarti dia melaksanakan urusan rumah tangganya, memenuhi hak-hak suami, mendidik
anak-anaknya, dan menambah amal kebaikan. Sedangkan wanita yang sering
keluar rumah, akan membuatnya lalai dari kewajiban. Wanita yang sering keluar rumah,
dapat menimbulkan fitnah. Rasulullah shallallāhu
‘alayhi wa sallam bersabda,
“Takutlah
kalian dengan fitnah dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terhadap bani
Israil terjadi dari wanita,” (HR. Muslim). Dalam sabdanya yang
lain, “Tidak
aku tinggalkan fitnah yang paling berbahaya sepeninggalanku bagi laki-laki
melebihi fitnah wanita,” (HR. Bukhari).
Hendaknya sebagai wanita kita
harus senantiasa menjaga diri agar tidak menimbulkan fitnah, Karena jika
seorang wanita keluar rumah maka setan akan menghiasinya dan membuat orang lain
indah memandangnya.Kendati demikian, wanita boleh keluar rumah jika ada kebutuhan.
Rasulullah bersabda, “Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar
rumah untuk keperluan dan kebutuhan kalian,” (HR. Al-Bukhari).
Banyak di rumah bukan berarti
wanita akan menjadi “katak dalam tempurung”. Di dalam rumah dia bisa melakukan
aktivitas bermanfaat untuk kehidupan dunia-akhiratnya.
Tanggung
Jawab Wanita dalam Rumah Tangga
Tanggung jawab seorang istri
dalam rumah tangga yang utama ada dua yaitu sebagai pendamping suami dan
pemelihara anak-anak.
Pertama, sebagai pendamping suami yaitu mendampinginya dalam setiap
situasi dan kondisi serta menyenangkan hati suami, termasuk menyiapkan segala
kebutuhannya.Ia pun wajib melayani suami kapan saja suaminya menginginkannya,
menyiapkan makan, mencuci baju, membersihkan rumah, dan sebagainya. Jangan
pernah menganggap remeh pekerjaan tersebut, karena dengan niat yang ikhlas
setiap pekerjaan tersebut akan berbuah pahala.
Kedua, sebagai pemelihara anak-anak. Anak adalah titipin Allah Ta’ālā yang kelak orangtuanya akan diminta
pertanggungjawabannya. Ibu berkewajiban memberikan perawatan dan pendidikan
yang baik bagi anaknya. Di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Umar Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua
akan diminta pertanggungjawaban, seorang imam adalah pemimpin dan ia nanti akan diminta pertanggungjawaban,
seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia nanti akan diminta
pertanggung jawabannya, seorang wanita adala pemimpin di rumah suaminya dan ia
nanti akan diminta pertanggungjawabannya.”
Dari keterangan di atas nampak
jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya
saling bekerja sama, saling menasihati, dan turut mendidik keluarga. Yang
paling utama adalah orang tua kepada anak, karena anak sangat membutuhkan
bimbingan kedua orang tuanya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar
tidak terkena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang
besar dan kita akan diminta pertanggungjawaban atasnya.
Mendidik
Anak di Rumah juga Berkarir
Mungkin dewasa ini banyak yang
meremehkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan tersebut tidak
bisa menghasilkan uang. Padahal waktu dia sekolah dulu orang tuanya telah
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Menjadi ibu rumah tangga memang tidak
menghasilkan uang, tetapi dengan ilmu dan kesabaran seorang ibu rumah tangga
yang baik sesungguhnya adalah sebuah karir. Ia akan menghasilkan anak-anak yang
shalih/shalihah serta keluarga yang sakinah yang akan membantu meraih
kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
Mendidik anak itu bukanlah
perkara yang mudah, tetapi membutuhkan ilmu dan cara yang baik. Maka dari itu,
dalam mendidik anak sangat membutuhkan kesabaran dan kecerdikan. Ibu
membutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk mencetak generasi rabbani. Ibulah
yang biasanya dan seharusnya menjadi orang pertama yang menjadi teladan bagi
anaknya. Ibu adalah sosok pertama yang dilihat, didengar ucapannya, dan
disentuh oleh anaknya. Pada umumnya, awal-awal perkembangan seorang anak berada
di samping ibunya. Pendidikan yang sangat berpengaruh pada kehidupan seorang
anak adalah pendidikan yang diterapkan orang tuanya sejak dini. Apapun yang
dilakukan ibu akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak. Di samping itu,
kerjasama antara seorang ayah dan ibu haruslah ada dalam mendidik anak karena
sosok seorang ayah juga berpengaruh pada pendidikan anak.
Beberapa hal yang perlu dilakukan
orang tua dalam mendidik anak antara lain: menanamkan ajaran tauhid sejak
kecil, mengajari anak agar pandai bersyukur, mendidik agar berbakti kepada
orang tuanya, mengajarkankan apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh
Allah, menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
keluarga Rasulullah, Al-Qur`an, dan As-Sunnah, mendidik anak dengan akhlak
terpuji, dan lain sebagainya. Jika kedua orang tua menginginkan kemuliaan
anak-anaknya, hendaknya keduanya bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya
dengan pendidikan islami dan mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Anak adalah aset yang
menguntungkan bagi orangtuanya di akhirat jika di dunia dia menjadi anak yang
shalih/shalihah.Termasuk sebab diangkatnya derajat kedua orang tua adalah anak
shalih yang mendoakan keduanya. Rasulullah shallallāhu
‘alayhi wa sallam bersabda,
“Jika
anak adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya,”
(HR Muslim). Jika seorang anak telah dididik dengan baik, berperilaku mulia,
maka ia akan bermanfaat bagi agama dan umat.
Bantahan
terhadap Pendapat Kaum Feminis dan Penyetara Gender
Islam adalah agama yang adil.
Allah Ta’ālā menciptakan bentuk fisik dan tabiat
wanita berbeda dengan pria sehingga mereka memiliki peran berbeda dan tidak
dapat disejajarkan. Allah Ta’ālāberfirman yang artinya, “Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka.Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka),” (QS. An-Nisā’: 34).
Pada asalnya, kewajiban mencari
nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Syaikh Abdul ‘Aziz
bin Baz rahimahullāh berkata, “Islam
menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus
agar keduanya menjalankan perannya masing-masing sehingga sempurnalah
bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari
nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya,
memberikan kasih sayang, menyusui, dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain
yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah
mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita.
Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah
menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.”
Para wanita muslimah hendaknya
tidak terpengaruh dengan orang-orang yang meneriakkan isu kesetaraan gender
sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri
dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan
di rumah. Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati, juga
anak-anak yang harus dididik dengan baik, ada harta suami yang harus diatur dan
dijaga sebaik-baiknya, dan ada juga pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus
diselesaikan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ālā.
Kaum wanita di negara Barat banyak yang berkarir dalam segala bidang sehingga
melalaikan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai
generasi penerus. Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka.
Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita di negara kita rusak,
sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya. Di antara langkah awal menuju
itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita dengan berbagai cara agar mau
keluar dari rumah mereka.
Berikut ini ada salah satu
pendapat orang Barat tentang rusaknya tatanan masyarakat mereka. Samuel Smills
berkata, “Sungguh aturan yang menyuruh wanita untuk berkarir di
tempat-tempat kerja, meski banyak menghasilkan kekayaan untuk negara, tapi
akhirnya justru menghancurkan kehidupan rumah tangga, karena hal itu merusak
tatanan rumah tangga, merobohkan sendi-sendi keluarga, dan merangsek hubungan
sosial kemasyarakatan, karena hal itu jelas akan menjauhkan istri dari
suaminya, dan menjauhkan anak-anaknya dari kerabatnya, hingga pada keadaan
tertentu tidak ada hasilnya kecuali merendahkan moral wanita, karena tugas
hakiki wanita adalah mengurus tugas rumah tangganya…”.
Para wanita muslimah hendaknya
selalu ingat bahwa kelak pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang
amanah tersebut yang dibebankan kepadanya. Namun demikian, jika dalam kondisi
tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar
rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga
tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.
Kegiatan Positif Ibu Rumah Tangga
Di dalam rumah banyak kegiatan
yang positif dan bermanfaat yang dapat dilakukan wanita, seperti berdzikir,
membaca Al-Qur`an, shalat, membaca buku, menulis, membuat kerajinan, bisnis di
dalam rumah, dan sebagainya.Wanita yang lebih banyak tinggal di dalam rumah
bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Para wanita muslimah, tetaplah
bangga menjadi ibu rumah tangga. Bangunlah surga melalui rumahmu.
Referensi:
- Untukmu Muslimah Kupersembahkan Nasihatku karya Ummu ‘Abdillah al Wadi’iyyah
- Surgamu Ada di Rumahmu karya Ummu Haunan
- Muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar