Jumat, 28 Oktober 2016

PEMIMPIN MUSLIM VS PEMIMPIN NON-MUSLIM (TANGGAPAN UNTUK MASYARAKAT INDONESIA)


PEMIMPIN MUSLIM VS PEMIMPIN NON-MUSLIM
 (TANGGAPAN UNTUK MASYARAKAT INDONESIA)

Pendahuluan
Perbincangan dan diskusi mengenai pemimpin memang tidak akan ada habisnya. Hal itu disebabkan, figur pemimpin yang adil dan beradab pada zaman modern ini semakin langka dan sulit dicari.[1] Pada saat ini kepemimpinan hanyalah dianggap sebagai jabatan, bahkan digunakan sebagai sarana pamer-memamerkan diri.
Jika kita melihat dan berkaca pada masa kepemimpinan atau khilafah di zaman rasul dan khulafa ar-Rasyidin, kita akan mengetahui bahwasanya dizaman itu, para khalifah akan berpikir panjang untuk mau menjadi pemimpin kaum dikarenakan ketakutannya apabila ia tidak bisa membawa kaumnya ke jalan yang baik dan benar, disamping itu, mereka juga takut akan dosa yang akan ditanggung jika tidak bisa berlaku adil dalam memimpin.
Beda halnya dengan keadaan pada zaman modern saat ini, mayoritas pemimpin hanya ingin berlomba-lomba dalam popularitas, mementingkan jabatan tanpa berpikir panjang tentang bagaimana masayarakat yang akan dipimpinnya, mau diarahkan kemanakah masyarakat tersebut, bahkan masih ada juga pemimpin yang hanya ingin mementingkan diri sendiri tanpa menyadari bahwa mereka punya tanggung jawab besar.
Ada kecenderungan rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin berdasarkan popularitasnya. Hasil pendapat sering menjadi patokan dalam memilih, tak peduli dengan kualitas sang calon pemimpin, bahkan mengenai agama mereka. Padahal, Allah SWT melarang umat Islam untuk menjadikan orang-orang kafr sebagai pemimpin.[2] Kecenderungan umat memilih pemimpin non-Muslim boleh jadi karena mereka tidak mengetahui akan larangan Allah.
Keberhasilan suatu negara dapat terlihat dari sosok pemimpinnya. Apabila sang pemimpin memegang syari’at Islam, maka kemaslahatan rakyat akan terwujud. Begitu juga sebaliknya, apabila kepemimpinan dipegang non-Muslim, maka kehancuran sedikit demi sedikit akan bermunculan.
Maka dari itu, penulis ingin memaparkan lebih lanjut tentang beberapa hal yang berkaitan dengan pemimpin Islam dan Non-Islam.

PENGERTIAN PEMIMPIN
Dalam Bahasa Indonesia, “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan pada satu bidang sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk pencapaian satu atau beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994:181)[3]
1). Pemimpin Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, istilah pemimpin dikenal dengan istilah khalifah, imam, dan ulil amri. Khalifah diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan Islam di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan dikenal dengan kata sulthan. Khalifah juga dapat diartikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi (Raharjo, 1996). Wakil Tuhan terdiri dari dua macam. Pertama, yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri sebagai ciptaaan Tuhan yang paling sempurna.
Imam atau imamah diartikan secara lebih spesifik untuk menyebut pemuka agama, pemimpin keagamaan, atau pemimpin spiritual yang diikuti dan diteladani nasihat-nasihatnya oleh pengikut-pengikutnya. Dalam beberapa hadist, imam sering diartikan sebagai pemimpin atau penguasa yang memiliki kekuasaan untuk mengatur masyarakat.
Ulil amri dapat diartikan sebagai pemerintah, ulama, cendekiawan, pemimpin militer atau tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi tumpuan bagi umat, menerima kepercayaan atau amanat dari masyarakat. Selain itu, ulul amri dapat berarti orang-orang cerdik pandai yang dikenal oleh umat sebagai orang yang ahli dalam berbagai bidang serta mengerti kepentingan.
Dalam Islam, seorang pemimpin harus mempunyai sifat: siddiq (jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan), fatanah (cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional), amanah (dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel) dan tabligh (senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dan komunikatif).
Dalam prinsip Islam, tujuan hidup manusia adalah untuk menemukan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang dimaksud tidak hanya menyangkut kebutuhan jasmani (materiil), tetapi jugarohani (spiritual).
Keinginan untuk membahagiakan dan menyelamatkan manusia merupakan salah satu misi Islam. Para nabi dan rasul diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan manusia cara untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan, dan manusia diperintahkan untuk meniru dan meneladani para nabi dan rasul tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah misi profetik (prophrtical mission). 
2). Pemimpin Dalam Perspektif Non-Islam
Dalam Al-Kitab, pemimpin harus memiliki sifat dasar: bertanggungjawab, berorientasi pada sasaran, tegas, cakap, bertumbuh, memberikan teladan, dapat membangkitkan semangat, jujur, setia, murah hati, rendah hati, efisien, memerhatikan, mampu berkomunikasi, dapat mempersatukan dan dapat mengajak.[4]
Pada ajaran Budha dikenal dengan dasa raja dhamma yang terdiri atas: dhana (suka menolong), sila (bermoralitas tinggi), paricaga (mengorbankan segala sesuatu demi rakyat), ajjawa (jujur dan bersih), maddava (ramah-tamah dan sopan santun), tapa (sederhana dalam penghidupan), akkhoda (bebas dari kebencian dan permusuhan), avihimsa (tanpa kekerasan), khanti (sabar, rendah hati, dan pemaaf) dan avirodha (tidak menentang dan tidak menghalang-halangi).[5]
Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan istilah-istilah: Panca Stiti Dharmeng Prabh (lima ajaran seorang pemimpin), Catur Kotamaning Nrepati (empat sifat utama seorang pemimpin), Asta Bratla (delapan sifat mulia para dewa) dan Catur Naya Sandhi (empat tindakan seorang pemimpin), yaitu: Sama (dapat menandingi kekuatan musuh), Bheda (dapat melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja), Dhana (dapat mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat) dan Dandha (dapat menghukum dengan adil mereka yang bersalah).
KRITERIA PEMIMPIN IDEAL
Kriteria pemimpin ideal juga disebutkan didalam Al-Qur’an. Ini tergambar pada Nabi Ibrahim. Didalam surah Al-Nahl ayat 120 dijelaskan bahwa, seorang pemimpin sekurang-kurangnya haruslah mempunyai tiga hal.”Qonit li Allah” tunduk patuh kepada perintah Allah, “hanif” lurus pada kebenaran, dan “syukur”. Maka, dapat kita artikan bahwa, pemimpin harus senantiasa taat dan tunduk, tidak ragu, dan mengingkari keberadaan Allah, tidak pula menyimpang serta membantah perintah Nya. Maka konsekuensinya adalah, seorang pemimpin hendaknya jauh dari sifat relativ, agnostis, dan pluralis dalam berkeyakina kepada Allah, apalagi kafir terhadap Allah.
Selain dari pada itu prlu kita sadari bahwa, menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah untuk dipegang. Melainkan kepemimpinan tersebut tidak lain dari pada sebuah Amanah besar. Selain, Amanah pemimpin juga harus berilmu, karena bila ia berpengetahuan, berarti ia mengetahui tugas-tugas yang akan ia kerjakan, lalu bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Dan sebaliknya, pekerjaan yang tidak berdasarkan pada ilmu, hanya akan menghasilkan sesuatu yang merusak.
Dari kriteria yang telah kita bahas diatas, terlihat bahwa seorang pemimpin tidaklah harus tinggi ilmu agamanya, dalam arti tidaklah harus setingkat ulama, melainkan  harus memiliki ketrampila leadership serta amanah.[6] Namun perlu kita garis bawahi bahwa, tidak setingkat ulama bukan berarti buta Agama atau bahkan sekuler atau liberal. Sebab seseorang tidak akan Amanah jika tidak patuh dan tidak berpegang teguh pada syari’ah. Maka, pemimpin haruslah memahami syari’ah. Bila tidak demikian, ia bisa lepas dari tuhannya dan jauh dari masyarakatnya. Karena, seorang pemimpin memiliki dua tugas utama; beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada banyak orang. Kemudian, jika seorang pemimpin tidak berpegang teguh pada syariah saja bisa membawa masyarakat ke dalam kehancuran, apalagi seorang oemimpin yang tidak beragama Islam? Dengan kata lain, menganut agama selain Islam.
Maka, disinilah kita sebagai orang yang paham dan tahu kewajiban untuk memilih pemimpin muslim untuk memahamkan kepada seluruh masyarakat yang belum paham akan hal ini, disamping itu perlu adanya da’wah yang benar-benarbisa menyadarkan msyarakat Indonesia akan bahaya memilih pemimpin non muslim.

FENOMENA PEMIMPIN DI INDONESIA
Di berbagai daerah di negara Indonesia, bisa kita jumpai bahwa kepala atau pemimpin daerah tersebut dari umat Kristen, padahal sudah jelas dikatakan bahwa kristen adalah kaum kafir. Bahkan, di daerah Ibukota negara kita pun dipimpin oleh seorang yang menganut agama Kristen. Ya, masyarakat Indonesia memang sudah terlanjur  tertarik dengan semua kebaikan yang diberikan oleh wakil rakyat tersebut tanpa memikirkan apa misi dibalik semua kebaikannya. Bahkan sebagian dari masyarakat Indonesia ada yang mengatakan “dia Kristen, tapi dia Islami”. Saat ini mungkin masyarakat Indonesia belum merasakan akibat dan pengaruh dari semua misi, padahal dibalik itu ada misi Kristenisasi.
Ketika walikota Surabaya, Risma, tengah berupaya keras menutup Gang Dolly (pusat prostitusi terbesar di Asia Tenggara), Ahok justru akan melokalisasi prostitusi di DKI Jakarta. Ini sama saja Ahok ingin melegalkan perzinahan di Jakarta.
HAKIKAT PEMIMPIN UNTUK INDONESIA
Tegaknya suatu pemerintahan yang stabil, setidaknya harus memenuhi tiga kualifukasi yang saling berkaitan antara penguasa dan rakyat, yaitu keadilan dari penguasa, ketaatan dari rakyat dan adanya musyawarah antara penguasa dan rakyat.[7]
Khliafah dan imamah merupakan sistem kepemimpinan negara dalam masyarakat Muslim yang dipandang relevan dengan syariat Islam. Khilafah adalah suatu bentuk kekuasaan yang menjalankan pemerintahan setelah Nabi Muhammad SAW.
Kepemimpinan dalam Islam hakikatnya adalah berkhidmat atau menjadi pelayan umat. Allah memberikan amanah kepada pemimpin untuk mengatur urusan orang yang dipimpinnya, mengarahkan manusia yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama dan menjaga serta melindungi kepentingan yang dipimpinya.
Kunci pokok dari khilafah adalah model pengganti penguasa dalam memimpin pemerintahan Islam. Pedoman dasar khilafah dalam menjalankan kekuasaan harus sesuai dengan norma dan hukum Tuhan. Khilafah merupakan pondasi demokrasi dalam Islam yang menyesuaikan keseimbangan antara individu dan kolektif.
Ada baiknya jikalau pemimpin memperbaiki kebijakan politik luar negerinya dengan memperbanyak persahabatan, misalkan Indonesia sebagai negara berkembang menjalin persahabatan dengan negara-negara sederajat, baik di kawasan Asia maupun Timur Tengah, Afrika maupun Amerika Latin.[8] Tapi, dengan menjalin persahabatan dengan negara lain bukan berarti negara Indonesia selalu bergantung pada negara tersebut. Ada baiknya jika mengambil beberapa komponen yang bisa di contoh dan di ikuti oleh negara Indonesia, misalnya dalam hal peraturan, teknologi, dan lain sebagainya selama itu tidak bertentangan dengan ajaran syari’at dan dapat mendatangkan manfaat atau perubahan positif bagi rakyat dan masyarakat Indonesia.
Dalam berbagai literatur yang membahas kepemimpinan dalam Islam dapat dikemukakan beberapa dasar-dasar kepemimpinan Islam yang salah satunya adalah tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pmmpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi lebih lanjut terhadap kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda,”keberagamaan rakyat tergantung keberagamaan pemimpinnya.”
Allah telah memberi patokan, bagaimana kaum muslim dalam mengangkat pemimpinnya. Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pelindung, pemimpin) dengan meninggalakan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin menjadikan itu sebagai alasan bagi Allah umtuk menimpakan siksaan yang nyata?”[9]
Dari hadits dan firman Allah diatas dapat kita simpulalkan bahwa Allah telah melarang kita sebagai umat muslim untuk menjadikan seorang kafir sebagai kepala atau pemimpin kita.
Kemudian, pemimpin seperti apakah yang diinginkan masyarakat Indonesia saat ini? Pertanyaan ini mungkin selalu terdetik di benak setiap orang yang benar-benar memikirkan kepemimpinan terbaik untuk Indonesia. Maka, sebagai orang yang tahu dan paham, inilah saatnya kita menyadarkan masyarakat yang belum paham akan pentingnya pemimpin muslim di negara kita ini yang terkenal dengan masyarakatnya yang mayoritas adalah Islam.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kita bahas diatas, terlihat bahwa seorang pemimpin tidaklah harus tinggi ilmu agamanya, dalam arti tidaklah harus setingkat ulama, melainkan  harus memiliki ketrampilan leadership serta amanah.[10] Namun perlu kita garis bawahi bahwa, tidak setingkat ulama bukan berarti buta Agama atau bahkan sekuler atau liberal. Sebab seseorang tidak akan Amanah jika tidak patuh dan tidak berpegang teguh pada syari’ah. Maka, pemimpin haruslah memahami syari’ah. Bila tidak demikian, ia bisa lepas dari tuhannya dan jauh dari masyarakatnya. Karena, seorang pemimpin memiliki dua tugas utama; beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada banyak orang. Kemudian, jika seorang pemimpin tidak berpegang teguh pada syariah saja bisa membawa masyarakat ke dalam kehancuran, apalagi seorang pemimpin yang tidak beragama Islam? Dengan kata lain, menganut agama selain Islam.
Maka, disinilah kita sebagai orang yang paham dan tahu kewajiban untuk memilih pemimpin muslim untuk memahamkan kepada seluruh masyarakat yang belum paham akan hal ini, disamping itu perlu adanya da’wah yang benar-benar bisa menyadarkan masyarakat Indonesia akan bahaya memilih pemimpin non muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Moedjiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press
Syafii Maarif, Ahmad. 2006. Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara. Jakarta: Pustaka LP3ES
Dimyati, Hamdan. 2014. Model Kepemimpinan & Sistem Pengambilan Keputusan. Bandung: PUSTAKA SETIA
Susetya, Wawan. 2007. Menyingkap Tabir Cakrawala Kepemimpinan. Yogyakarta: Tugu
Majalah GONTOR, Edisi 11, Tahun XIII Rajab-Sya’ban 1437/Maret 2016















[1] Majalah GONTOR, Edisi 11, Tahun XIII Rajab-Sya’ban 1437/Maret 2016, hal.24.
[2] Ibid hal.8.
[3] Dimyati, Hamdan. 2014. Model Kepemimpinan & Sistem Pengambilan Keputusan. Bandung: PUSTAKA SETIA, hal.23.

[4] Ibid hal. 30.
[5] Ibid hal. 31.
[6] Majalah GONTOR, Edisi 11, Tahun XIII Rajab-Sya’ban 1437/Maret 2016, hal.25.
[7] Syafii Maarif, Ahmad. Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara.2006. Jakarta: Pustaka LP3ES.
[8] Susetya, Wawan. 2007. Menyingkap Tabir Cakrawala Kepemimpinan. Yogyakarta: Tugu
[9] QS.An-Nisa: 144.
[10] Majalah GONTOR, Edisi 11, Tahun XIII Rajab-Sya’ban 1437/Maret 2016, hal. 25.

Kemuliaan Seorang Wanita

Kemuliaan Seorang Wanita

Islam adalah agama pembela kebenaran, penebar kasih sayang dan  kedamaian bagi seluruh alam. Diantara pengikat atmosfer kedamaian adalah menebar salam, oleh karenanya tak ada salam terindah yang ingin saya haturkan pada hari ini kecuali
Assalakita’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Andai kita tahu, Allah yang mendetakkan jantung kita tanpa berhenti sepanjang hidup kita sampai detik ini. Allah yang mengatur, bahkan kita pun tak sanggup.
Andai kita tahu, Allah yang membangunkan kita tiap pagi hari, setiap hari sampai detik ini. Bukankah betapa sering alarm yang kita atur tak membangunkan kita. Allah-lah yang menghidupkan kita setelah ditidurkan.
Andai kita tahu, Allah yang memberikita rejeki. Bukankah kita hanya tinggal melangkah ke dapur dan mengambil sepiring nasi untuk bisa kita santap. Sedang Allah mendatangkan beras itu dari sawah yang jauh disana, lalu dipanen petani, lalu di selepkan menjadi beras, lalu di kirim ke berbagai daerah melalui perjalanan panjang lalu sampai ke warung kelontong dan akhirnya kita beli dan tinggal hanya memasaknya saja. Allah yang mendekatkan rejeki kita. Setiap hari itu terjadi. Bukankah kita sendiri menanam sebulir padi saja belum tentu sanggup.
Andai kita tahu, Allah selalu menjawab doa kita bahkan diberikan yang terbaik atas kesabaran kita. Sementara kita selalu tergesa-gesa akan ingin kita sendiri dan kebanyakan ceroboh.
Andai kita tahu, bahwa Allah mendampingi kita di kala susah dan derita yang tak mungkin tak dapat kita pikul bahkan dijanjikan surga yang penuh bahagia jika sabar. Sedang kita cenderung menyalahkan nasib atau takdir yang  Allah skenariokan kepadakita.
Andai kita tahu, Allah gerakkan matahari dan bulan selama ini bergantian untuk kita agar kita bisa beraktivitas yang manfaat dan istirahat dengan lelap.
Andai kita tahu, bagaimana hebatnya Allah mengatur segala urusan hidup kita, pastilah hati kita akan meleleh karena cinta kepadaNya.
Alhamdulillah puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah, Tuhan alam semesta yang hingga saat ini telah menurunkan hidayah pada kita untuk menetapkan hati kita menetapi agama islam. Dialah Allah yang hidayah ini tidak dapat dibeli kecuali bagi orang-orang yang dikehendakiNya. Andai bila hidayah ini dapat dibeli, tentu kit akan membelinya berapapun harganya, namun sayangnya, Allah memberikan hidayah kepada yang Ia kehendaki, yaitu bagi orang-orang yang ringan melangkahkan kakinya kearah kebaikan dan akan mempermudah Allah kejalan kebaikan itu.
     Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, suri tauladan seluruh umat yang telah mengajarkan kita bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik, bagaimana menempatkan wanita dalam posisi kehormatan dan kemuliaannya sebagai ciptaan Allah, dan mengajarkan kita bahwa sesungguhnya  lelaki yang terbaik adalah yang paling menghormati wanita.
Pada pagi hari ini, izinkan saya menyampaikan risalah-risalah kemuliaan wanita, didepan antum semuanya. Karena bila saya hanya menyampaikannya didepan para akhwat, mereka berkata: ikhwanpun juga perlu mengetahui.
Baiklah akhwat dan ikhwan yang dirahmati Allah SWT
Wanita adalah pengajar, pencetak generasi-generasi masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Bahkan dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas para ibu didalamnya. Allah menekankan kepada para wanita untuk melaksanakan tanggungjawab yang berat tersebut semaksimal mungkin, sebagaimana yang telah dilakukan oleh istri-istri nabi dan wanita muslimah yang hidup setelah mereka. Sungguh, wanita-wanita itu telah mencatat sejarah dengan tinta harum akhlak serta rasa bangganya terhadap agamanya. Betapa besar Allah mengangkat derajat para wanita, memuliakannya dan menghormati hak-haknya, Namun, masih banyak yang beranggapan bahwa islam adalah agama yang tidak menjunjung hak-hak wanita. Sekarang mari kita lihat pada adat orang-orang dahulu:
·         Wanita dimata Yunani: diklaim sebagai najis dan kotoran dari hasil perbuatan syetan, sama rendahnya dengan barang dagangan yang dapat diperjualbelikan.
·         Wanita dimata Cina: disamakan dengan air penyakit yang membasuh kebahagiaan dan harta. Apabila seorang wanita menjadi budak, maka keluarga mendiang suaminya berhak atas dirinya seperti barang peninggalan yang dapat diwarisi
·         Wanita dimata Hindu: wanita tidak berhak hidup setelah kematian suaminya. Ia harus ikut mati atau dibakar bersama dengan jenazah suaminya. Mereka menganggap wanita hanyalah pelengkap laki-laki. Dari barat hingga timur, wanita diperlakukan dengan cara yang tidak adil
Sekarang dari segi agama:
·         Dalam kitab talmud (Menahoth 43b-44a) milik yahudi disebutan: Seorang laki-laki yahudi diwajibkan untuk berdoa tiap hari “ Terimakasih Tuhan karena tidak menjadikanku seorang kafir atau wanita, atau budak belian.”
·         Dalam bible milik nasrani dikatakan: “ Lagipula bukan adam yang tertipu, melainkan wanita itulah yang tertipu dan terjatuh dalam dosa (Timotius: 2:214). Mereka juga mengatakan bahwa wanita adalah perangkap syaitan, penyebab turunnya manusia kebumi. Dari sinilah gereja memandang wanita sebelah mata bertahun-tahun lamanya. Bagi wanita yang melanggar peraturan gereja, mereka dibakar, dibunuh karena dianggap telah tertanam dalam dirinya perangkat-perangkat syaitan.                      
Itulah segelintir kisah wanita dimasa lalu. Wanita dihinakan, dijadikan pelarian, dianggap sebagai perangkap syaitan. Namun dijaman sekarang, wanita sudah dijual, jika dahulu wanita dihinakan, sekarang wanita menghinakan dirinya sendiri, kaalau dahulu wanita dijual, sekarang wanita telah berani menjual diri. Karena mereka menyadari apa yang dimiliknya itu indah, maka mereka berusaha mengkapitalisasikan diri untuk mencapai kepuasan materi. Inilah sejarah awal munculnya fenimisme. Fenimisme muncul karena dua factor: sekularisme dan nashraniyyin. Agama nashrani sebagaimana telah disebutkan, telah menginjak martabat para wanita, menjatuhkan harta diri wanita, maka darisitulah wanita menuntut persamaan hak dengan laki-laki. Yang kedua adalah sekularisme, yang mana telah mendewakan materi, sehingga ia menuhankan materi. Bila laki-laki dengan harta bisa memperlakukan wanita seenaknya, maka wanita menuntut persamaan untuk bisa memperoleh nafkah atau materi dengan caranya sendiri, agar dapat setara derajatnya dengan laki-laki dan tidak direndahkan. Itu tidak terjadi didunia islam, namun terjadi pada selain islam. Kenapa umat islam baik laki-laki ataupun wanita tidak merasa protes? Karena bagi mereka islam sudah adil dalam membagi antara hak dan kewajiban laki-laki dan wanita. Dari sinilah, wanita-wanita selain islam mulai menggugat islam dan menghasut wanita-wanita muslimah dengan motif halus dengan mempermaslahkan hukum-hukum dalam islam yang menyangkut hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan (harta waris dll)
Dalam sekularisme, laki-laki dan wanita bersaing untuk mendapatkan materi,dan selama itupula wanita tidak akan pernah menang dari laki-laki. Namun dalam islam, laki-laki dan wanita tidak bersaing, namun sama-sama berjalan dengan kodratnya yang berbeda untuk mendapatkan satu piala yang sama yaitu keridhoan Allah SWT. Jadi tidak ada perselisihan dan persaingan dalam islam.
Tolak ukur kebahagiaan wanita:
Dari Zainab berkata: Aku diutus golongan kaum wanita untuk menghadap engkau ya Rasulullah. Jihad yang diwajibkan Allah kepada laki-laki itu, jika mereka terluka parah mereka mendapat pahala, dan jika mereka gugur mereka mendapat pahala disisi Tuhan dengan mendapatkan rezeki, manakala kami kaum perempuan sering membantu mereka. Untuk apa semua itu? Rasulullah bersabda: Katakanlah bagi kaum wanita yang mengutus engkau ya Zainab, bahwasannya taat mereka terhadap suami serta mengakui haknya, adalah sama dengan pahala orang yang berjihad dijalan Allah SWT. Tetapi sangatlah sedikit sekali daripada golongan kamu yang dapat melakukannya.
Maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan wanita dalam islam memiliki tugas yang berbeda, namun sama-sama memiliki nilai, pahala dan kedudukan dimata Allah. Wanita yang dapat membuat suaminya taat beribadah kepada Allah, pahalanya jauh lebih besar. Karena wanita dimuliakan oleh Allah dengan caraNya sendiri. Apa yang dimiliki wanita, tidak harus sama dengan apa yang dimiliki oleh laki-laki. Makai islam adalah karunia terbaik yang diberikan oleh Allah.
Dalam hadist disebutkan: Barangsiapa diamanati Allah seorag putri, bila mati tidak ditangisi, bila hidup dididik dengan baik, maka ia dapat jaminan syurga. (HR. Abu Dawud, Hakim Ibnu Abbas) dan hadist ini tidak ada bagi laki-laki.
“Ya Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak aku berbuat baik padanya? Rasulullah menjawab: Ibumu, kemudia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab: Ibumu, kemudian dia bertanya lagi, beliau menjawab: ibumu, Lalu siapa?kemudian ayahmu, jawab Rasulullah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Wanita adalah sekolah terbaik bagi anak-anaknya, karir terbaik adalah menjadi ibu rumah tangga. Bukan berarti seorang ibu rumah tangga tidak butuh pendidikan yang tinggi, karena seorang anak yang terlahir dari rahim seorang wanita, berhak mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya dari seorang ibu. Untuk mendapatkan seorang anak yang baik, seorang ibu harus pintar, harus baik, karena 80% seorang anak akan lebih condong mencontoh kepada ibunya. Maka dalam islam dikatakan: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diatara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Ada pula disebutkan :”Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholeha” (HR Muslim). Rasulullah bersabda ada 4 hal didunia yang apabila didapatkan, semua akan menjadi baik, yaitu: kendaraan yang baik, rumah yang luas, tetangga yang baik dan wanita sholehah.
Rasulullah mengatakan bahwa wanita dan laki-laki memang berbeda dalam perlakuan, berbeda dalam hal ibadah, akan tetapi tetap sama di mata Allah SWT. Dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surat At Taubah :71
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
71. dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Disebutkan pula dalam Al-Qur’an bagaimana islam memuliakan wanita dalam surat An-Nisa: 32:
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ  
32. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Dan disebutkan pula dalam surat An-nisa: 34
ãA%y`Ìh9$# šcqãBº§qs% n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ Ÿ@žÒsù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& 4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4 ÓÉL»©9$#ur tbqèù$sƒrB  Æèdyqà±èS  ÆèdqÝàÏèsù £`èdrãàf÷d$#ur Îû ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# £`èdqç/ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ*sù öNà6uZ÷èsÛr& Ÿxsù (#qäóö7s? £`ÍköŽn=tã ¸xÎ6y 3 ¨bÎ) ©!$# šc%x. $wŠÎ=tã #ZŽÎ6Ÿ2 ÇÌÍÈ  
34. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[1] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[2]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[3], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[4]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
[1] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[2] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[3] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[4] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

 Wanita dan laki-laki memang diciptakan berbeda, namun Allah menjadikan perbedaan itu agar saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan cara yang baik yaitu menikah. Maka dalam rumah tangga, pemimpin hanya satu, namun pemimpin tak akan dapat menjadi pemimpin yang baik tanpa dorongan dan sinergi dari wanita yang baik. Seperti semboyan kami: “Dibelakang laki – laki yang kuat, sukses, yang hebat, dibelakangnya terdapat wanita yang sholehah.”
Bila kita melihat, diantara para rasul ada yang lebih mulia, yakni Ulul Azmi, dan kelima Rasul ini sama-sama bercerita tentang memuliakan seorang wanita. Dalam hadist baihaqi disebutkan, wanita penghuni syurga memiliki 4 syarat: istri-istri yang penyayang, banyak keturunan, banyak memberi manfaat pada suami, dan apabia disakiti oleh suaminya atau menyakitinya, ia segera memohon maaf kepada suami.
Kunci rumah tangga adalah ketaatan pada Allah. Seorang istri yang baik adalah yang membuat suaminya taat kepada Allah, sehingga suami akan taat pd dia, sehingga saling menghormai hak dan kewajibannya. Sedang kunci seorang istri taat kepada Allah , adalah ketaatannya pada suami yang membuatnya taat kepada Allah.
Dan inilah betapa besar kedudukan wanita Dalam islam, betapa mulianya kedudukan seorang wanita dalam islam sebagai makhluk yang terhormat. Maka hendaklah kita sebagai wanita bersyukur atas nikmat luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada kita dengan cara menjadi wanita yang sholeha, permata didunia dan akhirat.
Demikian pembahasan kita kali ini, semoga menyadarkan kita semua, ikhwan dan akhwat bahwa antara laki-laki dan wanita bukan diciptakan untuk saling berselisih, namun untuk sling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Setiap laki-laki dan wanita sama dihadapan Allah SWT, yang membedakan hanya taqwa. Semoga bermanfaat bagi kita semua sampai kapanpun, dimanapun kita berada. Sykron, billahi taufiq wal hidayah ,
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.