Jumat, 25 September 2015

Upacara Tebus Kembar Mayang

UPACARA TEBUS KEMBAR MAYANG DALAM PERKAWINAN SUATU INTERPRETASI SIMBOLIK
Oleh: Muhammad Thoriqul Islam
Abstrak
Upacara tebus Kembar Mayang adalah salah satu produk budaya. Sampai saat ini upacara tersebut masih berlangsung di pedesaan dan dilakukan oleh masyarakat pesisiran, sebagai salah satu pranata sosial. Kegiatan tersebut melibatkan berbagai unsur masyarakat (manusia) dan merupakan kearifan lokal (local genius). Masyarakat pedesaan dan pesisiran adalah masyarakat yang masih kental dengan kegiatan tradisi, salah satunya adalah upacara tebus Kembar Mayang tersebut. Didalam upacara itu terjadi suatu interaksi sosial antar manusia, dan upacara tersebut mempunyai makna simbolik. Makna simboliknya adalah suatu penuturan tentang hakekat hidup, bagi manusia dewasa yang memasuki gerbang keluarga dalam perkawinan.
Pendahuluan
Upacara tebus Kembar Mayang adalah salah satu produk budaya dan ritual dalam upacara perkawinan dalam keluarga, yang dilaksanakan sebelum upacara perkawinan itu berlangsung khususnya didaerah pedesaan dan pesisiran. Perkawinan merupakan puncak peristiwa percodohan antara seorang laki-laki dengan seorangperempuan, melalui serentetan tindakan dari kedua belah pihak. Perkawinan didaerah pedesaan danpesisiran masih kental dengan hubungan kekerabatan, bersifat gotong royong, salingmembantu, dalam bentuk material maupun tenaga.Dalam proses perkawinan, aktivitas tersebut melibatkan keluarga dan masyarakat, serta lembagatertentu, sehingga perkawinan itu syah, dan bisa disaksikan oleh masyarakat, secara hukum maupun adat.
Oleh karena itu, suatu perkawinan menimbulkan berbagai macam akibat, yang juga melibatkanbanyak sanak keluaraga, termasuk suami dan isteri sendiri. Pada umumnya masyarakat, mempunyaiperaturan yang kompleks, mengatur proses pemilihan pasangan dan akhirnya juga perkawinan. Upacaraperkawinan merupakan suatu ritual perpindahan bagi setiap pasangan, seorang laki-laki dan perempuandewasa secara ritual memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak dan kewajiban baru.Ia jugamenandakan adanya persetujuan masyarakat atas ikatan itu (Goode 1991:64).
Masyarakat (society) merupakan satuan sosial yang ekivalen dengan kelompok dengan satu bahasa dan kebudayaan.Menurut Betrand (dalam Wisadirana 2004), masyarakat merupakan hasil darisuatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi masyarakat merupakan sekumpulan orangyang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, atau disebut juga sekelompok orang yang mempunyaikebudayaan yang sama, atau setidaknya mempunyai sebuah kebudayaan bersama.
Dalam rangkaian upacara perkawinan di daerah pesisiran, kembar mayang adalah salah satuproperty (ubo rampe) yang tidak pernah ditinggalkan. Dalam proses pembuatan kembar mayang melibatkanberbagai personil, dengan peran masing-masing. Seorang yang memimpin proses pembuatan kembarmayang adalah seseorang yang dianggap sesepuh (yang dituakan, Ki Surayajati), yang mempunyaikemampuan untuk memproses pembuatan kembar mayang, menyerahkan kembar mayang kepada orangtua calon pengantin, dengan caratebus kembar mayang. Dalam aktivitas tersebut ada hubungan sosiologisyang diatur dalam pranata-parana sosial pada budaya masyarakat pesisiran, yang disebut upacara “TebusKembar Mayang”.Kegiatan ini sampai saat ini masih berlangsung di daerah pedesaan dan pesisiran, termasuk yang dilakukan oleh masyarakat pesisiran pantai Prigi, Trenggalek.
Sebelum pembahasan lebih lanjut, apakah Upacara Tebus Kembar Mayang termasuk Bid’ah ? Dan Bagaimana pendapatmu ?
Upacara tebus Kembar Mayang adalah sesuatu hal yang baru, dan belum ada dizaman Rosulullah SAW. Menurut Hadist Nabi SAW, sesuatu hal yang baru dan belum ada dizaman Nabi itu termasuk Bid’ah, dan setiap yang Bid’ah itu sesat.
اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَاِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا ، فَاِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَىبَعْدِى اِخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِى تَمَسَّكُوابِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَاِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلاُمُوْرِ فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍبِدْعَة وَاِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وإنَّ كُلَّ ضَلَاَلةٍ فِي النَّارِ.
Artinya:
"Aku berwasiat kepada kamu sekalian supaya bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat sekalipun diperintah oleh seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya siapa saja yang hidup (selepas ini) di antara kamu sekalian selepasku akan melihat perselisihan yang banyak, maka kembalilah (berpeganglah) kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa ar-Rasyidin selepas peninggalanku, berpegang teguhlah dengannya, maka gigitlah dengan gigi geraham, kemudian berhati-hatilah denganhal yang baru (dicipta dalam agama) sesungguhnya setiap ciptaan yang baru itu adalah bid'ah dan setiap yang bid'ah itu sesat". (Hadis Riwayat Ahmad (1653). At-Tirmizi (2600). MusnadAbu Daud (3991). As-Sunnan Ibn Majah (42)
            Hal ini tidak termasuk Bid’ah Dholalah, tetapi Bid’ah Hasanah ( ‘adiyah atau kebiasaan). Sebab didalam Al-qur’an dan Al-hadits tidak menerangkan hal ini, itu termasuk salah satu produk budaya dan ritual orang Jawa khususnya daerah pedesaan dan pesisiran yang masih kental dan turun temurun hingga sekarang. Jadi, Upacara Tebus Kembar Mayang termasuk bid’ah ‘Adiyah atau kebiasaan. 
Selanjutnya dalam tulisan ini akan dibahas tentang persiapan dan pembuatan kembar mayang didaerah pesisir pantai Prigi, kemudian mengenai makna simbolik apa saja yang terdapat pada upacara tebuskembar mayang itu, dan bagaimana hubungan struktur fungsional yang terdapat pada upacara tersebut.
Persiapan dan Pembuatan Kembar Mayang
Pada acara persiapan upacara perkawinan orang yang mempunyai hajat mengutarakan kepada paraundangan, bahwa ia akan mengawinkan anaknya. Untuk melaksanakan hal tersebut, ia meminta keluarga(kerabat), sanak famili, dan tetangga di lingkungannya untuk membantu pelaksanaan upacara perkawinan,dimulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penutupannya. Sanak famili, kerabat, dan tetangga membentukpanitia, dan membagi tugas masing-masing, sesuai dengan kemampuannya.Kurang tiga hari dari hariperkawinan, mereka diundang lagi untuk rapat kesiapan, untuk menyiapkan bahan-bahan perlengkapan(uba rampe) dalam pelaksanaan perkawinan. Berikutnya, kurang satu hari sebelum hari “H”, semuapersiapan sudah dipersiapkan, termasuk bahan-bahan untuk pembuatan kembar mayang dengan segalarangkaian upacaranya.
Khusus penyiapan bahan-bahan untuk membuat kembar mayang, yang dipersiapkan adalah: janurkuning, daun beringin, daun puring, daun andong, dan bunga mayang. Janur kuning diambil dari pohonkelapa milik yang punya hajat, atau kepunyaan keluarga dan sanak famili.Janur kuning diambil pada pagihari, oleh seorang pemuda yang mempunyai kepandaian untuk memanjat pohon kelapa.Janur dipotongdari pucuk pohon kelapa dan tidak boleh dijatuhkan ke tanah.Janur yang telah dipotong diikat danditurunkan melalui tali dengan pelan-pelan, kemudian ditangkap oleh petugas yang telah siap di bawahpohon kelapa. Daun beringin, puring, dan andong diambil dari kebun atau dari kuburan, yang biasanya
banyak ditanami tanaman puring dan andong. Sementara bunga mayang diambil dari pohon jambe(pinang). Mayang merupakan bunga yang belum mekar dan juga diambil oleh pemuda yang mempunyaikepandaian memanjat.Setelah lengkap bahan-bahan tersebut lalu diserahkan kepada yang mempunyaihajat, disimpan di rumah, ditempatkan pada suatu tempat tertentu.
Proses pembuatan Kembar Mayang, dilaksanakan pada malam hari, yaitu malam midodareni (malamsebelum upacara perkawinan berlangsung). Pembuat kembar mayang dipimpin oleh seorang sesepuh desa(dukun temu temanten, Ki Wasitajati) yang mempunyai wawasan dan keterampilan untuk membuat kembarmayang.Ia sudah cukup tua umurnya, di atas lima puluh tahun dan tampak berwibawa. Pada prosesnyadibantu oleh cantrik, yaitu orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat kembar mayang.Pada umumnya mereka adalah orang yang sudah menikah. Pembantu pembuat kembar mayang inijumlahnya bisa empat orang, lima orang, atau tujuh orang, tergantung pada sumberdaya manusia pembuatkembar mayang yang terdapat di lingkungannya. Orang yang memimpin pembuatan kembar mayangtersebutharus dalam keadaan suci, pada siang harinya telah melakukan bersih diri, dengan mandikeramas.
Pelaksanaan Upacara Tebus Kembar Mayang
Pada saat akan dimulainya pembuatan kembar mayang, orang yang mempunyai hajat upacaraperkawinan (ayah-ibu), meminta tolong kepada seseorang (Ki Surayajati) menghadap kepada orang tuayang menjadi pimpinan pembuatan kembar mayang (Ki Wasitajati), untuk membuatkan kembar mayang.Orang yang mempunyai hajat tersebut meminta kepada Ki Surayajati, secaratradisi dilakukan denganpercakapan sebagai berikut :
Tuan Rumah
Dhuh kadang Sarayajati / duhai saudara Sarayajati
Punapa samya raharja / apakah anda juga selamat sejahtera
Kadiparan pawartane / bagaimana kabar
Sakecakna ngemya lenggah / silahkan duduk dengan nyaman
Sarayajati
Sowan kula nggih raharja / kedatanganku sehat-sehat saja
Salam taklim mungi konjuk / salam hormat saya sampaikan
Raharja gitrah paduka / kiranya keselamatan juga ada pada tuan
Percakapan meminta bantuan untuk mencarikan Kembar Mayang
Tuan Rumah
Nuwun mangke ta Kyai Sarayajati, labet saking anggen kula tinangisan dening anak kula gendhuk Nuningingkang samedya nambut salining akrami.
Keparenga kula ngresaya dhateng panjenengan, mugi kersa jumangkah angupadisekar Adi Mancawarni,ingkang kaprah sinebut Kembar Mayang.(Maaf Kyai Sarayajati, oleh karena saya ditangisi anak perempuan saya Nuning yang akan segera menikah, izinkan saya mohon bantuanmu, kiranya engkau bersedia mencarikan bunga Adi Mancawarni/indah berwarnawarniyang biasanya disebut Kembar Mayang).
Sarayajati
Dhuh kadang kula ingkang satuhu mahambeg berbudi dharma, sewu mboten kanyana bilih kula kapijinindakaken ayahan ingkang dhahat handukara. Sanadyan makaten, labet anggen kula setya ing kadang,mboten sanes kula hanaming sendika anglampahi.Namung pepuji panjenengan ingkang kula suwun mugisadaya saged kasembadan.(Duhai saudaraku yang berbudi baik, sama sekali saya tidak mengira bila saya mendapat tugas yang sulit.Walaupun demikian, karena kesetiaanku terhadap sahabat, tak lain saya hanya menyanggupinya. Tetapidoamu yang kupinta, mudah-mudahan semuanya dapat terlaksana).
Tuan Rumah
Inggih Kyai, sapengker panjenengan kula nedya manungku puja manages Gusti ingkang Maha Welas mugisaged kasembadan ingkang sinedya. Kyai Sarayajati, kangge sarana panjenengan sarowang kula aturi udanaingkang kedah kaasta.(Baiklah Kyai, setelah kepergianmu, saya akan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kasih, semoga dapattercapai yang diinginkan. Kyai Sarayajati, untuk sarana, engkau sekalian saya beri sesuatu sebagai syaratyang harus diterima).
Sarayajati
Nuwun inggih. / Baiklah
Kaparenga kula badhe makarya. / Perkenankan saya akan bekerja
Setelah percakapan selesai, barulah proses pembuatan kembar mayang dimulai, dan KiSurayajati memulai memegang janur, dan berdoa terlebih dahulu, doanya adalah sebagai berikut:
“Bismillahi Rohmannirohiim, ingsun jumeneng Allah, mbeber cahya, mbuwang wangkel, mbeberasale ingsun, kabul saking kodrat Allah” (Suwardi, 1993:117).Setelah berdoa, maka semua anggota dan pemimpin upacara membagi tugas untukmembuat rangkaian janur yang dihias menjadi berbagai unsur kembar mayang. Unsur-unsurtersebut adalah sebagai berikut: (1) candi-candian(2) babok(3) rawis ges(4) pete-pete(5)manuk-manukan(6) kipas(7) kitiran. Setiap unsur tersebut masing-masing berjumlah 4(empat) biji.Setelah semua unsur kembar mayang tersebut selesai dibuat, akhirnya dirangkai menjadi 4(empat) buah kembar mayang.Semua janur yang telah dirangkai ditancapkan pada gedebog(batang pisang) pisang raja, dan dilengkapi dengan berbagai daun dan bunga mayang.Kira-kirapukul 12.00 malam hari, maka upacara tebus kembar mayang dilakukan.Drama satu babak,dengan menghadirkan orang yang bernama Ki Wasitajati (yang dianggap sebagai wakil dariKahyangan yang mempunyai Kembar Mayang). Kembar mayang akan diserahkan kepada KiSarayajati dengan urutan dan pembicaraan sebagai berikut.
Ki Wasitajati
Priyagung kang nembe prapta / Pembesar yang baru datang
Samya pinanggih basuki / semuanya mendapatkan keselamatan
Sampunya satata lenggah / setelah teratur duduk
Kapareng hanila krami / dipersilahkan berbicara
Ki Sarayajati
Kula pun Sarayajati / Hamba Sarayajati
Wandene sowan kautus / adapun saya menghadap disuruh
Kadang kang hamengku karya / saudaraku yang mempunyai hajat
Ngupadi Kang Mancawarni / mencarikan Yang Berwarna-warni
Kang winastan sekar Adi Kembar Mayang / yang disebut bunga Kembar MayangYang Indah. (Percakapan berikut merupakan pembicaraan yang dilakukan antara Ki Wasitajati dan Ki Sarayajatidalam upacara Nebus Kembar Mayang. Di dalam percakapan ini terdapat uraian mengenai makna KembarMayang).
Ki Wasitajati
Sasampunipun midhanget wijiling pangandika panjenengan ingkang rinonce sekar kala wau, nama begjakemayangan tumraping panjenengan sakadang, jalaran menapa ingkang panjenengan upadi menika, tetelawonten ing ngriki dumunungipun. Inggih menika wonten ing ngarsa panjenengan menika.(Setelah mendengar tutur katamu yang terhias nyanyian tadi, sangatlah beruntung engkau semuanya, sebabapa yang engkau cari itu, ternyata di sini adanya. Yakni yang terdapat di depanmu).
Ki Sarayajati
Mapan kaleresan Kyai, bilih ingkang kula upadi pranyata cumondhok wonten ngriki. Nanging mangke rumiyinKyai, kula kaparenga nyuwun pirsa. Kados pundi larah-larahipun dene Sekar Adi Kalpataru Dewandaru JayaDaru menika ngantos cumondhok wonten ing ngriki?.(Kebetulan sekali Kyai, jika yang saya cari ternyata terdapat di sini.Tetapi sebentar Kyai, perkenankan sayabertanya.Bagaimanakah kejadian yang sesungguhnya bahwa bunga Adi Kalpataru Dewandaru Jaya Daru inisampai berada di sini?).
Ki Wasitajati
Kyai, makaten menika tiyang gesang naming sumendhe wonten pangarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung.Wondene larah-larahipun makaten, Kyai: duk rikala Raden Danang Jaya badhe dhaup kaliyan KusumaningAyu Wara Sembadra ngantos ndadosaken ponang gara-gara. Sakala Sang Hyang Jagad Giri Nata keparengsinewaka lenggah manungkul ing Bale Marcu Kudhamanik, utusan para hapsari Hari Bawana cacah pitu,inggih menika Prabasini, Irim-irim, Tunjung Biru, Gagar Mayang, Warsini, Lengleng Sari, miwah LenglengMandanu. Para hapsari cacah pitu kapurih angronce Sekar Adi, ingkang kedah langkung kasebat KalpataruDewandaru ingkang wus limrah sinebut Mayang utawi Kembar Mayang. Sasampunipun purna anggenipunangronce sekar kadhawuhan tumurun ing ngarca pada kinen paring nugraha dhateng Satriya Tama ingkangsampun kathah labet saha labuhanipun tumrap para Dewa.(Kyai, begitulah hidup orang itu hanya terletak pada kehendak Tuhan Yang Maha Besar. Adapun asalmuasalnyabegini, Kyai: Ketika Raden Arjuna akan menikah dengan Kusumaning Ayu Wara Sembadrasampaimengakibatkan huru-hara. Seketika itu Sang Hyang Jagad Giri Nata berkenan di balai penghadapan duduktertunduk di Bale Marcu Kuhamanik, menyuruh para bidadari Hari Bawana berjumlah tujuh, yakni Prabasini,Irim-irim, Tunjung Biru, Gagar Mayang, Warsini, Lengleng Sari, serta Lengleng Mandanu. Para bidadaribertujuh diminta agar merangkai Sekar Adi yang harus disebut Kembar Mayang.Sesudah mereka selesaimerangkai bunga, mereka disuruh turun ke dunia dan agar mereka memberkannya sebagai anugerah kepadasatria utama Arjuna, yang telah banyak berbakti kepada para dewa).
Ki Sarayajati
Lajeng menapa sedaya reroncening sekar Adi Mancawarna punika wonten naminipun, Kyai ?(lalu apa semuarangkaian bunga Adi Mancawarna itu ada namanya, Kyai?).
Ki Wasitajati
Wonten Kyai, inggih menika :
Oyotipun sinebat bayubajra
Delenging wandira sinebat kayu purwa sejati
Pangipun sinebat keblat papat
Ronipun sinebat pradapa mega rumembe
Sekaripun sinebat Dewandaru Jayadaru, dene
Uwohipun sinebat Daru tuwin kilat.
Oyot ingkang winastan bayubajra menika minangka pasemoning kekiyatan, liripun makaten kedah kiyat lahirsaha batosipun, amrih gesangipun saged teguh santosa. Wit ingkang sinebat kayu purwa sejati, dadospasemon: wiwitaning agesang mangun bebrayan kiyat santosaning batos, bebrayanipun saged ayem tentrem.Pang ingkang sinebat keblat papat, menika pasemoning jumangkahing panganten anggenipun ngupadi bogawastra kabetahaning gesang pinaringan gampil. Dene ronipun sinebat pradapa remembe, gegambaranipungumelaring antariksa ingkang katingal peteng pratandha badhe tumuruning toya jawah, toya menika salahsatunggaling kabetahan, tumrap para titah, ingkang jangkepipun agni, angin, bantala sarta her.(Ada Kyai, yakni: akarnya disebut bayubajra/angin-topan; pohon beringin disebut kayu purwa sejati, cabangnya disebut keblat papat/mata angin; daunnya disebut pradapa mega rumembe/lung awan mengurai, bunganya disebut dewondaru Jayadaru, sedangkan buahnya disebut daru/bintang dan kilat; akar yang dinamibayubajra tersebut sebagai lambang kekuatan, artinya bahwa harus kuat lahir dan batin agar kehidupannyadapat kuat sentosa. Pohon yang disebut kayu purwa sejati, menjadi lambang permulaan hidup membangunrumahtangga kuat perkasa batin, keluarganya dapat tenteram.Cabang yang disebut keblat papat,melambangkan langkah pengantin ketika mencari sandang pangan kebutuhan hidup diberi kemudahan.Sedangkan daun yang disebut pradapa remembe, menggambarkan luasnya antariksa yang terlihat gelappertanda akan turun hujan, hujan itu salah satu kebutuhan bagi semua makhluk, sebagai pelengkapnya api,angin, tanah dan air).
Ki Sarayajati
Kyai, kados sampun purna sadaya dhawuh panjenengan. Mila kaparenga sekar badhe kula boyong, kanggesarana dhaupipun panganten, manawi kedah tinebus pinten kerta ajinipun Kyai?.(Kyai, tampaknya telah selesai seluruh penjelasanmu. Oleh karena itu mohon bunga akan saya bawa, untuksarana pernikahan pengantin, jika harus diganti berapakah kira-kira harganya Kyai?).
Ki Wasitajati
Kyai, sekar mancawarna menika mboten kenging tinebus kanti redana aji, nanging cekap liniru ing sarana.Pinebusing wonten warni cacah tiga :Sadak lawe sejodho, Klasa bangka inggih tilam lampus, Kedah kawangsulaken.(Kyai, bunga aneka warna ini tidak boleh diganti dengan uang, melainkan cukup ditukar dengan sarana.Penggantian berupa tiga hal: pertama sadak/alat semacam tusuk benang sejodoh, kedua tikar tegar yaknikasur mati, dan ketiga harus dikembalikan).
Ki Sarayajati
Udana ingkang angka satunggal lan kalih kula udanani samangke ugi, nanging ingkang angka tiga, badhekula aturaken sasampunipun dhaup pinanganten paripurna.
(Persyaratan pertama dan kedua saya penuhi sekarang juga, tetapi yang ketiga akan saya sampaikan setelahselesai pernikahan pengantin).
Ki Wasitajati
Caranipun mangsulaken boten dhateng ngriki Kyai, ananging sasampunipun sekar kaginaken kawangsulakendhateng margi catur.Tegesipun dalan prapatan.(Cara pengembaliannya tidak kemari Kyai, melainkan setelah bunga digunakan dikembalikan dt jalan empat.Artinya perempatan jalan).

Ki Sarayajati
Sampun terang trawaca dhawuh panjenengan Kyai, kaparenga kula sakadang nyuwun pamit, sekarmancawarna kula boyong Kyai !.(Sudah sangat jelas keteranganmu Kyai, perkenankan saya dan semua teman mohon diri, bunga anekawarnasaya bawa Kyai).
Ki Wasitajati
Inggih Kayi ! Namung kewala kangge hamimbuhi tatag saha teteging penggalih, panjenengan kula kanthenikadang kula pun Priangga Rumeksa ingkang sawega hambengkas pringga bebaya ning margi.Murih yuwanaingkang samya pinanggiha.(Baiklah Kyai, hanya saja untuk menambah kemantapan hati, biar saudaraku Priangga Rumeksa ikutbersamamu, yang selalu siap memberantas rintangan bahaya di perjalanan. Agar selamat sejahterasemuanya yang ditemui).
Percakapan yang terjadi di rumah Pemilik Hajat.
Ki Sarayajati
Panjengan Bapak (ayahnya Nuning) sekaliyan garwa, anggen kula sinaraya ngupadi sekar mancawarnasampun saged kasembadan.Sumangga kula aturi nampi khanti suka renaming penggalih.
(Bapak beserta isteri, saya yang disuruh mencari bunga anekawarna telah berhasil. Silahkan diterima dengansenang hati)
Pemilik Hajat
Inggih kadang Surayajati ingkang pantes sinudarsana. Sekar adi mancawarna kula tampi, salajengipun sekarbadhe kula papanaken wonten sangajengipun bale asri, saha ing benjing kinarya sarana jejangkepingdhauping pinanganten. Lajeng panjenengan sarowang kula aturi leren sawatawis, sarwi amirsani pagelaran
seni budya adi luhung, inggih menika ringgit purwa. Sumangga !)[1]
(Ya rekan Surayajati yang pantas diteladani. Bunga indah anekawarna saya terima, selanjutnya bunga akansaya taruh di depan tempat pelaminan, dan besok dipakai sarana pelengkap pernikahan mempelai. Kemudianengkau dan teman-temanmu saya persilahan istirahat sejenak, sambil menyaksikan pergelaran seni klasik,yakni wayang kulit.Silahkan!).

Ki Sarayajati
Inggih, inggih, mangestokaken dhawuh).[2]
(Ya, ya, saya menurut ).
Interaksi dan Interpretasi Simbolik
            Sebagai produk budaya rupa bisa dilakukan analisis interpretasi simbolik, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Nama Produk
Unsur Bahan
Nama Unsur
Interprestasi Simbolik
Kembar
Mayang

Janur
Pokok
Janur berasal dari kata jane dan nur, diartikan
asal cahaya


Candi-candhian


Daringan (tempat menyimpan harta benda), agar penggunaannya teratur, hemat, dan cermat.
Babok
Babok adalah induk, yang dihiasi dengankliwiran,. Makna simboliknya tetap menghargaiorang tuanya, walaupun mereka telahmembangun keluarga baru.
Rawis Ges
(rujak rawis)

Merupakan bentuk jamak dari rujak singcemawis”(makanan rujak yang telah disiapkan),artinya berbagai jenis makanan denganberbagai bahan dan rasa, yang menimbulkanrasa sedap.
Pete-pete (siman-siman)
Ikatan batin (cinta kasih yang saling mengikat) antara pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan.
Manuk-manukan
Burung yang gesit, yang tidak dibekali apa-apa, tetapi mampu mencari makan untuk hidup sehari-hari, yang selau percaya diri.
Kipas
Untuk mencari angin, menghilangkan rasa resah, gerah, hingga sejuk penuhsemangat.
Kitiran
Perputaran yang cepat, artinya mencari nafkah
dengan gesit tidak mengenal lelah, ibarat hidupuntuk selamanya.
Payungpayungan

Sebagai pengayoman dari hujan atau panas,dan mengayomi keluarga.
Uler-uleran
Perubahan bentuk dari ulat sampai kupu-kupu,mempunyai makna simbolik bahwa manusialahir, kecil, dan menyusahkan orang tua, tetapisetelah besar menjadi indah.
Kembang Temu
Perbedaanpendapat dalam keluarga pastiterjadi, dan harus segera ditemukan, agarmenjadi harmonis.

Pecut-pecutan
Cambuk kehidupan, memberi motivasi kepadatujuan untuk hidup berkeluarga yang sejahtera.


Daun
Daun Beringin
Memberikan perlindungan keluarga, danlingkungan, agar kehidupannya bisa teduh(ngrembuyung).

Puring
Dari kata empu yang ing/nyaring, mempunyai makna bila berbicara harus yang terpilih, seperti yang dilakukan oleh para empu.

Andong
Daun yang lurus, dan tumbuh terus ke atas, artinya harus mengerti (jawa: dong) pada permasalahan keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, dan agama.
Mayang
Kembar mayang
Harum kehidupannya, yang bisa menghasilkan nira, bertingkah laku yang manis (baik).
Batang pisang raja
Tunas
Menjadi raja pada saat perkawinan, menjadi tauladan selanjutnya. Bertindak jujur, adil, dan mensejahterakan keluarga, tidak hanya saat itu, tetapi seperti tunas yang terus tumbuh dan berbuah. 

Penutup
Dilihat dari sudut pandang Agama Islam Upacara Tebus Kembar Mayang itu termasuk bid’ah tapi tidak termasuk bid’ah sayyiah, akan tetapi bid’ah hasanah, sebab upacara tebus kembar mayang adalah adat budaya kebiasaan orang-orang pesisiran yang masih kental dengan peristiwa tersebut. Sedangkan dari tinjauan berdasarkan interpretasi simbolik dalam Upacara Tebus Kembar Mayang, dapatdisimpulkan bahwa kegiatan budaya sebagai tradisi tersebut sarat akan tuntunan, terutama secarakhusus diperuntukkan orang tua yang akan menikahkan putranya, dan juga kepada mempelaiberdua. Untuk memasuki jenjang perkawinan, banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dipertimbangkan, agar tujuan bahtera hidup baru tersebut bisa bahagia lahir batin, berkecukupan,mendapat kemudahan untuk mendapat rezeki yang halal. Memasuki hidup baru dengan statusberkeluarga baru, berarti masuk dalam lingkaran sosial kemasyarakatan, yang di dalammasyarakat ada pranata-pranata sosial yang berlaku. 

Daftar Pustaka
Asya’ari, S.I. 1993. Sosiologi Kota dan Desa.Surabaya: Usaha Nasional
Dinas P&K Jawa Timur. 2001. Upacara Adat Jawa Timur, Jilid 3. Surabaya: Din P&K Goode, W.J.1991-2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara
Graham, H. 2005. Psikologi Humanistik (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka PelajarIhromi, T.O. 2000. Pokok-pokok Antropologi Budaya.Jakarta: Yayasan Obor Ind.
Mistaram. 1989. Batik Sarong Gajah Mada. Malang: Puslit IKIP Malang
Mulyana,R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Ritzer,G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan.Jakarta: Rajawali
Saifuddin, A.F. 2005.Antropologi Kontemporer, Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.Jakarta: Prenada Media.
Sobur, A. 2004.Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarta
Suwardi. 1993. Bentuk Kembar Mayang Tradisional Jawa Serta Pemahaman Masyarakat terhadapMakna Simboliknya. Skripsi S1 Jur. Senirupa Malang
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial (terjemahan). Jakarta: Prenada MediaVan Peursen, C.A. 1985. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
Wisadirana, D. 2004. Sosiologi Pedesaan. Malang:UMM Press.        



[1]Bila yang Punya Hajat menyelenggarakan pagelaran Wayang Kulit.
[2]Percakapan dalam tebus kembar mayang dikutip dari “ Upacara Adat Jawa Timur “ Jilid 3, Tahun 2001: hal. 19-24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar