UPACARA TEBUS KEMBAR MAYANG DALAM PERKAWINAN SUATU
INTERPRETASI SIMBOLIK
Oleh: Muhammad Thoriqul Islam
Abstrak
Upacara tebus Kembar Mayang adalah salah satu
produk budaya. Sampai saat ini upacara tersebut masih berlangsung di pedesaan
dan dilakukan oleh masyarakat pesisiran, sebagai salah satu pranata sosial.
Kegiatan tersebut melibatkan berbagai unsur masyarakat (manusia) dan merupakan
kearifan lokal (local genius). Masyarakat pedesaan dan pesisiran adalah
masyarakat yang masih kental dengan kegiatan tradisi, salah satunya adalah
upacara tebus Kembar Mayang tersebut. Didalam upacara itu terjadi suatu
interaksi sosial antar manusia, dan upacara tersebut mempunyai makna simbolik.
Makna simboliknya adalah suatu penuturan tentang hakekat hidup, bagi manusia
dewasa yang memasuki gerbang keluarga dalam perkawinan.
Pendahuluan
Upacara tebus
Kembar Mayang adalah salah satu produk budaya dan ritual dalam upacara
perkawinan dalam keluarga, yang dilaksanakan sebelum upacara perkawinan itu
berlangsung khususnya didaerah pedesaan dan pesisiran. Perkawinan merupakan
puncak peristiwa percodohan antara seorang laki-laki dengan seorangperempuan,
melalui serentetan tindakan dari kedua belah pihak. Perkawinan didaerah pedesaan danpesisiran masih kental dengan
hubungan kekerabatan, bersifat gotong royong, salingmembantu, dalam bentuk
material maupun tenaga.Dalam proses perkawinan, aktivitas tersebut melibatkan
keluarga dan masyarakat, serta lembagatertentu, sehingga perkawinan itu syah,
dan bisa disaksikan oleh masyarakat, secara hukum maupun adat.
Oleh karena
itu, suatu perkawinan menimbulkan berbagai macam akibat, yang juga
melibatkanbanyak sanak keluaraga, termasuk suami dan isteri sendiri. Pada umumnya masyarakat, mempunyaiperaturan yang kompleks, mengatur
proses pemilihan pasangan dan akhirnya juga perkawinan. Upacaraperkawinan
merupakan suatu ritual perpindahan bagi setiap pasangan, seorang laki-laki dan
perempuandewasa secara ritual memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak dan
kewajiban baru.Ia jugamenandakan adanya persetujuan masyarakat atas ikatan itu
(Goode 1991:64).
Masyarakat (society)
merupakan satuan sosial yang ekivalen dengan kelompok dengan satu bahasa dan kebudayaan.Menurut Betrand (dalam Wisadirana 2004), masyarakat
merupakan hasil darisuatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi
masyarakat merupakan sekumpulan orangyang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan, atau disebut juga sekelompok orang yang mempunyaikebudayaan yang
sama, atau setidaknya mempunyai sebuah kebudayaan bersama.
Dalam rangkaian upacara perkawinan
di daerah pesisiran, kembar mayang adalah salah satuproperty (ubo
rampe) yang tidak pernah ditinggalkan. Dalam proses pembuatan kembar mayang
melibatkanberbagai personil, dengan peran masing-masing. Seorang yang memimpin
proses pembuatan kembarmayang adalah seseorang yang dianggap sesepuh (yang
dituakan, Ki Surayajati), yang mempunyaikemampuan untuk memproses
pembuatan kembar mayang, menyerahkan kembar mayang kepada orangtua calon
pengantin, dengan caratebus kembar mayang. Dalam aktivitas tersebut ada
hubungan sosiologisyang diatur dalam pranata-parana sosial pada budaya
masyarakat pesisiran, yang disebut upacara “TebusKembar Mayang”.Kegiatan ini
sampai saat ini masih berlangsung di daerah pedesaan dan pesisiran, termasuk
yang dilakukan oleh masyarakat pesisiran pantai Prigi, Trenggalek.
Sebelum
pembahasan lebih lanjut, apakah Upacara Tebus Kembar Mayang termasuk Bid’ah ? Dan
Bagaimana pendapatmu ?
Upacara tebus
Kembar Mayang adalah sesuatu hal yang baru, dan belum ada dizaman Rosulullah
SAW. Menurut Hadist Nabi SAW, sesuatu hal yang baru dan belum ada dizaman Nabi
itu termasuk Bid’ah, dan setiap yang Bid’ah itu sesat.
اُوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَاِنْ كَانَ عَبْدًا
حَبَشِيًّا ، فَاِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَىبَعْدِى اِخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
مِنْ بَعْدِى تَمَسَّكُوابِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَاِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ اْلاُمُوْرِ فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍبِدْعَة وَاِنَّ كُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وإنَّ كُلَّ ضَلَاَلةٍ فِي النَّارِ.
Artinya:
"Aku berwasiat kepada kamu sekalian
supaya bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat sekalipun diperintah oleh
seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya siapa saja yang hidup (selepas ini) di
antara kamu sekalian selepasku akan melihat perselisihan yang banyak, maka
kembalilah (berpeganglah) kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa
ar-Rasyidin selepas peninggalanku, berpegang teguhlah dengannya, maka gigitlah
dengan gigi geraham, kemudian berhati-hatilah denganhal yang baru (dicipta
dalam agama) sesungguhnya setiap ciptaan yang baru itu adalah bid'ah dan setiap
yang bid'ah itu sesat". (Hadis Riwayat Ahmad (1653). At-Tirmizi (2600).
MusnadAbu Daud (3991). As-Sunnan Ibn Majah (42)
Hal
ini tidak termasuk Bid’ah Dholalah, tetapi Bid’ah Hasanah ( ‘adiyah atau
kebiasaan). Sebab didalam Al-qur’an dan Al-hadits tidak menerangkan hal ini,
itu termasuk salah satu produk budaya dan ritual orang Jawa khususnya daerah
pedesaan dan pesisiran yang masih kental dan turun temurun hingga sekarang.
Jadi, Upacara Tebus Kembar Mayang termasuk bid’ah ‘Adiyah atau kebiasaan.
Selanjutnya dalam tulisan ini akan
dibahas tentang persiapan dan pembuatan kembar mayang didaerah pesisir pantai
Prigi, kemudian mengenai makna simbolik apa saja yang terdapat pada upacara
tebuskembar mayang itu, dan bagaimana hubungan struktur fungsional yang
terdapat pada upacara tersebut.
Persiapan dan Pembuatan Kembar Mayang
Pada acara
persiapan upacara perkawinan orang yang mempunyai hajat mengutarakan kepada
paraundangan, bahwa ia akan mengawinkan anaknya. Untuk melaksanakan hal
tersebut, ia meminta keluarga(kerabat), sanak famili, dan tetangga di
lingkungannya untuk membantu pelaksanaan upacara perkawinan,dimulai dari
persiapan, pelaksanaan, dan penutupannya. Sanak famili, kerabat, dan tetangga
membentukpanitia, dan membagi tugas masing-masing, sesuai dengan
kemampuannya.Kurang tiga hari dari hariperkawinan, mereka diundang lagi untuk
rapat kesiapan, untuk menyiapkan bahan-bahan perlengkapan(uba rampe)
dalam pelaksanaan perkawinan. Berikutnya,
kurang satu hari sebelum hari “H”, semuapersiapan sudah dipersiapkan, termasuk
bahan-bahan untuk pembuatan kembar mayang dengan segalarangkaian upacaranya.
Khusus penyiapan bahan-bahan untuk
membuat kembar mayang, yang dipersiapkan adalah: janurkuning, daun beringin,
daun puring, daun andong, dan bunga mayang. Janur kuning diambil dari pohonkelapa
milik yang punya hajat, atau kepunyaan keluarga dan sanak famili.Janur kuning
diambil pada pagihari, oleh seorang pemuda yang mempunyai kepandaian untuk
memanjat pohon kelapa.Janur dipotongdari pucuk pohon kelapa dan tidak boleh
dijatuhkan ke tanah.Janur yang telah dipotong diikat danditurunkan melalui tali
dengan pelan-pelan, kemudian ditangkap oleh petugas yang telah siap di
bawahpohon kelapa. Daun beringin, puring, dan andong diambil dari kebun atau
dari kuburan, yang biasanya
banyak ditanami tanaman puring dan andong. Sementara bunga mayang
diambil dari pohon jambe(pinang). Mayang merupakan bunga yang belum mekar dan
juga diambil oleh pemuda yang mempunyaikepandaian memanjat.Setelah lengkap
bahan-bahan tersebut lalu diserahkan kepada yang mempunyaihajat,
disimpan di rumah, ditempatkan pada suatu tempat tertentu.
Proses pembuatan Kembar Mayang,
dilaksanakan pada malam hari, yaitu malam midodareni (malamsebelum
upacara perkawinan berlangsung). Pembuat kembar mayang dipimpin oleh seorang sesepuh
desa(dukun temu temanten, Ki Wasitajati) yang mempunyai wawasan dan
keterampilan untuk membuat kembarmayang.Ia sudah cukup tua umurnya, di atas
lima puluh tahun dan tampak berwibawa. Pada prosesnyadibantu oleh cantrik,
yaitu orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat kembar mayang.Pada umumnya mereka adalah orang yang sudah
menikah. Pembantu pembuat kembar mayang inijumlahnya bisa empat orang, lima
orang, atau tujuh orang, tergantung pada sumberdaya manusia pembuatkembar
mayang yang terdapat di lingkungannya. Orang yang memimpin pembuatan kembar mayangtersebutharus dalam keadaan suci, pada siang harinya telah melakukan bersih
diri, dengan mandikeramas.
Pelaksanaan Upacara Tebus Kembar Mayang
Pada saat akan
dimulainya pembuatan kembar mayang, orang yang mempunyai hajat
upacaraperkawinan (ayah-ibu), meminta tolong kepada seseorang (Ki Surayajati)
menghadap kepada orang tuayang menjadi pimpinan pembuatan kembar mayang (Ki
Wasitajati), untuk membuatkan kembar mayang.Orang yang mempunyai hajat tersebut
meminta kepada Ki Surayajati, secaratradisi dilakukan denganpercakapan sebagai
berikut :
Tuan Rumah
Dhuh kadang Sarayajati / duhai saudara Sarayajati
Punapa samya raharja / apakah anda juga selamat sejahtera
Kadiparan pawartane / bagaimana
kabar
Sakecakna ngemya lenggah / silahkan duduk dengan nyaman
Sarayajati
Sowan kula nggih raharja / kedatanganku sehat-sehat saja
Salam taklim mungi konjuk / salam hormat saya sampaikan
Raharja gitrah paduka / kiranya keselamatan juga ada pada tuan
Percakapan meminta bantuan untuk mencarikan Kembar Mayang
Tuan Rumah
Nuwun mangke ta Kyai Sarayajati, labet saking anggen kula
tinangisan dening anak kula gendhuk Nuningingkang samedya nambut salining
akrami.
Keparenga kula ngresaya dhateng panjenengan, mugi kersa jumangkah
angupadisekar Adi Mancawarni,ingkang kaprah sinebut Kembar Mayang.(Maaf Kyai Sarayajati, oleh karena saya
ditangisi anak perempuan saya Nuning yang akan segera menikah, izinkan saya
mohon bantuanmu, kiranya engkau bersedia mencarikan bunga Adi Mancawarni/indah
berwarnawarniyang biasanya disebut Kembar Mayang).
Sarayajati
Dhuh kadang kula ingkang satuhu mahambeg
berbudi dharma, sewu mboten kanyana bilih kula kapijinindakaken ayahan ingkang
dhahat handukara. Sanadyan makaten, labet anggen kula setya ing kadang,mboten
sanes kula hanaming sendika anglampahi.Namung pepuji panjenengan ingkang kula
suwun mugisadaya saged kasembadan.(Duhai saudaraku yang berbudi baik, sama sekali saya tidak mengira bila
saya mendapat tugas yang sulit.Walaupun demikian, karena kesetiaanku terhadap
sahabat, tak lain saya hanya menyanggupinya. Tetapidoamu yang kupinta,
mudah-mudahan semuanya dapat terlaksana).
Tuan Rumah
Inggih Kyai, sapengker panjenengan kula nedya
manungku puja manages Gusti ingkang Maha Welas mugisaged kasembadan ingkang
sinedya. Kyai Sarayajati, kangge sarana panjenengan sarowang kula aturi
udanaingkang kedah kaasta.(Baiklah Kyai, setelah kepergianmu, saya akan berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Kasih, semoga dapattercapai yang diinginkan. Kyai Sarayajati, untuk sarana, engkau sekalian saya beri sesuatu
sebagai syaratyang harus diterima).
Sarayajati
Nuwun inggih. / Baiklah
Kaparenga kula badhe makarya. / Perkenankan saya akan bekerja
Setelah percakapan selesai, barulah proses pembuatan kembar mayang
dimulai, dan KiSurayajati memulai memegang janur, dan berdoa terlebih dahulu,
doanya adalah sebagai berikut:
“Bismillahi Rohmannirohiim, ingsun jumeneng
Allah, mbeber cahya, mbuwang wangkel, mbeberasale ingsun, kabul saking kodrat
Allah” (Suwardi,
1993:117).Setelah berdoa, maka semua anggota dan pemimpin upacara membagi tugas
untukmembuat rangkaian janur yang dihias menjadi berbagai unsur kembar mayang. Unsur-unsurtersebut adalah sebagai berikut: (1) candi-candian(2)
babok(3) rawis ges(4) pete-pete(5)manuk-manukan(6) kipas(7) kitiran. Setiap
unsur tersebut masing-masing berjumlah 4(empat) biji.Setelah semua unsur kembar
mayang tersebut selesai dibuat, akhirnya dirangkai menjadi 4(empat) buah kembar
mayang.Semua janur yang telah dirangkai ditancapkan pada gedebog(batang
pisang) pisang raja, dan dilengkapi dengan berbagai daun dan bunga
mayang.Kira-kirapukul 12.00 malam hari, maka upacara tebus kembar mayang dilakukan.Drama
satu babak,dengan menghadirkan orang yang bernama Ki Wasitajati (yang dianggap
sebagai wakil dariKahyangan yang mempunyai Kembar Mayang). Kembar mayang akan
diserahkan kepada KiSarayajati dengan urutan dan pembicaraan sebagai berikut.
Ki Wasitajati
Priyagung kang nembe prapta / Pembesar yang baru datang
Samya pinanggih basuki / semuanya mendapatkan keselamatan
Sampunya satata lenggah / setelah teratur duduk
Kapareng hanila krami / dipersilahkan berbicara
Ki Sarayajati
Kula pun Sarayajati / Hamba
Sarayajati
Wandene sowan kautus / adapun saya menghadap disuruh
Kadang kang hamengku karya / saudaraku yang mempunyai hajat
Ngupadi Kang Mancawarni / mencarikan Yang Berwarna-warni
Kang winastan sekar Adi Kembar Mayang / yang disebut bunga Kembar MayangYang Indah. (Percakapan
berikut merupakan pembicaraan yang dilakukan antara Ki Wasitajati dan Ki
Sarayajatidalam upacara Nebus Kembar Mayang. Di dalam percakapan ini terdapat
uraian mengenai makna KembarMayang).
Ki Wasitajati
Sasampunipun midhanget wijiling pangandika
panjenengan ingkang rinonce sekar kala wau, nama begjakemayangan tumraping
panjenengan sakadang, jalaran menapa ingkang panjenengan upadi menika,
tetelawonten ing ngriki dumunungipun. Inggih menika wonten ing ngarsa
panjenengan menika.(Setelah
mendengar tutur katamu yang terhias nyanyian tadi, sangatlah beruntung engkau
semuanya, sebabapa yang engkau cari itu, ternyata di sini adanya. Yakni yang
terdapat di depanmu).
Ki Sarayajati
Mapan kaleresan Kyai, bilih ingkang kula upadi
pranyata cumondhok wonten ngriki. Nanging mangke rumiyinKyai, kula kaparenga
nyuwun pirsa. Kados pundi larah-larahipun dene Sekar Adi Kalpataru Dewandaru
JayaDaru menika ngantos cumondhok wonten ing ngriki?.(Kebetulan sekali Kyai, jika yang saya cari
ternyata terdapat di sini.Tetapi sebentar Kyai, perkenankan
sayabertanya.Bagaimanakah kejadian yang sesungguhnya bahwa bunga Adi Kalpataru
Dewandaru Jaya Daru inisampai berada di sini?).
Ki Wasitajati
Kyai, makaten menika tiyang gesang naming sumendhe wonten
pangarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung.Wondene larah-larahipun makaten, Kyai:
duk rikala Raden Danang Jaya badhe dhaup kaliyan KusumaningAyu Wara Sembadra
ngantos ndadosaken ponang gara-gara. Sakala Sang Hyang Jagad Giri Nata
keparengsinewaka lenggah manungkul ing Bale Marcu Kudhamanik, utusan para
hapsari Hari Bawana cacah pitu,inggih menika Prabasini, Irim-irim, Tunjung
Biru, Gagar Mayang, Warsini, Lengleng Sari, miwah LenglengMandanu. Para hapsari
cacah pitu kapurih angronce Sekar Adi, ingkang kedah langkung kasebat
KalpataruDewandaru ingkang wus limrah sinebut Mayang utawi Kembar Mayang.
Sasampunipun purna anggenipunangronce sekar kadhawuhan tumurun ing ngarca pada
kinen paring nugraha dhateng Satriya Tama ingkangsampun kathah labet saha
labuhanipun tumrap para Dewa.(Kyai,
begitulah hidup orang itu hanya terletak pada kehendak Tuhan Yang Maha Besar.
Adapun asalmuasalnyabegini, Kyai: Ketika Raden Arjuna akan menikah dengan
Kusumaning Ayu Wara Sembadrasampaimengakibatkan huru-hara. Seketika itu Sang
Hyang Jagad Giri Nata berkenan di balai penghadapan duduktertunduk di Bale
Marcu Kuhamanik, menyuruh para bidadari Hari Bawana berjumlah tujuh, yakni
Prabasini,Irim-irim, Tunjung Biru, Gagar Mayang, Warsini, Lengleng Sari, serta
Lengleng Mandanu. Para bidadaribertujuh diminta agar merangkai Sekar Adi yang
harus disebut Kembar Mayang.Sesudah mereka selesaimerangkai bunga, mereka
disuruh turun ke dunia dan agar mereka memberkannya sebagai anugerah
kepadasatria utama Arjuna, yang telah banyak berbakti kepada para dewa).
Ki Sarayajati
Lajeng menapa sedaya reroncening sekar Adi Mancawarna punika wonten
naminipun, Kyai ?(lalu apa
semuarangkaian bunga Adi Mancawarna itu ada namanya, Kyai?).
Ki Wasitajati
Wonten Kyai, inggih menika :
Oyotipun sinebat bayubajra
Delenging wandira sinebat kayu purwa sejati
Pangipun sinebat keblat papat
Ronipun sinebat pradapa mega rumembe
Sekaripun sinebat Dewandaru Jayadaru, dene
Uwohipun sinebat Daru tuwin kilat.
Oyot ingkang winastan bayubajra menika minangka pasemoning
kekiyatan, liripun makaten kedah kiyat lahirsaha batosipun, amrih gesangipun
saged teguh santosa. Wit ingkang sinebat kayu purwa sejati, dadospasemon:
wiwitaning agesang mangun bebrayan kiyat santosaning batos, bebrayanipun saged
ayem tentrem.Pang ingkang sinebat keblat papat, menika pasemoning jumangkahing
panganten anggenipun ngupadi bogawastra kabetahaning gesang pinaringan gampil.
Dene ronipun sinebat pradapa remembe, gegambaranipungumelaring antariksa
ingkang katingal peteng pratandha badhe tumuruning toya jawah, toya menika
salahsatunggaling kabetahan, tumrap para titah, ingkang jangkepipun agni,
angin, bantala sarta her.(Ada Kyai, yakni: akarnya disebut bayubajra/angin-topan; pohon beringin
disebut kayu purwa sejati, cabangnya disebut keblat papat/mata angin; daunnya
disebut pradapa mega rumembe/lung awan mengurai, bunganya disebut dewondaru
Jayadaru, sedangkan buahnya disebut daru/bintang dan kilat; akar yang
dinamibayubajra tersebut sebagai lambang kekuatan, artinya bahwa harus kuat
lahir dan batin agar kehidupannyadapat kuat sentosa. Pohon yang disebut kayu
purwa sejati, menjadi lambang permulaan hidup membangunrumahtangga kuat perkasa
batin, keluarganya dapat tenteram.Cabang yang disebut keblat papat,melambangkan
langkah pengantin ketika mencari sandang pangan kebutuhan hidup diberi
kemudahan.Sedangkan daun yang disebut pradapa remembe, menggambarkan luasnya
antariksa yang terlihat gelappertanda akan turun hujan, hujan itu salah satu
kebutuhan bagi semua makhluk, sebagai pelengkapnya api,angin, tanah dan air).
Ki Sarayajati
Kyai, kados sampun purna sadaya dhawuh panjenengan. Mila kaparenga
sekar badhe kula boyong, kanggesarana dhaupipun panganten, manawi kedah tinebus
pinten kerta ajinipun Kyai?.(Kyai, tampaknya telah selesai seluruh penjelasanmu. Oleh karena itu mohon
bunga akan saya bawa, untuksarana pernikahan pengantin, jika harus diganti
berapakah kira-kira harganya Kyai?).
Ki Wasitajati
Kyai, sekar mancawarna menika mboten kenging
tinebus kanti redana aji, nanging cekap liniru ing sarana.Pinebusing wonten
warni cacah tiga :Sadak lawe sejodho, Klasa bangka inggih tilam lampus, Kedah
kawangsulaken.(Kyai, bunga
aneka warna ini tidak boleh diganti dengan uang, melainkan cukup ditukar dengan
sarana.Penggantian berupa tiga hal: pertama sadak/alat semacam tusuk benang
sejodoh, kedua tikar tegar yaknikasur mati, dan ketiga harus dikembalikan).
Ki Sarayajati
Udana ingkang angka satunggal lan kalih kula udanani samangke ugi,
nanging ingkang angka tiga, badhekula aturaken sasampunipun dhaup pinanganten
paripurna.
(Persyaratan pertama dan kedua saya penuhi sekarang juga, tetapi
yang ketiga akan saya sampaikan setelahselesai pernikahan pengantin).
Ki Wasitajati
Caranipun mangsulaken boten dhateng ngriki Kyai, ananging
sasampunipun sekar kaginaken kawangsulakendhateng margi catur.Tegesipun dalan
prapatan.(Cara pengembaliannya tidak kemari
Kyai, melainkan setelah bunga digunakan dikembalikan dt jalan empat.Artinya perempatan jalan).
Ki Sarayajati
Sampun terang trawaca dhawuh panjenengan Kyai,
kaparenga kula sakadang nyuwun pamit, sekarmancawarna kula boyong Kyai !.(Sudah sangat jelas keteranganmu Kyai,
perkenankan saya dan semua teman mohon diri, bunga anekawarnasaya bawa Kyai).
Ki Wasitajati
Inggih Kayi ! Namung kewala kangge hamimbuhi
tatag saha teteging penggalih, panjenengan kula kanthenikadang kula pun
Priangga Rumeksa ingkang sawega hambengkas pringga bebaya ning margi.Murih
yuwanaingkang samya pinanggiha.(Baiklah Kyai, hanya saja untuk menambah kemantapan hati, biar saudaraku
Priangga Rumeksa ikutbersamamu, yang selalu siap memberantas rintangan bahaya
di perjalanan. Agar selamat
sejahterasemuanya yang ditemui).
Percakapan yang terjadi di rumah Pemilik Hajat.
Ki Sarayajati
Panjengan Bapak (ayahnya Nuning) sekaliyan garwa, anggen kula
sinaraya ngupadi sekar mancawarnasampun saged kasembadan.Sumangga kula aturi
nampi khanti suka renaming penggalih.
(Bapak beserta isteri, saya yang disuruh mencari bunga anekawarna
telah berhasil. Silahkan diterima dengansenang hati)
Pemilik Hajat
Inggih kadang Surayajati ingkang pantes sinudarsana. Sekar adi
mancawarna kula tampi, salajengipun sekarbadhe kula papanaken wonten
sangajengipun bale asri, saha ing benjing kinarya sarana jejangkepingdhauping
pinanganten. Lajeng panjenengan sarowang kula aturi leren sawatawis, sarwi
amirsani pagelaran
seni budya adi luhung, inggih menika ringgit purwa. Sumangga !)[1]
(Ya rekan Surayajati yang pantas diteladani. Bunga indah anekawarna
saya terima, selanjutnya bunga akansaya taruh di depan tempat pelaminan, dan
besok dipakai sarana pelengkap pernikahan mempelai. Kemudianengkau dan
teman-temanmu saya persilahan istirahat sejenak, sambil menyaksikan pergelaran
seni klasik,yakni wayang kulit.Silahkan!).
Ki Sarayajati
(Ya, ya, saya menurut ).
Interaksi dan Interpretasi Simbolik
Sebagai
produk budaya rupa bisa dilakukan analisis interpretasi simbolik, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Nama Produk
|
Unsur Bahan
|
Nama Unsur
|
Interprestasi Simbolik
|
Kembar
Mayang
|
Janur
|
Pokok
|
Janur berasal dari kata jane dan nur, diartikan
asal cahaya
|
|
|
Candi-candhian
|
Daringan (tempat menyimpan harta benda), agar
penggunaannya teratur, hemat, dan cermat.
|
Babok
|
Babok adalah induk,
yang dihiasi dengankliwiran,. Makna simboliknya tetap menghargaiorang
tuanya, walaupun mereka telahmembangun keluarga baru.
|
||
Rawis Ges
(rujak rawis)
|
Merupakan bentuk jamak dari rujak singcemawis”(makanan
rujak yang telah disiapkan),artinya berbagai jenis makanan denganberbagai
bahan dan rasa, yang menimbulkanrasa sedap.
|
||
Pete-pete (siman-siman)
|
Ikatan batin (cinta kasih yang saling mengikat) antara
pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan.
|
||
Manuk-manukan
|
Burung yang gesit, yang tidak dibekali apa-apa, tetapi
mampu mencari makan untuk hidup sehari-hari, yang selau percaya diri.
|
||
Kipas
|
Untuk mencari angin, menghilangkan rasa resah, gerah,
hingga sejuk penuhsemangat.
|
||
Kitiran
|
Perputaran yang cepat, artinya mencari nafkah
dengan gesit tidak mengenal lelah, ibarat hidupuntuk selamanya.
|
||
Payungpayungan
|
Sebagai pengayoman dari hujan atau panas,dan mengayomi keluarga.
|
||
Uler-uleran
|
Perubahan bentuk dari ulat sampai kupu-kupu,mempunyai
makna simbolik bahwa manusialahir, kecil, dan menyusahkan orang tua,
tetapisetelah besar menjadi indah.
|
||
Kembang Temu
|
Perbedaanpendapat dalam keluarga pastiterjadi, dan harus segera
ditemukan, agarmenjadi harmonis.
|
||
|
Pecut-pecutan
|
Cambuk kehidupan, memberi motivasi kepadatujuan untuk hidup
berkeluarga yang sejahtera.
|
|
|
Daun
|
Daun Beringin
|
Memberikan perlindungan keluarga, danlingkungan, agar
kehidupannya bisa teduh(ngrembuyung).
|
|
Puring
|
Dari kata empu yang ing/nyaring, mempunyai makna bila
berbicara harus yang terpilih, seperti yang dilakukan oleh para empu.
|
|
|
Andong
|
Daun yang lurus, dan tumbuh terus ke atas, artinya
harus mengerti (jawa: dong) pada permasalahan keluarga, masyarakat, nusa,
bangsa, dan agama.
|
|
Mayang
|
Kembar mayang
|
Harum kehidupannya, yang bisa menghasilkan nira,
bertingkah laku yang manis (baik).
|
|
Batang pisang raja
|
Tunas
|
Menjadi raja pada saat perkawinan, menjadi tauladan
selanjutnya. Bertindak jujur, adil, dan mensejahterakan keluarga, tidak hanya
saat itu, tetapi seperti tunas yang terus tumbuh dan berbuah.
|
Penutup
Dilihat dari
sudut pandang Agama Islam Upacara Tebus Kembar Mayang itu termasuk bid’ah tapi
tidak termasuk bid’ah sayyiah, akan tetapi bid’ah hasanah, sebab upacara tebus
kembar mayang adalah adat budaya kebiasaan orang-orang pesisiran yang masih
kental dengan peristiwa tersebut. Sedangkan dari tinjauan berdasarkan
interpretasi simbolik dalam Upacara Tebus Kembar Mayang, dapatdisimpulkan bahwa
kegiatan budaya sebagai tradisi tersebut sarat akan tuntunan, terutama
secarakhusus diperuntukkan orang tua yang akan menikahkan putranya, dan juga
kepada mempelaiberdua. Untuk memasuki jenjang perkawinan, banyak hal yang perlu
dipersiapkan dan dipertimbangkan, agar tujuan bahtera hidup baru tersebut bisa
bahagia lahir batin, berkecukupan,mendapat kemudahan untuk mendapat rezeki yang
halal. Memasuki hidup baru dengan statusberkeluarga baru, berarti masuk dalam
lingkaran sosial kemasyarakatan, yang di dalammasyarakat ada pranata-pranata
sosial yang berlaku.
Daftar Pustaka
Asya’ari, S.I. 1993. Sosiologi Kota dan Desa.Surabaya: Usaha
Nasional
Dinas P&K Jawa Timur. 2001. Upacara Adat Jawa Timur, Jilid
3. Surabaya: Din P&K Goode, W.J.1991-2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta:
Bumi Aksara
Graham, H. 2005. Psikologi Humanistik (terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka PelajarIhromi, T.O. 2000. Pokok-pokok Antropologi Budaya.Jakarta:
Yayasan Obor Ind.
Mistaram. 1989. Batik Sarong Gajah Mada. Malang: Puslit IKIP
Malang
Mulyana,R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
Alfabeta
Ritzer,G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
Terjemahan Alimandan.Jakarta: Rajawali
Saifuddin, A.F. 2005.Antropologi Kontemporer, Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma.Jakarta: Prenada Media.
Sobur, A. 2004.Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarta
Suwardi. 1993. Bentuk Kembar Mayang Tradisional Jawa Serta Pemahaman
Masyarakat terhadapMakna Simboliknya. Skripsi S1 Jur. Senirupa Malang
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial (terjemahan).
Jakarta: Prenada MediaVan Peursen, C.A. 1985. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius
Wisadirana, D. 2004. Sosiologi
Pedesaan. Malang:UMM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar